Permainan Semiotik dalam Kampanye Calon Gubernur: Mengungkap Pesan di Balik Ungkapan -->
Cari Berita

Permainan Semiotik dalam Kampanye Calon Gubernur: Mengungkap Pesan di Balik Ungkapan


Penulis :  Ahmad Saransi


Dalam konteks kampanye politik, permainan semiotik—yaitu studi tentang tanda dan simbol serta makna yang dikaitkan dengan mereka—memainkan peran penting dalam cara pesan disampaikan kepada publik. 


Ungkapan seperti *"Jangan Bilang-Bilang DIAji"* dan *"Ssttt Kebaikan Itu Tidak Berisik!!!"* mencerminkan penggunaan semiotik yang cerdas oleh calon gubernur dalam membangun citra dan mendekatkan diri dengan pemilih.


1. Jangan Bilang-Bilang DIAji


Ungkapan ini tampaknya mengandung unsur misteri dan eksklusivitas. Kata *"DIAji"* bisa diartikan sebagai bentuk penyebutan informal dari seseorang yang dianggap penting atau berpengaruh. 


Dalam konteks kampanye, ini bisa berarti calon gubernur sedang berusaha menunjukkan kedekatannya dengan seseorang yang berpengaruh atau membangun citra sebagai orang yang memiliki hubungan khusus dengan pihak-pihak tertentu.


Pesan ini dapat diterjemahkan sebagai usaha untuk membangun aura misteri atau eksklusivitas di sekitar calon gubernur. Dengan menggunakan ungkapan ini, calon mungkin ingin menciptakan rasa ingin tahu di kalangan pemilih atau mengisyaratkan adanya dukungan dari tokoh-tokoh penting yang belum sepenuhnya terungkap.


2. Ssttt Kebaikan Itu Tidak Berisik!!!


Ungkapan ini menyiratkan bahwa tindakan kebaikan dan kebajikan tidak perlu diumbar atau dipamerkan secara berlebihan. 


Pesan ini berusaha menekankan bahwa calon gubernur lebih memilih untuk bekerja secara diam-diam dan efektif, tanpa mencari perhatian atau pujian. Ini bisa menjadi strategi untuk menunjukkan sikap rendah hati dan keikhlasan calon dalam melayani masyarakat.


Dalam semiotik, pesan ini menggarisbawahi nilai-nilai seperti kerendahan hati dan ketulusan. Dengan menggunakan ungkapan ini, calon gubernur ingin membedakan dirinya dari kandidat lain yang mungkin lebih banyak melakukan kampanye yang berfokus pada pencitraan diri.


Melalui penggunaan ungkapan semiotik yang penuh makna seperti *"Jangan Bilang-Bilang DIAji"* dan *"Ssttt Kebaikan Itu Tidak Berisik!!!",* calon gubernur tidak hanya berkomunikasi tentang kebijakan dan visi mereka tetapi juga membangun citra diri yang strategis. 


Pemilihan kata-kata dan simbol ini adalah bagian dari permainan semiotik yang lebih luas, di mana makna tersirat dapat mempengaruhi persepsi publik dan membentuk dukungan terhadap kandidat.


Semoga tulisan ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan semiotik dalam kampanye politik!