BUGISWARTA.com, Jakarta kembali menjadi sorotan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Meski pasangan Pramono-Rano unggul dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei, potensi putaran kedua tetap terbuka.
Pengamat politik Jajat Nurjaman mengungkapkan alasan-alasan yang mendasari kemungkinan tersebut, terutama terkait aturan kemenangan yang mewajibkan perolehan suara lebih dari 50 persen.
“Memang hasil quick count dapat menjadi referensi, tetapi real count KPUD Jakarta yang akan diumumkan pada 15 Desember mendatang adalah penentu resmi. Jika kita mengacu pada hitung cepat, keunggulan pasangan Pramono-Rano saat ini tidak lebih dari 3 persen dari ambang batas. Dengan mempertimbangkan margin of error, hasil real count nanti bisa saja berbeda,” ujar Jajat.
Ia menyoroti pola historis Pilkada Jakarta, di mana putaran kedua sering kali terjadi. Tradisi ini, menurutnya, tidak lepas dari ketatnya persaingan antar kandidat serta tingginya standar kemenangan di ibu kota. “Menariknya, dalam putaran kedua, sering terjadi perubahan peta politik. Kandidat yang tertinggal di putaran pertama bisa mengejar ketertinggalan di putaran kedua, sehingga strategi kedua kubu harus tetap dipersiapkan matang,” tambahnya.
Jajat juga menilai bahwa Pilkada Jakarta memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan daerah lain karena posisinya sebagai barometer politik nasional. “Aturan menang di atas 50 persen ini menjadikan persaingan di Jakarta lebih dinamis. Selain itu, Pilkada Jakarta selalu melibatkan tokoh-tokoh besar yang membawa bobot politik nasional ke tingkat lokal,” jelasnya.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga situasi tetap kondusif. Para elite politik, menurut Jajat, memiliki tanggung jawab besar untuk meredam ketegangan di akar rumput. “Semua pihak perlu mendukung KPUD Jakarta agar dapat bekerja maksimal tanpa tekanan. Himbauan kepada para pendukung untuk tetap tenang adalah kunci agar Pilkada berjalan lancar,” tegasnya.
Dua Putaran: Tradisi yang Bisa Terulang
Sejarah menunjukkan, Jakarta kerap menghadapi dua putaran dalam Pilkada. Dalam putaran kedua, sering kali muncul koalisi baru yang mengubah dinamika politik. Jajat memperkirakan, jika putaran kedua terjadi, maka kubu Pramono-Rano dan Rido harus bersiap dengan strategi yang lebih tajam untuk merebut hati pemilih.
Dengan segala spekulasi ini, Pilkada Jakarta 2024 semakin menarik untuk diikuti. Terlepas dari hasil akhirnya, yang jelas, Pilkada ini kembali menegaskan posisi Jakarta sebagai panggung politik utama Indonesia. Semua mata kini tertuju pada real count KPUD Jakarta, yang menjadi penentu perjalanan demokrasi di ibu kota.