BUGISWARTA.com, Gerakan "Tusuk Tiga Calon" yang diduga diinisiasi oleh pendukung fanatik Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta dinilai tidak lagi efektif dalam situasi politik saat ini.
Menurut pengamat politik Jajat Nurjaman, dukungan masyarakat terhadap gerakan ini telah berkurang, dengan banyaknya migrasi dukungan ke kandidat lain dalam kontestasi pemilihan Gubernur Jakarta.
Gerakan ini dianggap hanya sebagai upaya mempertahankan eksistensi tanpa dampak signifikan terhadap peta politik Jakarta.
"Memang masih ada pendukung fanatik Anies Baswedan, namun dampak gerakan ini terhadap Pilkada Jakarta sangat diragukan. Banyak dari pendukung Anies yang sebelumnya merupakan kader partai kini telah mengalihkan dukungan ke salah satu kandidat Pilkada yang ada saat ini. Secara logis, sangat kecil kemungkinan gerakan ini akan mempengaruhi hasil pemilihan," jelas Jajat.
Jajat juga menyoroti latar belakang emosional dari gerakan ini, yang menurutnya didasari oleh rasa kecewa karena partai politik di Jakarta tidak mengusung Anies dalam Pilkada. Namun, ia menilai bahwa rasa sakit hati tersebut tidak rasional, mengingat posisi politik Anies Baswedan beberapa waktu terakhir juga menjadi faktor dalam situasi yang terjadi sekarang.
"Jakarta dikenal dengan masyarakat yang memiliki kepekaan politik tinggi. Kepentingan masa depan Jakarta untuk lima tahun ke depan tentu lebih penting dibanding terlibat dalam gerakan yang tidak memiliki arah politik yang jelas. Alih-alih mengajak orang lain untuk membuat suara tidak sah dengan 'menusuk tiga calon', lebih baik melakukan introspeksi bersama agar kejadian seperti ini tidak terulang di masa depan," tambah Jajat.
Menurut Jajat, dukungan kepada kandidat gubernur Jakarta saat ini lebih mencerminkan prioritas dan harapan masyarakat akan perubahan dan kemajuan Jakarta. Sementara gerakan-gerakan seperti "Tusuk Tiga Calon" dinilai tidak memberikan kontribusi yang konstruktif dalam proses politik yang sehat dan demokratis.
Jajat menutup komentarnya dengan menyarankan agar para pendukung Anies Baswedan fokus pada refleksi diri dan belajar dari pengalaman politik masa lalu, bukan pada tindakan-tindakan yang hanya akan merugikan diri sendiri dan masyarakat. Ia berharap, ke depannya, setiap gerakan politik lebih diarahkan pada solusi yang konkret dan positif bagi Jakarta.
"Dalam demokrasi, kritik dan perbedaan pendapat itu wajar, tapi mari kita fokus pada hal-hal yang lebih membangun," tutup Jajat.