Rupiah Menguat: Efek Positif Konferensi Pers Sri Mulyani, Airlangga, dan Tim Prabowo-Gibran -->
Cari Berita

Rupiah Menguat: Efek Positif Konferensi Pers Sri Mulyani, Airlangga, dan Tim Prabowo-Gibran


BUGISWARTA.com, - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menunjukkan tren penguatan sejak awal pekan ini, memberikan angin segar bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berhasil meninggalkan level Rp 16.400 per dollar AS dan ditutup menguat 0,12 persen ke Rp 16.375 per dollar AS pada Selasa (25/6/2024). 


Data Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan kurs rupiah pada Selasa berada di Rp 16.379 per dollar AS, lebih baik dibandingkan dengan posisi hari Senin yang berada di level Rp 16.431 per dollar AS.


Penguatan nilai tukar rupiah ini tidak lepas dari konferensi pers yang digelar pada Senin (24/6/2024), yang menghadirkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran. Dalam konferensi pers tersebut, mereka menjelaskan arah kebijakan fiskal pemerintah yang akan datang, memberikan kejelasan dan meningkatkan kepercayaan pasar.


"Dari domestik, konferensi pers (bersama pemerintah dengan tim transisi) sangat mendorong confidence market," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Edi Susianto,


Dalam konferensi pers tersebut, Sri Mulyani dan Tim Prabowo-Gibran menegaskan komitmen Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menjaga defisit fiskal APBN di bawah level 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). 


Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 mengatur defisit anggaran dalam rentang 2,29 - 2,82 persen. Selain itu, mereka juga memberikan penjelasan mengenai program makan bergizi gratis, sebuah inisiatif penting dari pemerintahan Prabowo-Gibran, yang akan dilaksanakan secara bertahap dengan anggaran sebesar Rp 71 triliun tahun depan.


Penjelasan ini memberikan kelegaan kepada pasar yang sebelumnya khawatir tentang keberlanjutan anggaran pemerintah. "Pernyataan bersama itu menjawab kekhawatiran pasar yang belakangan muncul," kata Edi.


Selain sentimen positif dari dalam negeri, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor global. Dua pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memberikan sinyal bahwa arah kebijakan moneter tidak akan lagi terlalu ketat (hawkish) karena laju inflasi mulai mendekati target yang ditetapkan bank sentral. Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed pada September mendatang meningkat, dengan probabilitas mencapai 65 persen.


"Sentimen global dan domestik tersebut mendorong penguatan rupiah terhadap dollar AS," ucap Edi. Penguatan rupiah ini menjadi sinyal positif bagi stabilitas ekonomi Indonesia dan menunjukkan bahwa kebijakan yang direncanakan oleh pemerintahan Prabowo-Gibran mendapatkan respons positif dari pasar.