Bugiswarta.com, YOGYAKARTA — Sudah seabad lebih keberadaannya, masih ada kelompok yang tidak tahu dan mengada-ada tentang eksistensi Muhammadiyah. “Kira-kira Muhammadiyah itu apa?”. Berikut dialog imaginer singkat Pak AR Fakhruddin, penjelasan tentang Muhammadiyah.
Siang itu cuaca Jogja sedang mendung, di gawai notifikasi cuaca menunjukkan suhu 28˚C. Sebelumnya penulis sudah membuat janji dengan Pak AR, bahwa jam 13.30 akan bertemu di rumahnya yang beralamat di Jl Cik Ditiro. No 23, Terban, Yogyakarta.
Ketika penulis datang sudah ditunggu Pak AR di teras rumahnya. Seperti biasa, Pak AR menyambut kita dengan senyum khas dan penampilan sederhananya.
Bersarung kotak-kotak, kombinasi warna biru dan putih, pakai kaos oblong, berpeci hitam yang kelihatan kurang presisi, pecinya agak miring kekanan dan menggunakan sandal slop warna cokelat.
Setelah mempersilahkan masuk, Pak AR pamit sejenak untuk meladeni pembeli bensin eceran di kios bensinnya. Yah, selain menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Pak AR juga berjualan bensin eceran yang berada di depan rumahnya (kontrakannya). Setelah memperkenalkan diri, kemudian kita memulai dialog.
Pak, apakah Muhammadiyah itu ?
Pak AR : Muhammadiyah ialah nama salah satu organisasi di Indonesia yang mempunyai dasar Islam dan sifatnya sebagai gerakkan.
Apakah asas dan tujuan Muhammadiyah itu ?
Pak AR : Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Apa arti kata Muhammadiyah itu pak ?
Pak AR: Muhammadiyah itu bahasa Arab. Berasal dari kata-kata “Muhammad” kemudian mendapat tambahan “iyyah”. “Iyyah” itu menurut ilmu tata bahasa Arab (Nahwu) bernama ya nisby. Artinya untuk menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti jenis dari Muhammad. Tegasnya golongan-golongan yang berkemauan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Sallallohu ‘alaihi wasallam.
Dan, kenapa KH Ahmad Dahlan mengambil nama itu bagi organisasi yang dibentuknya ?
Pak AR : Oleh almarhum dimaksudkan, agar Muhammadiyah ini dapat menggerakkan umat Islam untuk mengikuti gerak-gerik Rasulullah Nabi Muhammad. Baik soal-soal yang berhubungan degan kehidupan maupun soal-soal yang berhubungan dengan peribadatan.
Apa yang menjadi pedoman Muhammadiyah dalam melakukan aksinya yang berhubungan dengan keagamaan ?
Pak AR : Dalam soal keagamaan, Muhammadiyah berpedoman Qur’an dan Hadist serta akal fikiran sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist itu sendiri. Pendapat para alim ulama, baik dimasa yang sudah-sudah maupun alim ulama dimasa sekarang, bisa menjadi bahan-bahan pertimbangan. Asal tidak sesuai bertentangan dengan Qur’an dan Hadist.
Terkait dengan tujuan Muhammadiyah. Mengapa Muhammadiyah tidak berlepas dari masyarakat Indonesia, supaya lebih mudah mewujudkan cita-citanya ?
Pak AR : Manusia muslim tidak boleh berfaham “biarlah orang lain mendapat siksa Allah asal kami orang Islam selamat”. Karena masyarakat belum mau masuk Islam, biarlah kami tinggalkan. Muhammadiyah juga berfaham bahwa Islam itu diturunkan bukan untuk mereka yang memgaku Islam saja. Islam diturunkan adalah untuk manusia seluruhnya. Islam bukan agama paksaan. Islam menghendaki agar dengan keinsyafannya, manusia itu mnegikuti faham Islam.
Bahkan di masyarakat ramai di mana Muhammadiyah berlum berdiri, itulah yang hendak didekati atau didatangi oleh Muhammadiyah. Dan di sana perlu ada Muhammadiyah. Selain itu, di Muhammadiyah harus mengerti dan tahu benar-benar bahwa masyarakat itu tidaklah terdiri dari orang-orang yang ‘sefaham’ saja.
Tetapi meskipun demikian hormat-menghormati, harga menghargai wajiblah diwujudkan. Di samping semua itu Muhammadiyah memahami, menyadari dan menghayati bahwa NKRI sejak merdeka tahun 1945 sampai sekarang ini dan seterusnya insyaa Allah tetap berdasar Pancasila dan UUD ’45.
Sumber: Buku Menuju Muhammadiyah tahun 1984/Muhammadiya.or.id