BUGISWARTA.COM, Surakarta - Pidato Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengenai kiprah pahlawan Brigjen (Anumerta) TNI Ignatius Slamet Riyadi yang memimpin perang saat usia 22 tahun, memunculkan arti lain di kacamata politik.
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai pidato Prabowo ditujukan kepada Gibran.
“Karena pidatonya disampaikan di Solo, lalu menyebutkan sejarah pemimpin muda Solo dan dalam konteks kekinian kelihatannya indikasi mengarah kepada pemimpin Solo saat ini, Gibran,” ungkapnya.
Ujang menilai, hal tersebut merupakan sinyal Prabowo sebagai bagian dari pihak yang peduli terhadap pemimpin muda untuk masa depan bangsa Indonesia.
“Yang disampaikan Prabowo itu kepedulian terhadap sosok pemimpin muda yang memiliki kapasitas, kapabilitas, leadership uat dan memahami persoalan-persoalan bangsa,” kata Ujang.
Dalam pidato tersebut, Prabowo beranggapan usia muda bukanlah penghalang seseorang untuk menduduki jabatan pimpinan. Hal ini dicontohkan lewat kiprah Slamet sebagai pemimpin pasukan Brigade V melalui aksi "Serangan Umum" selama 7-10 Agustus 1949.
“Slamet Riyadi waktu memimpin perjuangan umur 22 tahun. Bisa berhadapan dengan Belanda. Bukan sekadar usia, jiwanya yang lebih penting,” jawab Prabowo.
Prabowo juga menyinggung peristiwa ”Sumpah Pemuda” yang merupakan inisiatif para pemuda usia 20-an yang bersatu mengantarkan bangsa menuju kemerdekaan. Seharusnya, kata dia, sejarah dijadikan pelajaran mengenai pentingnya peran pemuda bagi perkembangan bangsa.
“Jadi, pemimpin usia muda itu belum tentu tidak bisa. Solo banyak melahirkan pemimpin-pemimpin yang besar,” kata Prabowo.