Sudaryono Gerindra
Bugiswarta.com, Gerindra -- Saya sangat bersyukur, semakin mendekati Pilpres 2019 elektabilitas capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno semakin meningkat. Inilah mengapa saya semakin yakin bila beliau adalah menjadi presiden dan wakil presiden mendatang. Keyakinan saya tidak asal ngomong, tetapi berdasarkan survey yang dilakukan lembaga independen yang kredibel.Seperti hasil survey terbaru yang rilis akhir Januari 2019 dari Lembaga Survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) terkait Persepsi dan Perilaku Publik terhadap Elektabilitas Pasangan Capres-Cawapres di Pemilu 2019. Hasil survey sungguh menggembirakan, yakni empat dari enam propinsi di Pulau Jawa dikuasai oleh Prabowo-Sandi. Keempat propinsi tersebut adalah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Di DKI Jakarta, Prabowo-Sandi meraih 53,49 persen dan Jokowi-Ma’ruf meraih 38,37 persen. Jawa Barat, Prabowo-Sandi meraih 60,48 persen, sementara Jokowi-Ma’ruf hanya 28,23 persen. Di Banten, Prabowo-Sandi unggul 60,23 persen, sementara Jokowi-Ma’ruf meraih 31,82 persen. Sedangkan di DIY, Prabowo Sandi meraih 51,61 persen dan Jokowi-Ma’ruf meraih 41,94 persen.
Dari hasil survey yang dilakukan 8-14 Januari 2019 ini, Prabowo-Sandi optimistis menang telak. Pulau Jawa memiliki pemilih terbesar yakni sekitar 58,14 persen atau sekitar 107.982.593 pemilih. Hal inilah yang membuat Pulau Jawa sebagai lumbung suara dalam memenangkan pertarungan di Pilpres. Apalagi hasil survey Puskaptis juga menyebutkan elektabilitas Jokowi-Mar’uf dan Prabowo-Sandi terpaut sangat tipis, yakni 4,1 persen. Dalam survey, Jokow-Ma’ruf memperoleh 45,90 persen, sementara Prabowo-Sandi sebesar 41,80 persen. Sedangkan ada 12,30 persen suara yang belum menentukan pilihan.
Hal yang sama terjadi pada hasil survey yang dilakukan Lembaga Survey Median. Survey yang dilaksanakan paa 6-15 Februari 2019 terhadap 1.500 responden, keunggulan Jokowi-Ma’ruf semakin menipis dari Prabowo-Sandi dengan selisih 9,2 persen. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf sebesar 47,9 persen, sementara Prabowo-Sandi sebesar 38,7 persen dan yang belum memutuskan sebanyak 13,4 persen.
Senada dengan ucapan ekonom Rizal Ramli, bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi dengan Jokowi-Ma’ruf beda tipis, di bawah 10 persen. Meski peluang menang Prabowo-Sandi besar, namun relawan Prabowo-Sandi harus bekerja militan melebihi uang.
Mengapa hasil survey menunjukkan Prabowo-Sandi unggul di Pulau Jawa dan elektabilitasnya menempel ketat dengan petahana? Dari hasil survey, masyarakat menilai lebih menyukai sosok pemimpin baru dan ingin adanya perubahan. Di sisi lain, Prabowo-Sandi dianggap lebih mumpuni, pantas dan pro-rakyat, serta berkarakter tegas, serta dapat memperbaiki kondisi ekonomi saat ini.
Sementara banyak yang beralih dari Jokowi, karena tingkat kepuasan public terhadap kinerja kebijakan ekonomi rendah. Perbedaan elektabilitas yang semakin tipis, menunjukkan posisi Jokowi-Ma’ruf tidak aman. Di samping soal kepuasan masyarakat mengenai ekonomi yang sulit, harga pangan mahal, di sisi lain, saya juga melihat bagaimana peranan para menteri era Jokowi yang juga menjadi sorotan yang menggerus elektabilitas petahana.
Baru-baru ini, Menkominfo Rudiantara menyindir ASN di kementeriannya yang memilih paslon nomor urut 02. Bahkan, Menkominfo menanyakan kepada ASN tersebut siapa yang membayar gajinya dia. Ucapan Rudiantara menjadi heboh di medsos dan menjadi viral, bahkan ramai tagar #YangGajiKamuSiapa di medsos. Rakyat sudah tahu, bila ASN digaji dari anggaran APBN dan uang pajak rakyat, yang tentunya bukan pemerintah rezim ini yang menggaji.
Selain itu, sejumlah partai pendukung petahana juga membuat rakyat kesal. Yang terbaru ada aksi rusuh dan kekerasan yang dimulai oleh sejumlah simpatisan PDIP pada Minggu, 27 Januari 2019 poukul 16.00 WIB di Masjid Jagokaryan, Yogyakarta. Mereka melempar batu dan sempat menyabetkan senjata tajam, namun berhasil dihindari dan aparat datang. Meski kedua pihak sepakat berdamai, namun kejadian ini ramai di medsos dan saya meyakini menurunkan elektabilitas petahana.
Belum lagi adanya spanduk dari partai baru, PSI. Spanduk besar itu berisi tulisan yang cukup mengagetkan, “Hargai Hak LGBT”. Tentu bagi mereka yang beragama, LGBT adalah sesuatu yang dilarang oleh agama manapun. Rakyat pun menilai bahwa petahana mendukung LGBT karena itu adalah aspirasi dari partai pendukungnya. Isu ini sangat sensitif, terutama di tengah suasana menjelang Pilpres 2019, dan bakan menurunkan elektabilitas petahana.