Corona Menuju Ketidakpastian Petani -->
Cari Berita

Corona Menuju Ketidakpastian Petani

Oleh: Dr. Wahid Erawan, Dosen Universitas Garut, Ketua Umum Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI)
Bugiswarta.com, Garut -- Perekonomian pertanian saat ini sedang diliputi tingkat ketidakpastian yang  cukup tinggi seiring dengan keadaan wabah corona.

Sebelumnya Pun sudah terjadi fenomena alam yang musim kemarau berkepanjangan kekeringan terjadi dan banjir takala musim hujan banjir bandang mengakibatkan gagal panen, dinamika sosial dimana pengembangan hasil pertanian tidak hanya terbatas pada peningkatan produksi, namun  juga harus mempertimbangkan keberlanjutannya.

Kebijakan selama ini hanya terbatas pada peningkatan produksi yaitu pemberian modal usaha. Hal ini diperlukan formula  pengembangan hasil pertanian skala rakyat, begitu pula perubahan politik yang selalu terjadi perubahan pengambilan kebijakan. 

Hal demikian akan mengalami kesulitan  dipecahkan secara parsial dalam menangani  permasalahan yang komplek tetapi dibutuhkan penyelesaian secara terpadu. 


Sehingga tidak berfikir dan cenderung menganggap mudah penyelesain dalam keadaan ketidakpastian mengenai perekonomian pertanian.

Kita tidak bisa memprediksi dan menduga sebelumnya akan ada wabah corona yang dapat menjadi pemicu tragedi kemanusian yang dialami hampir seluruh negara sehingga dapat juga mengganggu produksi pangan secara signifikan. 

Pemerintah mungkin saat ini bisa mengklaim aman aparat pemerintah telah melaksanakan tugas dengan baik, memberi bantuan dan perhatian memadai, masyarakat telah mampu mengendalikan sebagian masalah.

Produksi pangan semakin bergeser waktu akan terus menurun dan cadangan makanan akan semakin habis. Harga pangan melonjak tinggi dan merembet pada persoalan perekonomian yang semakin komplek.

Ketidakpastian semakin menajam dengan Ketimpangan yang saat ini yang terjadi di negeri setelah wabah corona terutama perekonomian pertanian.

Pertama Pertumbuhan ekonomi yang dianggap berkualitas apabila perekonomian tidak terlalu banyak dihantui oleh persoalan besar yakni kemiskinan dan pengangguran.

Kemiskinan yaitu persoalan tersendiri dalam pembangunan ekonomi, disamping angka kemiskinan di pedesaan yang sebagian besar bekerja di pertanian. 

Kejadian wabah corona kemiskinan semakin memperlebar kesulitan yang tidak bisa dianggap remeh. Siapapun yang menjadi pemimpin akan sulit menanggulangi kemiskinan dan pengangguran jika penyelesaiannya hanya untuk sesaat apalagi permasalahannya yang komplek terutama masalah pertanian. 

Saat ini sumberdaya manusia perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga dalam peningkatan perekonomian pertanian harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada sehingga mendorong inovasi yang mampu meningkatkan keahlian sumber daya manusia dan dimensi kemanusian dalam pelayanan. 


Saat ini pemerintah selain harus bijak  pembagian pupuk, benih dan alat alat pertanian karena hanya kepentingan sesaat tapi lebih eloknya yang paling bijak pemerintah juga membeli hasil pertanian dari para petani yang layak dengan harga sesuai . 


Pembagian sarana pertanian itu akan lebih membawa dampak horizontal yang lebih produktif apabila pemerintah lebih serius melatih keterampilan dan memberdayakan pemuda desa.Dengan demikian dampak corona akan dapat menekan mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

Kedua  Alhamdulillah pemerintah begitu serius Pembangunan infrastruktur transportasi perdesaan guna mendukung peningkatan aksesibilitas masyarakat desa dan infrastruktur yang mendukung produksi pertanian. 

Namun demikian infrastruktur yang sudah dibangun, dengan adanya wabah corona pemerintah mengeluarkan kebijakan diam dirumah. Musim panen kebimbangan bandar untuk membeli hasil pertanian merasa berspekulasi tinggi khawatir penjualan tidak lancar karena pembeli kemungkinan menurun, walau makanan merupakan kebutuhan primer. 


Bandar yang mempunyai modal besar kemungkinan bisa berspekulasi berani membeli barang hasil panen petani namun hal itu tidak menyentuh kepada petani kecil. 

Begitu pula musim tanam banyak petani yang menunda musim tanamnya karena wabah corona yang warga diharuskan tinggal di rumah, dengan keterlambatan pupuk dan benih yang datang ke petani mengakibatkan penanaman terganggu. sehingga pemerintah dan stakeholder harus berperan aktif menjemput bola dengan mengambil kebijakan yang cepat dan menguntungkan khususnya petani.

Ketiga yang kerap tidak kepada seluruh kalangan petani di beberapa daerah. Kebanyakan petani menilai program bantuan yang diberikan pemerintah kurang efektif untuk memperbaiki kesejahteraan petani. 

Subsidi benih dimana petani menilai program ini kurang efektif untuk membantu karena benih subsidi berisiko berkualitas buruk.

 Selain itu,benih subsidi juga memiliki ketidakpastian pendistribusian  sehingga petani lebih memilih untuk menggunakan benih non subsidi. Para pedagang kecil di daerah menjual pupuk subsidi melebihi harga eceran tertinggi untuk mengurangi biaya operasional pengangkutan pupuk tersebut. 

Akan lebih tepatnya bukan hanya bantuan pupuk dan benih yang disubsidi tetapi dengan terjadinya wabah corona petani sangat mengharapkan hasil panennya pun disubsidi.

Keempat petani tidak mengharapkan adanya aturan yang menyulitkan untuk melakukan ekspor karena saatnya dengan adanya wabah corona minimal kita tidak impor hasil pertanian. Kita tingkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian sehingga bisa ekspor bersaing dengan negara-negara lain.

Untuk menuju berkembangnya dengan baik peningkatan komoditas pertanian bangkit kembali, semua harus terlibat dengan kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam yang diberikan oleh Allah swt kepada negeri tercinta ini