BUGISWARTA.COM, Jawa Timur -- Sejumlah DPC Partai Demokrat di Jatim mempertanyakan keputusan DPP Partai Demokrat terkait hasil Musda di Jatim yang menunjuk Emil Elestianto Dardak sebagai ketua.
Ketua DPC Demokrat Kota Madiun Istono menyayangkan keputusan AHY yang tidak demokratis terkait Musda Demokrat Jatim. Pasalnya, Emil Dardak hanya meraih 13 dukungan DPC, berbanding jauh dengan Bayu Airlangga yang meraih 25 dukungan DPC.
"Saya kira tidak perlu Musda kalau ujungnya ditentukan elite partai. Demokrat yang selama ini menyuarakan pentingnya kepemimpinan yang demokratis di era reformasi ini, akhirnya tenggelam dengan keputusannya sendiri dalam menentukan ketua di Jatim," kata Istono kepada awak media, Sabtu (2/4/2022).
Istono meminta AHY menjelaskan kepada 25 DPC pendukung Bayu Airlangga, apa kekurangan menantu Pakde Karwo tersebut. Apalagi, Bayu lebih lama dan loyal kepada Demokrat Jatim.
"Ketum AHY harus menjelaskan kepada kami 25 DPC pendukung Bayu, di mana titik kekurangan Bayu dalam membangun jaringan membesarkan Demokrat Jatim? Benarkah loyalitas Bayu terhadap Ketum dan Demokrat ini diragukan," tegasnya.
Istono mencurigai ada begal-begal politik yang mewarnai keputusan AHY dalam Musda Demokrat Jatim.
"Ada apa dengan Demokrat Jatim yang merupakan tanah kelahiran Pak SBY? Katanya demokratis, tapi nyatanya kami sangat sakit begitu keputusan-keputusan besar yang diambil oleh elite partai tidak mencerminkan nilai-nilai demokratis," ungkapnya.
Sementara Ketua DPC Demokrat Kabupaten Malang, Ghufron Marzuki juga menyayangkan keputusan DPP Demokrat. Menurutnya, lebih baik tidak ada Musda apabila hasilnya tidak demokratis.
"Jadi kami selaku pemegang suara Musda menyayangkan terhadap keputusan yang kita anggap tidak demokratis. Jadi kalau kemarin Ketua BPOKK Herman Khaeron menyatakan memilih Emil karena lebih loyal, itu menyakitkan," kata Ghufron.
"Kalau menurut saya loyalitas itu bisa dibuktikan nyata kalau ada dukungannya. Bayu dukungannya 25 DPC, apa itu bukan loyalitas tertinggi untuk Pak AHY? Itu bentuk dukungan loyalitas sangat nyata," sambungnya.
Apa yang terjadi di Musda Demokrat Jatim ini, lanjut Ghufron, menjadi contoh politik yang tidak baik.
"Jangan masyarakat ini, atau kita ini diajari hal yang tidak jelas. Ya sebaiknya gak usah Musda, kalau memang dari awal pingin orang itu ya sosialisasi sejak awal. Ndak usah Musda-Musda lagi percuma," tegasnya.
Menurut Ghufron, selama ini AHY mengajari para kader untuk berdemokrasi yang baik. Tapi nyatanya berkebalikan melihat hasil Musda Demokrat Jatim.
"Pak AHY yang selama ini mengajari kita demokrasi baik, tapi nyatanya di internal sendiri tidak bisa demokratis bagus. Nanti apa yang bisa kita jual, tunjukkan ke masyarakat. Sebuah partai berkeadilan, menjunjung demokratis tapi diajari seperti ini. Keputusan demokratis yang seperti apa sebenarnya ini," ujarnya.
Ghufron meminta, Ketum AHY dan jajaran petinggi DPP menjelaskan apa letak kekalahan Bayu Airlangga dalam Musda Demokrat Jatim.
"Kita minta ada penjelasan Ketum DPP yang jelas, mas Bayu apa kalahnya, letak kalahnya di mananya agar kita lega. Selama ini gak jelas, menyudutkan mas Bayu seolah-olah tidak loyal, apa ukurannya? Jangan hanya omong, karena ini dilihat masyarakat," tandasnya.
Diketahui, DPP Partai Demokrat menunjuk Emil Elestianto Dardak sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. Padahal dalam Musda VI DPD Partai Demokrat Jatim yang digelar di Surabaya pada 20 Januari 2022 lalu, Emil Elestianto Dardak hanya meraih 13 dukungan DPC ditambah satu dukungan DPD. Sedangkan Bayu Airlangga meraih suara dukungan lebih banyak, yakni 25 DPC. Suara DPP sendiri abstain.
Emil sendiri sebelumnya sudah menjabat sebagai Plt Ketua Demokrat Jatim sejak September 2020 lalu menggantikan Renville Antonio yang ditunjuk DPP Demokrat sebagai Bendahara Umum.
Sedangkan Bayu Airlangga merupakan Plt Sekretaris Demokrat Jatim sejak September 2020 lalu. Dirinya merupakan menantu Pakde Karwo, dan saat ini menjabat sebagai Anggota DPRD Jatim.