Prabowo Kambing Hitam Pergantian Rezim 'Fitnah Kudeta' (7) -->
Cari Berita

Prabowo Kambing Hitam Pergantian Rezim 'Fitnah Kudeta' (7)

Oleh Jose Manuel Tesoro
Majalah Asiaweek
==============
Artikel ini diterjemahkan dari laporan investigasi yang ditulis Majalah Asiaweek Vo. 26/No. 8, 3 Maret 2000. Membaca artikel ini kita akan diantarkan oleh Tesoro kepada konstruksi fakta-fakta yang berbeda dengan stigma yang melekat pada berbagai peristiwa pada 1998.
KUDETA
Pada 30 Juni 1998, Habibie mengatakan Prabowo telah menekannya. Menurut Hartono Mardjono, Habibie menerima laporan dari ajudannya, Letjen Sintong Panjaitan, bahwa kediaman Habibie telah dikepung oleh pasukan Kostrad dan Kopassus. Menurut Presiden Habibie, Panjaitan telah menyelamatkan keluarganya dengan menerbangkan mereka ke Istana Negara. Mardjono mengatakan bahwa dia keberatan dengan cerita Habibie. Dia berkata, mustahil Prabowo akan menyerang Habibie sejak dipastikan hari jatuhnya Soeharto.
Berita Terkait :

Habibie menceritakan cerita yang sama pada Sunday Times yang terbit di London, “Rumah saya telah dikelilingi oleh dua kelompok pasukan,” katanya dalam sebuah wawancara yang diterbitkan tanggal 8 November 1998, bahwa, “pasukan pertama adalah pengawal reguler yang bertanggung jawab kepada Jenderal Wiranto, yang diperintahkan berpatroli melindungi saya, dan satunya lagi pasukan Kostrad yang bertanggung jawab pada Prabowo.”
Inti permasalahan semua versi cerita Habibie adalah bahwa pasukan yang melindungi kediamannya diperintahkan untuk berada di sana tidak oleh Prabowo, tetapi oleh Wiranto.
Prabowo, Ghost Fleet, Realita Bangsa, Utang 7000 T dan Nyanyian Setya Novanto 
Pada 15 Februari 1999, Habibie berkata di depan sekumpulan jurnalis Asia dan Jerman di Jakarta: “Pasukan-pasukan itu atas perintah seseorang yang namanya tidak akan saya sembunyikan, Jenderal Prabowo, berpusat di beberapa tempat, termasuk rumah saya.” Pada waktu itu Habibie mengindikasikan bahwa Wiranto telah melaporkan situasi tersebut kepadanya dan melindunginya.
Inti permasalahan semua versi cerita Habibie adalah bahwa pasukan yang melindungi kediamannya diperintahkan untuk berada di sana tidak oleh Prabowo, tetapi oleh Wiranto. Pada briefing komando 14 Mei, Pangab telah memerintahkan Kopassus menjaga kediaman Presiden dan Wakil Presiden. Perintah itu ditetapkan secara tertulis pada 17 Mei kepada perwira senior, termasuk Syafrie, Komandan Garnisun pada waktu itu, yang menunjukkan salinan perintah itu pada saya. Dalam pernyataannya di depan parlemen pada 23 Februari 1999, Wiranto mengatakan, “Tidak ada percobaan kudeta.”
Prabowo yakin dirinya mampu merebut kekuasaan pada hari-hari kekacauan Mei 1998. Tapi intinya, dia tidak melakukannya. “Keputusan untuk memecat saya adalah sah,” ucap Prabowo. “Saya tahu kebanyakan pasukan saya akan mematuhi perintah saya. Tapi saya tidak ingin mereka mati karena berperang membela jabatan saya.”
Ketika saya meminta Habibie untuk menanggapi pernyataan tegas Prabowo, ajudannya Dewi Fortuna Anwar menyampaikan pada saya, “Pak Habibie tidak harus membuat sanggahan langsung mengenai pernyataan Prabowo.”
Dia menyarankan untuk berbicara dengan beberapa orang, termasuk Sintong Panjaitan, semua yang diyakini hadir tanggal 22 Mei di Istana. Setelah mencoba berulang kali menghubungi orang-orang tersebut, saat kisah ini dicetak pada 23 Februari, mereka tidak bersedia memberikan komentar.
Prabowo yakin dirinya mampu merebut kekuasaan pada hari-hari kekacauan Mei 1998. Tapi intinya, dia tidak melakukannya. “Keputusan untuk memecat saya adalah sah,” ucap Prabowo. “Saya tahu kebanyakan pasukan saya akan mematuhi perintah saya. Tapi saya tidak ingin mereka mati karena berperang membela jabatan saya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya menempatkan kepentingan negara dan rakyat di atas diri saya. Saya membuktikan bahwa saya adalah prajurit yang setia. Setia pada negara, setia pada republik.”

Berita Selanjutnya : Prabowo Kambing Hitam Pergantian Rezim 'Fitnah Penculikan' (8)
 Sumber Soedoet Pandang