BUGISWARTA.com, Selayar -- Julukan ‘negeri’ sejuta pesona, mungkin tidaklah terlalu berlebihan
untuk menggambarkan keelokan dan keragaman daya tarik wisata yang dimiliki oleh
Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan. Sebuah pulau mungil yang
terletak di jazirah paling selatan Provinsi Sulsel.
Selain memiliki keanekaragaman potensi wisata yang
menjanjikan bagi masa depan pembangunan, daerah yang dikelilingi oleh kurang
lebih seratus dua puluh tiga buah pulau ini ternyata juga memiliki banyak
hamparan perkebunan coklat (kakao) yang sementara menantikan sentuhan ‘tangan
dingin’ para professional di bidang pengembangan industri kakao.
Eksistensi Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai salah
satu daerah pemilik hamparan tanaman coklat bukan hanya sekedar pepesan kosong
dan cerita tanpa realitas. Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan lahan kakao
yang masih banyak dijumpai di sejumlah daerah pedalamn terpencil Kabupaten
Kepulauan Selayar.
Perkebunan kakao di Kampung Bau, Kelurahan Putabangun,
Kecamatan Bontoharu yang letaknya tidak berjauhan dengan kantor Lurah
Putabangun merupakan salah satu diantaranya.
Sayang sekali, karena komoditas buah yang pernah
mengharumkan citra dan nama kota Bumi Tanadoang tersebut, kini mulai
ditinggalkan oleh para petani dan bahkan tak pernah lagi dilirik pemiliknya.
Serangan hama dan penyakit yang kerap memicu
terjadinya gagal panen membuat petani lokal kakao di Kabupaten Kepulauan
Selayar menjadi pesimis dan enggan mengembangkan tanaman kakao milik mereka.
Kondisi ini ikut diperparah oleh mulai lesunya pasaran
kakao dan nilai jual yang tak menentu. Seiring berjalannya waktu, para petani
juga berangsur-angsur mulai meninggalkan kebun kakao yang dinilai tak
lagi produktif.
Rasa pesimis petani kakao di Kabupaten Kepulauan
Selayar, kian menjadi-jadi setelah mereka sadar dan mengetahui akan maraknya
dugaan permainan harga di kalangan para pedagang pengumpul dan tengkulak.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupten
Kepulauan Selayar, Ir. Ismail mengakui, Kelurahan Putabangun merupakan salah
satu kawasan pengembangan budidaya tanaman coklat incaran Dinas Pertanian dan
Tanaman Pangan dengan melihat dan mempertimbangkan mutu dan kualitas bibitnya
yang tidak diragukan.
Kebun kakao di Kelutahan Putabangun merupakan
satu-satunya kawasan budidaya tanaman coklat dengan kategori bibit terbaik di
Indonesia, jelasnya dalam perbincangan bersama wartawan di rung kerjanya belum
lama ini.
Meski begitu, para petani lokal di daerah ini tidak
pernah patah semangat. Terbukti, sejumlah komoditi tanaman lain terus ditumbuh
kembangkan oleh masyarakat Kelurahan Putabangun mulai dari komoditas buah
sirsak, jambu mente, pisang, jati super, jeruk nipis, pandan, buah pinang,
bambu, dan jeruk keprok yang dalam dialek Bahasa Selayar lebih akrab disebut
dengan istilah Munte Cina.
Tidak heran, bila kemudian kelompok mahasiswa/alumni
disentra produksi pangan (STTP Gowa) menjadikan Kelurahan Putabangun
Kecamatan Bontoharu sebagai lokasi pembangunan Posko 18 PKL III penadmpingan
mahasiswa alumni disentra produksi pangan.
FADLY
SYARIF/MULIANA AMRI