(Catatan
untuk MUSDA DPD IMM Sulsel periode 2018-2020)
Menjelang
Musyawarah Daerah Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sulawesi
selatan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Pinrang tanggal 9-11 Februari 2018
seharusnya menjadi ajang konsolidasi untuk kader kader IMM Se Sulawesi selatan
untuk menyampaikan apa yang menjadi aspirasi, ide dan gagasannya dalam membuat
formulasi arah gerakan IMM Sulsel satu periode yang akan datang.
Formulasi
itu sejak dini perlu untuk segera diramu sedemikian rupa untuk membentuk satu
kesatuan konsep yang didalamnya terangkum sebuah hal yang bersifat solutif dan
terukur dalam gerak langkah dan pemikiran.
IMM
kedepan perlu berfikir secara kritis konstruktif dan sensitif dalam menyikapi
fenomena alam yang terjadi.
Judul
diatas "IMM Sulsel Sehat" bukan hanya persoalan sebuah tema atau
konsep belaka yang hanya menjadi jualan figur atau hanya sekedar bersifat
kontekstual formalitas tapi nihil di lapangan dalam satu periode kepengurusan,
namun mengajak Kader IMM Sulsel untuk mulai berfikir bijaksana,kreatif,out of
thr box, inovatif serta positif dan bertindak memutuskan sesuatu secara sehat
menggunakan fikiran rasional.
Hipotesa
penulis saat ini bahwa sebagian kader
masih terpenjara dalam ruang lingkup terbatas dan tidak mampu merdeka
dan berdaulat dalam bertutur kata dan memutuskan sesuatu yang menyangkut
kepentingan dan manfaat, sehingga kadang yang terjadi adu mulut dan emosional
karena ketidakmampuan untuk berakselerasi dan hanya bermain dalam metode dan
ruangan yang terbatas tak bermuara.
Sudah
saatnya kader struktural apalagi dalam lingkup wilayah perlu meninggalkan
fikiran tradisional dan terselubung, merdekalah dalam berfikir dan bertindak.
Sehingga lahir pertarungan beradu ide dan gagasan yang baik bukan mengawal
apalagi berlindung dalam kepentingan kelompok tertentu yang bersifat euforia
yang sesaat.
Makna
konteks IMM Sehat adalah Sangat sederhana yaitu menekankan bahwa Gerakan IMM
Perlu mengalir secara alami dalam respon tepat terhadap dinamika fenomena tanpa
mengalami gangguan psikologi yang membuat perkataan dan perasaan tidak
mengalami sinkronisasi, sehingga mengalami gangguan persepsi dan jiwa.
Dalam
konteks Gerakan Kemanusiaan sudah saatnya Kader untuk bergerak dan melakukan
respon cepat dalam melihat fenomena yang terjadi tanpa perlu menunggu berkumpul
dan bermusyawarah sehingga melahirkan kesalahpahaman dan perkataan yang tidak
bersifat intelektual dan tidak punya referensi yang kuat karena segala
sesuatunya menyangkut hajat hidup orang banyak. Lahir sebuah pepatah
"Biarlah hanya satu atau dua orang saja yang menjadi korban yang penting
mayoritas masyarakat bisa terselamatkan."
Melalui
Prosesi Musyawarah Daerah ini menjadi Langkah awal bagi kader IMM Sulsel
sebagai pemuda saat ini untuk lebih mandiri dan produktif untuk mengubah bangsa
indonesia ini menjadi lebih maju dan lebih baik lagi dalam berbagai perspektif
kehidupan di masa depan.
Penulis Andi Rifki Ismulail, Aktifis IMM Sulawesi Selatan, Alumni Kedokteran Unismuh Makassar