Narasumber: Nia Raya (Owner_Jipang’Ta) Peneliti : Irma Martawati (Mahasiswa Pascasarjana IAIN Bone, Prodi Ekonomi Syariah)
BUgiswarta.com, Di tengah geliat industri halal global yang semakin pesat, bisnis lokal memiliki potensi unik untuk menonjolkan diri melalui perpaduan antara kepatuhan syariah dan kekayaan budaya setempat. Tulisan ini akan menyelami kisah inspiratif dari "Jipang Ta," sebuah bisnis lokal yang berhasil membangun kesuksesan dengan menempatkan sinergi dalam kehalalan sebagai fondasi utama. Lebih dari sekadar memenuhi standar halal secara administratif, "Jipang Ta" menunjukkan bagaimana integrasi nilai-nilai kehalalan yang mendalam ke dalam setiap aspek operasional, mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses produksi dan distribusi, mampu menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan membangun kepercayaan yang kuat di tengah komunitasnya.
Jipang Ta," yang berlokasi di Desa talungeng, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone. Bersama dengan Ownernya Nia Raya kami akan mengupas bagaimana sinergi dalam kehalalan tidak hanya menjadi komitmen etis, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang terjamin kehalalannya dan mengadopsi praktik-praktik yang sesuai dengan prinsip syariah, "Jipang Ta" membuktikan bahwa autentisitas lokal dan kepatuhan terhadap nilai-nilai agama dapat berjalan beriringan, bahkan saling memperkuat. Kisah sukses ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga dan menginspirasi para pelaku usaha lokal lainnya untuk merangkul potensi sinergi dalam kehalalan sebagai kunci keberhasilan di pasar yang semakin sadar akan pentingnya produk dan layanan yang halal dan berkualitas.
“Usaha ini bermula pada awal tahun 2009 dengan mengolah jagung menjadi produk seperti jagung marning dan keripik pisang. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menghadapi kendala ketersediaan bahan baku utama, yaitu jagung putih atau yang dikenal sebagai jagung pulut, nah dari situ saya menyadari bahwa di Bone, jagung kuning lebih dominan. Setelah kurang lebih sepuluh tahun, pada awal tahun 2019, kami mulai melirik potensi beras,”tuturnya.
“Kami juga melihat bahwa mayoritas penduduk di daerah kami bermata pencaharian sebagai petani padi dan memiliki lahan persawahan yang luas. Dengan melimpahnya sumber daya alam berupa beras di sekitar, kami memutuskan untuk memanfaatkannya. Inilah yang menjadi awal mula kemunculan produk jipang kami, sebagai langkah untuk mengatasi masalah ketersediaan bahan baku dan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal. Akhirnya, pada awal tahun 2023, kami kembali melihat potensi jagung. Kami menyadari bahwa jagung juga bisa diolah menjadi jipang, dan sejak itu kami memproduksi jipang dari dua jenis bahan baku yang berbeda,” sambungnya.
Usaha Nia Raya memproduksi beberapa jenis produk, antara lain keripik pisang dan jipang. Untuk jipang sendiri, memiliki dua varian bahan baku, yaitu jipang jagung dan jipang beras. Selain itu, produknya tersedia dalam beberapa variasi kemasan, seperti toples, pouch (untuk jipang dan beras), serta kemasan biasa.
Dalam aspek pemasaran, Owner “Jipang’ta” menggunakan dua strategi: business-to-business (B2B) dan business-to-customer (B2C). Untuk B2B, artinya bekerja sama dengan berbagai ritel seperti swalayan di Bone, serta hotel-hotel di Bone dan Makassar. Ia juga menggunakan sistem distributor di beberapa provinsi dan luar daerah.
“Saat ini, produk jipang’ta, kami telah memiliki distributor di Kalimantan, Maluku, Kendari, dan Morowali. Selain itu, kami juga mendisplay produk jipang'ta di grosir-grosir Kabupaten Bone. Untuk penjualan grosir, kami menggunakan kemasan biasa karena grosir umumnya akan menjual kembali produk kami ke kios-kios kecil,” ungkapnya.
Untuk pemasaran B2C, Nia Raya memanfaatkan media sosial Instagram dan juga melayani pembelian langsung.
“Sistem pembayaran yang kami terapkan adalah tunai, dan untuk ritel terdapat jadwal pembayaran bulanan, namun tetap kami anggap sebagai transaksi tunai karena bersifat beli putus. Sementara itu, untuk distributor, kami menerapkan sistem penjualan tunai atau cash sepenuhnya. Kami tidak melayani kredit karena sebagai UMKM, perputaran modal sangat penting untuk menjaga kelangsungan usaha kami,” pungkasnya.
Keberadaan usaha Jipang’ta Nia Raya ini menjadi peluang bagi masyarakat di sekitar tempat usahanya yang tidak memiliki pekerjaan, terutama bagi ibu-ibu yang terkadang bosan dengan aktivitas itu-itu saja dirumahnya.
“Alhamdulillah, usaha kami diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar. Hal ini karena kami memberdayakan warga sekitar sebagai pekerja, yang sebagian besar memang membutuhkan pekerjaan. Mereka bahkan bercanda bahwa kini bisa bergosip sambil menghasilkan uang, mengurangi waktu luang yang tidak produktif. Dengan adanya usaha ini, masyarakat yang sebelumnya tidak berpenghasilan kini dapat membantu perekonomian keluarga,” ungkapnya.
“Ibu-ibu di sekitar sini seringkali merasa jenuh setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dan kekurangan aktivitas. Terlalu sering beristirahat juga dapat menyebabkan badan terasa sakit. Oleh karena itu, banyak yang meminta pekerjaan kepada kami, dan kami pun menerima mereka selama ada kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Selain itu, kami juga memberdayakan masyarakat sekitar dalam hal pasokan bahan baku. Beras kami sepenuhnya berasal dari petani lokal di sekitar sini. Jadi, kami benar-benar memanfaatkan semua sumber daya lokal yang tersedia,” jelasnya.
Bagi Owner Jipang’ta, selama usahanya ini dijalankan tentu sudah mendapat perhatian terutama dari pemerintah kabupaten, namun untuk di pemerintah setempat belum terlalu diayomi.
“Mengenai dukungan dari pemerintah setempat, kami merasakan adanya bantuan, meskipun belum pada tingkat yang maksimal. Biasanya, kami baru dilibatkan atau dihubungi ketika ada kunjungan tamu. Dapat dikatakan bahwa, jika kami tidak proaktif menjalin komunikasi dengan dinas-dinas terkait, seperti Dinas Koperasi atau Dinas Perindustrian, kemungkinan besar keberadaan usaha dan produk kami tidak akan banyak diketahui,” tegasnya.
“Di sisi lain, kami merasakan dukungan yang sangat positif dari pemerintah kabupaten. Dukungan ini berperan penting dalam perkembangan usaha kami. Salah satu wujudnya adalah fasilitas bantuan dana hibah yang berhasil kami peroleh. Program YESS dari Kementerian Pertanian pada tahun 2023 juga memberikan dampak yang besar, dengan dana hibah yang sangat membantu kami melalui DPP kecamatan, ungkapnya dengan nada gembira,” sambungnya lagi.
“Tanpa dukungan dari berbagai pihak, usaha kami tidak akan bisa dikenal dan berkembang seperti saat ini. Alhamdulillah, jumlah pekerja kami telah bertambah signifikan dari dua menjadi sepuluh orang. Sistem penggajian pekerja kami adalah harian, yang berarti mereka menerima upah hanya pada hari kerja. Untuk memperluas distribusi di tingkat grosir, kami bekerja sama dengan tenaga pemasar lapangan atau yang kami sebut "kampas." Mereka menjadi perpanjangan tangan kami dalam menjangkau pasar yang lebih luas. Di wilayah Bone, kami tergabung dalam sebuah tim yang terdiri dari lima UMKM. Kolaborasi ini memungkinkan kami untuk mendistribusikan produk secara bersamaan, sehingga mengurangi beban logistik secara individual,” pungkasnya.
Dalam hal bermitra Owner Jipang’ta memahami bahwa pentingnya kepercayaan dalam segala aspek, yang selalu ia terapkan dan bebagai jenis kerja sama yang ia perna jalankan.
“Untuk mitra seperti swalayan, kami menggunakan Memorandum of Understanding (MOU) atau kontrak kerja sama yang mengatur dengan jelas ketentuan hubungan kerja. Namun, kerja sama dengan mitra biasa memang lebih berisiko karena tidak ada perjanjian tertulis. Saya sendiri pernah beberapa kali mengalami penipuan dalam kerja sama, di mana utang tidak kunjung dibayar meskipun sudah ditagih.
Ada juga berbagai kejadian di luar kendali kami saat penjualan dilakukan secara daring. Dari pengalaman tersebut, saya belajar bahwa apa yang kami miliki adalah titipan dari Allah. Sebagai pemilik usaha, saya menyadari betul bahwa mungkin ada hal yang perlu kami perbaiki, seperti kurang berbagi atau bersedekah. Selain itu, dalam berbisnis, tantangan dan dinamika naik turun adalah hal yang wajar dan tidak dapat dihindari,” pungkasnya dengan penjelasan yang cukup panjang.
Usahanya ini telah membuatnya mengenal dunia luar, dengan selalu mengikutsertakan produk yang ia miliki. Di segala event yang memang memberikan dampak yag baik bagi pengembangan produknya.
Nah baru-baru ini Nia Raya atau dengan nama lengkap Nia Kartika Putri, mengikuti pengukuhan yang diselenggarakan Kementerian Pertanian (kementan) dengan pengukuhan 26 Duta Petani Muda (Young Ambassador Agriculture/YAA) 2025. Hal menariknya Nia Kartika Putri salah satu di antaranya petani muda asal Bone. Beliau mengembangkan pertanian dengan memanfaatkan potensi alam yang melimpah yaitu olahan beras (Jipang’ta). Nia sangat bersyukur setelah terpilih menjadi Duta Petani Muda, mewakili Kabupaten Bone, di tingkat nasional.
Secara Singkat, Nia Menjelaskan Proses seleksi yang diikuti sampai dikukuhkan menjadi Duta Petani Muda.
“Yang daftar itu ada 615 orang dari seluruh Indonesia, nah dari 615 orang itu kemudian yang lolos administrasi di pilih 91 orang, dan yang masuk grand final itu ada 50 orang, dan yang terpilih menjadi Duta Petani Muda, itu ada 26 orang, termasuk saya sendiri,” jelasnya.
“Alhamdulillah kemarin itu saya bisa membawa naa baik Bone berkesempatan untuk menjadi salah satu yang dikukuhkan menjadi Duta Petani Muda atau Young Ambasador Agriculture 2025, Kementrian Pertanian yang diselenggarakan di Ciawi, Bogor,” terangnya.
Menurut Nia, dari 26 Duta petani ini diharapkan bias membantu meningkatkan keterlibatan anak mudah dalam memajukan sector pertanian di Indonesia.
“Untuk tujuan ke depan, sebagai Duta Petani Muda, kita punya tugas utama, pertama untuk mendorong inovasi pertanian berkelanjuntan, kedua mensukseskan program brigade pangan, ketika ikut serta dalam mensukseskan program koperasi desa merah putih,” paparnya.