OPINI : PASENG RIANGING (Dalam Kledioskop Pilkada Bone) -->
Cari Berita

OPINI : PASENG RIANGING (Dalam Kledioskop Pilkada Bone)

Penulis : Andi Singkeru Rukka. S.E.,SH.,MH
( Mahasiswah Program Doktoral Ilmu Hukum dan Pengajar IAIN Sultan Amal Gorontalo)

Sekadar mengapresiasi romantika politik ibarat kisah cinta, diantara rasa, emosi, benci dan kerinduan.

Ingin kutitipkan dihembusan angin pesanku untuknya...,

Romantika hidup atas cinta ibarat angin yang berhembus membawa kesejukan kenyamanan untuk dinikmati, membawa keteduhan jiwa sekaligus konflik rasa, sesuatu yang bercampur jadi satu, membaur, ibarat bau yang terbawa hembusan angin yang segera berlalu...berganti

Ingin kunikmati hembusannya...

Ibarat angin yang berhembus diantara benda-benda yang dilaluinya begitu lentur...mengikuti lekuk kerasnya benda-benda, menempati semua ruang nyata dan kosong, menempati semua ruang pikiran tanpa kita mampu mengendalikanya menempatkannya diruang yang sesunggunya “pappuji”, berada disegala ruang aktifitas kerja-kerja

Hei hei...awas jangan terlena

Angin berhembus tanpa ego, tanpa memilah ruang untuk ditempatinya, begitu adil,......... I Lebu, I Becce, I Bunga I Nandong.... tidak mungkin mendengarkanya jika bukan tutur dari hati...

Sungguh tidak akan ada kehidupan tanpa angin dan tidak mungki angin tanpa hembusan..., maaf aku menitipkan pesan disela hembusanmu, sampaikan untuknya...............................bismillahi rahmani rahim..........

Sungguh saya tidak meragukanmu..........

Paseng rianging adalah apresiasi cinta zaman rio...lo..., ketika cinta sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan dengan lugas...dua anak manusia yang saling mencintai namun terpasung “pangadereng” budaya yang baginya menjadi penjara jiwa..., karna pada akhirnya harus berakhir dengan fonis di jodohkan...oleh “ETTA”, tidak semuaji...

Kasian deh....

Hei ini belum berahir....

Paseng rianging menjadi bahasa yang tren..riolo..romai...menjadi media mengantarkan pesan dari hati kehati...disela tellongeng jendela besar bertirai, diatas rakkeang diantara tumpukan padi, dan jagung..., dilego-lego rumah diantara kopi pekat dan tole ico Ettanya, didapureng diantara “uring dapo” dan rumpu api, dileureng diantara assulappeng dan angkalungung, sempat-sempat mencuri waktu untuk menitip pesan disela hembusan angin...

Lihatlah dikedalaman hatimu..., dialah yang lebih tau...

Uragaki...kenapa tidak...!!!!, saya mendengarkanya dihatiku pesan yang kau titipkan disela hembusan angin, karena saya yakin kau juga mendengarkannya.

Kledioskop politik pilkada adalah ruang rasa yang sama dengan narasi diatas segala emosi jiwa, suka dan benci, tegang...namun indah dan bermakna...

Ooo...”ETTA” pilihkan untukku jodoh yang sepadan tuk berbagi rasa dan bersatu rasa.

Tapi tabe ETTA degaga Doi Pappenre’ku’, deto gaga Anynyarang Tonengekku....

Tennia issemmu yaro ana ku,...pattugekkengi atimmu, getteng sompe’mu botori laleng dalle’mu....kuru sumange’mu singke.

Olehnya:

MELALUI RUANG INI TAPARAJAIANGNGA ADDAMPENG, IJINKAN SAYA MENCEBURKAN DIRI DALAM RUANG RASA UNTUK MANJU MENJADI KONTESTAN DALAM PILKADA KABUPATEN BONE 2018.

TABE MASSIMANNA