Di tengah hiruk-pikuk dunia yang riuh, Mereka suka memaki-maki, kata-kata pedas yang menusuk. Dari mulut mereka, racun kata-kata berjatuhan, Seperti panah tajam yang tak kenal belas kasihan.
Dalam diam, mereka membangun tembok batu, Dari hinaan dan celaan, membuat hati rapuh. Tapi, apakah itu kekuatan sejati, Ataukah hanya bukti dari kelemahan hati?
Mereka suka memaki dengan lisan bermuka dua, Pada satu titik, mereka manis, pada titik lain, racun berbisa. Tak ada tempat untuk kedamaian dan kebaikan, Dalam hati mereka yang dipenuhi oleh kebencian.
Dalam keterpurukan, mereka mencari kesalahan, Menyalahkan orang lain tanpa rasa penyesalan. Tak sadar bahwa dengan setiap kata yang terucap, Mereka menciptakan luka yang sulit disembuhkan.
Namun, di balik kebencian dan kepedihan, Masih ada ruang untuk kebaikan dan belas kasihan. Mungkin suatu hari nanti, mereka akan menyadari, Bahwa cinta adalah obat yang paling mujarab menyembuhkan luka hati.
Mereka suka memaki, tapi tak menyadari, Bahwa kata-kata mereka juga menggores hati. Mungkin suatu hari, mereka akan mengubah sikap, Dan menjadikan cinta sebagai bahasa yang mereka ucap.