Jabatan Jangan Membebani Hidup, Belajar dari Bung Dubes Fadjroel Rachman -->
Cari Berita

Jabatan Jangan Membebani Hidup, Belajar dari Bung Dubes Fadjroel Rachman

Fadjroel Rachman Bugis Warta

By: Andi Zulkarnain (Sekretaris Dubes RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan)

Satu yang saya pelajari dari Bung Fadjroel Rachman. Bahwa hidup itu harus dijalani dengan sederhana. Maksimalkan daya yang kita miliki, hindari merepotkan orang. Selanjutnya, jabatan jangan menjadi beban dalam hidup.


Di momen Sabtu-Minggu di Kazakhstan, beliau lebih senang naik taksi online daripada menghubungi sopir dan menggunakan mobil dinas. (Meskipun para staf di kantor dan beberapa petinggi Kemlu berulang kali menyampaikan bahwa sopir dan mobil dinas melekat pada Duta Besar). Kata Bung Dubes, sopir juga perlu family time.


Setiap anak butuh kehadiran orang tuanya, apalagi di momen akhir pekan.

Dulu saat menjadi Jubir Presiden, juga kadang naik motor ke stasiun TV untuk menjelaskan visi dan berbagai program presiden. Dengan naik motor, beliau bisa menghadiri lebih banyak forum agar publik bisa mendapatkan informasi yang lebih jernih dan otoritatif atas suatu keputusan presiden.


Terakhir, baru-baru ini di Jakarta, beliau lebih memilih naik kendaraan umum, ojek online dalam bertemu para pihak (pentahelix) untuk kemajuan agenda diplomasi Indonesia di Kazakhstan dan Tajikistan.

Beliau tak lupa membawa tas ransel merah yang warnanya sudah mulai berubah yang berisi dokumen untuk bahan rapat.


Itu bukan habitus baru. Karena sejak 17 tahun lalu, kalau kami undang beliau ke kampus menjadi narasumber pengkaderan mahasiswa di Unhas dan kampus lain di Makassar. Beliau hanya kami belikan tiket ekonomi, beberapa kali dijemput di bandara menggunakan motor pengurus BEM, dan akomodasi di kosan atau basecamp.


Tentang kesederhanaan itu, beliau belajar dari kezuhudan orang tuanya dalam menjalani hidup, serta melihat dengan dekat bagaimana seorang kepala negara dan juga kepala pemerintahan (Pak Jokowi) yang hidup dengan sederhana.


Proses hidup saat menjadi tahanan politik Orde Baru selama 3 tahun di Penjara Nusakambangan dan Penjara Sukamiskin juga mempengaruhi beliau dalam menafsir hidup dan memaknai setiap jabatan yang diamanahkan.


Tentu ada resiko atas kesederhanaan itu. Di suatu waktu, saat masih menjadi komisaris utama, salah satu BUMN terbesar, beliau pernah diminta pindah parkir oleh satpam karena menggunakan mobil murah dan sudah agak tua.


Satpam dengan tegas mengatakan bahwa ini parkiran untuk komisaris, bukan untuk tamu. (Konteksnya waktu itu, satpam yang biasa jaga di tempat tersebut tidak masuk sehingga diganti oleh satpam dari bagian lain). Beliau kemudian dengan sabar menghadapi satpam tersebut, tanpa menjelaskan apa posisi beliau di kantor tersebut.


Di suatu webinar dengan komunitas, beliau pernah mengatakan bahwa jabatan tidak boleh membebani hidup kita “Jabatan bagi saya hanya atribut sementara. Setelah ini, saya akan kembali ke dunia semula, menjadi akademisi, aktivis, pecinta sastra, peneliti, orang biasa. Jangan sampai atribut jabatan, membebani hidup kita”.