Bugiswarta.com, Jakarta -- Menyikapi pidato kenegaraan Presiden, Joko Widodo di Gedung
MPR/DPR RI tentang kesuksesannya memimpin 4 tahun, salah satu poin yang
menarik perhatian adalah membangun mental dan karakter bangsa, Kamis 16 Agustus
2018.
Jokowi mengungkap manfaat pembangunan infrastruktur jangan
dilihat dari sisi fisiknya, namun lebih penekanan kepada manfaat dari
infrastruktur itu sendiri seperti konektivitas antar daerah serta menumbuhkan
sentra-sentra ekonomi.
Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID)
Jajat Nurjaman mengatakan, secara garis besar maksud dan tujuan dari percepatan
pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah tidak ada yang salah.
Namun, lanjut Jajat, kita juga tidak dapat mengabaikan
efektivitas anggaran yang di gunakan yang berakibat melonjaknya utang negara,
pencabutan sudsidi, serta kondisi lain yang berkaitan dengan kondisi masyarakat
saat ini.
“Langkah pemerintah yang memaksakan mempercepat infrastruktur
dengan tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi rakyat adalah keliru, meskipun
pemerintah kerap menyatakan situasi utang negara kita masih stabil,” tuturnya.
Jajat menilai, kekhawatiran masyarakat juga bukan tidak
berdasar, salah satunya kegagalan pemerintah dalam menahan laju nilai tukar
rupiah terhadap dollar.
“Tebukti efek domino yang yang ditimbulkan salah satunya yaitu
kenaikan harga bahan pokok”, beber Jajat.
Jajat menambahkan, beberapa waktu lalu Jokowi juga menyatakan
akan menunda pembangunan sejumlah proyek infrastruktur besar guna menekan impor
yang dinilai menjadi salah satu faktor terus melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar.
Hal tersebut, menurut Jajat, menjadi salah satu bukti jika
pemerintah memang melakukan pembangunan infrastruktur secara berlebihan dan
tidak sesuai dengan kemampuannya.
“Klaim kesuksesan pemerintah dalam bidang infrastruktur yang
tidak sebanding dengan kondisi ekonomi masyarakat akan terus memunculkan
berbagai spekulasi, namun sekali lagi kebutuhan rakyat saat ini seharusnya yang
menjadi prioritas utama pemerintah,” tegasnya.
“Karena tanpa ditopang oleh itu semua, saya kira cita-cita
Presiden yang ingin mewujudkan peradaban yang lebih modern akan sia-sia karena
yang dibutuhkan saat ini adalah solusi kondisi ekonomi yang dialami rakyat,
karena memang itulah keadaan yang sebenarnya terjadi”, tutup Jajat.(*)