LAJALLO' SENJATA PAMUNGKAS PENINGGALAN ARUNG CEPPAGA -->
Cari Berita

LAJALLO' SENJATA PAMUNGKAS PENINGGALAN ARUNG CEPPAGA

Deskripsi : Mursalim
(Sumber : H.Andi Bahram Sebbu)

SEJARAH, Bugiswarta.com -- Lajallo merupakan senjata jenis kawelang (parang panjang) dengan ukuran panjang 1,20 m dan lebar 15 cm. Gagang Lajallo berbentuk ular naga terbuat dari Aju Raja/Ajuara (Beringin). Konon menurut cerita Andi Sebbu dan Andi Pawiseang Lajallo ini sering berubah wujud menjadi ular hitam. Lajallo merupakan peninggalan Arung Ceppaga yang kini dipelihara oleh Haji Andi Bahram Sebbu.

Menurut Andi Sebbu, Lajallo ini sudah ada sebelum Rumpa’na Bone tahun 1905. Untuk menjaga dan merawatnya, Lajallo ditempatkan disebuah ranjang kecil yang dilengkapi kasur dan bantal kemudian diberi kelambu berwarna merah. Kemudian di depannya terdapat sebuah Lojeng yang berisikan sesajen seperti beras, dupa, wewangian, pala, kemiri dan setiap bulannya diganti yang baru. Di samping Lajallo terdapat senjata pamungkas lainnya yang menyerupai Lasalaga milik Arung Palakka dan dua buah Ulawu Bessi.

Dalam ritual perawatan dan penyucian Lajallo terbilang mudah hanya membutuhkan tiga buah jeruk nipis, tiga buah kelapa muda, dan satu sisir pisang dengan tujuan jeruk untuk membersihkan Lajallo, air kelapa untuk mengganti air yang ada dalam Balubu Keramik, serta pisang untuk dikonsumsi oleh keluarganya sebagai simbol bahwa betapa susahnya melakoni kehidupan yang membutuhkan kerja keras.

Anehnya Lajallo ternyata bisa beranak-pinak menjadi tiga, dan dua diantaranya dipelihara oleh Andi Syamsoel Alam mantan Bupati Bone dan yang satunya dipelihara oleh putra Andi Sebbu yaitu Haji Andi Bahram Sebbu di Jalan Flores Nomor 15 Watampone, Kabupaten Bone. Dan keturunan Arung Ceppaga yang berada di luar Bone jika pulang menyempatkan diri untuk melihat Lajallo selain bersilaturahmi dengan keluarganya.

Lajallo ini juga pernah digunakan oleh salah seorang Tokoh dari Bone yaitu Andi Sebbu Petta Diu. Lajallo dipegang oleh beliau pada masa pergerakan kemerdekaan dan setelah beliau wafat tahun 1994 diserahkan kepada putranya Andi Bahram Sebbu untuk dipelihara demi pelestariannya.

Lajallo berarti La atau Laki-laki, dan Jallo berarti amuk sehingga jika diartikan menjadi laki-laki yang mengamuk dalam artian membela kebenaran. Dimasa masih dipegang Arung Ceppaga, Lajallo sering digunakan untuk mempertahankan wilayahnya dari serangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.(****)