Hadits tentang himbauan menjaga lisan cukup banyak.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah r.a
tuturnya : Rasulullah bersabda, “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara baik
atau diamlah.”
Muadz bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah. Ia
berkata, “Wahai Rasulullah, kita disiksa hanya gara-gara apa yang kita
bicarakan?”
Beliau menukas, “Matilah ibu, hai Muadz! Manusia itu
tidak ditelungkupkan wajahnya atau lubang hidungnya ke bara api neraka, kecuali
lantaran buah bibir mereka!”
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits yang dinyatakannya
sebagai hadits hasan dari ‘Uqbah bin Amir, tuturnya, “Saya pernah bertanya,
“Wahai Rasulullah, apa kunci selamat itu?’ Beliau menjawab, ‘Jaga mulutmu,
lapangkanlah rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu.’”
Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad baik dari Abdullah
bin Sufyan dari ayahnya bahwa seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah
beritahukanlah kepada saya sesuatu di dalam Islam yang tidak perlu saya tanyakan
lagi hal itu pada siapa pun sepeninggal Anda.” Beliau menjawab, ”Nyatakanlah
aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah!” Ia bertanya lagi, “Wahai
Rasulullah, apa sesuatu yang paling
menakutkan?” Beliau menjawab dengan bahasa isyarat, menunjuk mulut
(lidah) beliau.
Imam an-Nawawi menuturkan dalam Riyaadhush Shaalihiin, “Ketahuilah,
setiap orang mukalaf seyogyanya menjaga mulutnya dari segala ujaran kecuali
kata-kata yang mengandung kemaslahatan. Manakala bicara dan tidak bicara
sama-sama mengandung kemaslahatan maka yang sunnah adalah tidak usah bicara
sebab bicara yang mubah kadang bisa menjadi haram atau makruh. Hal itu sudah
menjadi kebiasaan umum. Dan nilai keselamatan tidak terhitung dengan apa pun.”
Disadur dari Buku Dr. Akram Ridha “Manajemen Diri
Muslimah”.
MULIANA
AMRI