Pilkada 2018: Kawanku Adalah Lawanku. -->
Cari Berita

Pilkada 2018: Kawanku Adalah Lawanku.

Penulis Nurmal Idrus Direktur Nurani Strategic


Sungguh ruwet. Seperti itulah suasana politik di tahun 2018 mendatang. Untuk pertamakalinya kita akan disuguhkan drama politik dimana secara bersamaan Pemilihan Gubernur akan berdampingan dengan Pemilihan Bupati/Walikota.
Keruwetan pertama adalah persoalan usungan parpol untuk paslon. Tentu bukan persoalan mudah ketika sebuah parpol berbeda usungan gubernur dan bupati. 

Sebuah parpol yang mendukung calon gubernur yang tak linear usungannya dengan calon bupati di sebuah daerah tentu akan dibuat pusing. Masalahnya, karena pemungutan suara bersamaan maka tahapan kampanye tentu juga harus bersamaan. Maka, potensi skenario lawan di provinsi tapi teman di kabupaten dimungkinkan akan terjadi di Pilkada serentak 2018 mendatang. 

Keruwetan kedua terjadi pada cara mensosialisasikan diri. Sebuah parpol yang kemudian berhasil men-linear-kan dukungannya baik di gubernur dan juga bupati, kembali akan keteteran jika nomor urut pasangannya berbeda. Pasalnya, jika usungan masih bisa diatur agar calon linear, maka nomor urut tentu tak bisa diatur. 

Sungguh memusingkan jika calon gubernur partai A mendapat nomor urut 1, sementara usungan calon bupati mendapat nomor urut 3. 
Keruwetan ketiga terletak pada membangun koalisi parpol. Diyakini tak akan ada koalisi permanen di Pilkada 2018. 

Koalisi akan buyar dengan sendirinya ketika usungan dikonversi ke pasangan bupati/walikota. Koalisi gubernur bisa jadi akan mudah dibentuk, tetapi itu tak akan terjadi dengan koalisi di kabupaten/kota. Ya, kembali pada istilah di keruwetan pertama di  atas, di provinsi kawan di kabupaten bisa jadi lawan.

Tentu ini masalah yang harus segera diatasi oleh para pengambil kebijakan dimasing-masing parpol. Setidaknya, mulai hari ini mereka sudah harus mendiskusikan cara mengatasi keruwetan - keruwetan itu. Cara terbaik untuk mengatasi problem di atas salah satunya adalah membangun komitmen lintas parpol untuk membangun koalisi permanen yang liat dan kokoh.

Koalisi tak harus dibangun secara nasional tapi mutlak untuk  tingkat provinsi. Itulah cara paling elegan untuk mendekatkan diri dengan kemenangan. Sebab dengan demikian tak ada lagi kawan di kabupaten/kota tapi lawan di provinsi.

(******)