BUGISWARTA.com, Jakarta -- Haerun Ali Taba, guru SLBN 1 Wajo,
Sulawesi Selatan berhasil mendapatkan penghargaan sebagai guru berprestasi dan
berdedikasi tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhajir Effendy, pada Sabtu 19
Agustus 2017 di Jakarta.
Pria kelahiran Sinjai
32 tahun silam tersebut menjadi satu-satunya perwakilan provinsi Sulawesi
Selatan yang meraih penghargaan pada Pemilihan Guru Berprestasi Nasional 2017
yang diselenggarakan setiap tahun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Haerun berhasil menjadi
Pemenang II Lomba Kreativitas dan Karya Inovasi dalam Pembelajaran Guru
Pendidikan Menengah setelah melalui proses seleksi tes tertulis, wawancara,
penilaian portofolio, penilaian praktik baik _(best practice)_ dan presentasi,
sejak tanggal 14 sd 19 Agustus 2017.
Penyelenggaraan
Pemilihan Guru Berprestasi tersebut dilaksanakan secara bertingkat, mulai dari
tingkat satuan pendidikan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai
pada tingkat nasional.
Terdapat 36
kategori mulai dari tingkat pendidikan kanak-kanak, pendidikan dasar hingga
pendidikan menengah. Haerun menjadi perwakilan dari Sulawesi Selatan, untuk
kategori Guru SMALB setelah mengungguli rekan-rekannya sesama guru SMALB dari
berbagai kabupaten/kota di Sulawesi Selatan pada seleksi yang diselenggarakan
di Makassar, pada 6-9 Juli 2017.
Atas prestasinya
tersebut, Haerun mendapatkan hadiah beragam, mulai dari uang pembinaan,
komputer jinjing serta piagam penghargaan yang ditandatangani langsung oleh
Mendikbud sebagai bentuk apresiasi kepada para Haerun yang telah memberikan
prestasi dan dedikasinya terhadap dunia pendidikan.
Di tingkat nasional,
Haerun mempresentasikan karyanya berupa produk _"Clamp Pass"_ yang
merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan siswa tuna rungu dalam membuat
kipas tangan.
Alat yang
dikembangkan oleh Haerun tersebut memudahkan para siswa tuna rungu dalam
membuat pola kipas tangan yang lebih cepat, lebih praktis, dan lebih aman
karena siswa tidak lagi menggunakan gunting secara manual.
Ke depan, Haerun ingin
mengembangkan alatnya tersebut dengan menambahkan dinamo untuk proses _cutting_
sehingga lebih aman.
Menurut Haerun, kipas
tangan dipilih sebagai produk yang dibuat karena masyarakat Bugis Makassar,
khususnya ibu-ibu sering menggunakan kipas tangan dalam berbagai aktivitas dan
sering dijadikan cinderamata khas Wajo.
Uniknya, kipas tangan
tersebut menggunakan bahan baku dari sisa-sisa kain sutra yang selama ini tidak
termanfaatkan namun jumlahnya melimpah di Wajo.
Pria yang telah menjadi
guru selama tujuh tahun tersebut tidak pernah menyangka bisa menjadi pemenang
di tingkat nasional, karena pada saat seleksi nasional, peserta dari provinsi
lain juga menampilkan produk-produk yang tidak kalah menarik.
Haerun berharap agar
prestasi yang dicapainya tahun ini dapat menjadi inspirasi bagi seluruh
guru-guru yang ada di Sulawesi Selatan untuk terus berkarya dan berinovasi
dalam proses pembelajaran.
Haerun juga berharap
agar para siswanya yang merupakan penyandang disabilitas dapat menggunakan
produknya dalam berkarya setelah lulus dari sekolah sehingga dapat mandiri dan
tidak bergantung kepada orang lain.
"Para siswa yang
berkebutuhan khusus pada dasarnya tidak butuh belas kasihan namun mereka lebih
butuh untuk diberikan motivasi dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki para siswa tersebut", ujar Haerun.
MUNAWIR RAZAK/MULIANA AMRI