“Jadi ada dua macam pengumpulan dana, pertama dari donatur dan pengusaha kaya baik dalam negeri ataupun dari luar negeri, ada pula yang hanya melibatkan masyarakat, jadi publik bisa menilai kalau dana donatur jaminannya apa dan kalau rakyat jaminannya apa?, tutur Jajat.
Jajat menambahkan, salah satu permasalahan yang akan dihadapi terkait fenomena sumbangan dana kampanye ini adalah adanya anggapan istilah tidak ada makan siang yang gratis, bagi sebagian pihak masih menganggap jika sumbangan yang diberikan apalagi dengan dana yang cukup besar akan menimbulkan efek domino dikemudian hari, tapi jika jumlahnya dibatas kewajaran mungkin tidak akan menjadi permasalahan.
“Penggalangan sumbangan dana kampanye semakin menunjukan besarnya kesadaran masyrakat akan pesta demokrasi kita, tapi sekali lagi meskipun sifatnya berupa sumbangan tentunya harus ada pertanggung jawaban secara transfaran, karena bagaimanapun pihak penyumbang berhak mengetahui informasi secara terbuka jika dana yang disumbangkannya tidak disalah gunakan pihak tertentu untuk kepentingan yang bersifat pribadi”, tutup Jajat.Jajat juga mengapresiasi Prabowo Subianto soal respeknya terhadap sumbangan dari masyarakat, dia menyebut bukan masalah jumlahnya, tapi rakyat menunjukan kebersamaan dan akan merasa meiliki pesta demokrasi ini.
"Jadi rakyat semakin dewasa dalam menghadapi pesta demokrasi yang pada kenyataannya sangat mahal,"bebernya