Adagium: Sebuah Pesan dan Cocoklogi Yang Masuk Akal -->
Cari Berita

Adagium: Sebuah Pesan dan Cocoklogi Yang Masuk Akal


Penulis: Ti Kama


Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun yang "tidak" suka dengan hadirnya film Adagium. Sejak pemutaran film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani itu tayang hampir di seluruh bioskop tanah air pada bulan januari lalu, tidak sedikit orang yang mendapuk dirinya sebagai kritikus film ramai-ramai berpendapat; Adagium tidak lebih dari sekadar propaganda pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. 


Secara personal tentu saja tudingan itu mengarah kepada sosok Prabowo Subianto, sosok yang banyak dibicarakan sebagai salah satu suksesor Film Adagium.


Kalo boleh jujur, ya, Prabowo salah satu orang yang berdiri di belakang layar hingga film Adagium berhasil ditayangkan pada 26 Januari yang lalu. Semoga saya tidak keliru. Pertanyaan kemudian apakah Prabowo  terlibat dalam penyusunan skenario? Atau mungkin beliau yang turut andil menentukan para pemeran dalam film itu? Tentu saja tidak! 


Keterlibatan Prabowo dalam film Adagium lebih pada menciptakan value. Lebih tepat Prabowo terlibat dalam menyampaikan pesan cinta tanah air pada generasi muda Indonesia. Faktanya Adagium sendiri adalah sebuah istilah yang dipakai oleh Prabowo dalam menafsirkan nilai-nilai kepemimpinan para seniornya semasa ia masih berseragam TNI dahulu. 


Kalau kita pernah membaca buku Kepemimpinan Militer (sebuah catatan dari pengalaman), yang ditulis oleh Prabowo, pada Bab V, tepat pada halaman 58-59, kita akan disambut oleh deretan foto-foto prajurit yang konon "Adagium" itu sendiri asal dan muasalnya dari mereka;


"Benarlah sebuah adagium yang menyebutkan, seorang guru sejati akan bangga melihat muridnya melampaui dia, seorang guru akan memastikan anak muridnya dan anak buahnya sukses dari dirinya, bahkan tak sungkan ikut memanggul, mengantarkan kepada pintu pengabdian tertinggi untuk kepentingan bangsa dan negara".


Peribahasa di atas sama halnya dengan peran Mayor Faisal kepada Arga di film Adagium. Mayor Faisal adalah pelatih prajurit TNI-Komponen Cadangan (KOMCAD). Sedangkan Arga salah satu siswa Komcad yang berprestasi. Melihat bakat yang dimiliki oleh siswanya itu, Mayor Faisal lantas tidak mengiyakannya. Arga pun diberikan kesempatan dalam misi militer pembebasan Alenda yang disandera oleh kelompok Maldred yang anti terhadap pemerintah Indonesia. Misi yang tak main-main, misi yang menjadikan nyawa sebagai taruhannya. 


Tapi bukankah feeling seorang guru itu selalu benar adanya? Seorang guru jauh lebih memahami bakat yang dimiliki oleh muridnya. Guru jugalah salah satu orang yang berperan penting dalam proses pencapaian masa depan seorang murid. 


Demikian dengan Prabowo. Pada peringatan hari ulang tahun Partai Gerindra yang ke-15 ada kejadian "fatal". Konon, salah satu kader muda Gerindra yang bertugas sebagai pengucap Undang-Undang Dasar 1945 sempat tertatih dan lupa narasi dalam pengucapannya. 


Tentu saja tugas itu bukan perkara yang mudah. Sang kader harus mengucapkan 4 alinea yang terdiri dari 180 kata dengan sempurna di hadapan ribuan para tamu undangan yang hadir saat itu.


Menyadari kesalahan itu Prabowo bukan malah menegurnya sebaliknya beliau justru menyalahkan dirinya sendiri sebagai pemimpin jutaan kadernya di Indonesia. "Kalau ada anak buah salah, yang salah adalah pemimpinnya!"


Inilah nilai! Inilah pesan kepemimpinan yang ingin disampaikan Prabowo kepada generasi muda Indonesia yang tertuang dalam Film Adagium. Dan Prabowo benar-benar melaksanakan itu bukan sekadar dalam adagium melainkan dari tindakannya.


Salam.