Oleh: Nurmal Idrus (Direktur Nurani Strategic)
Kemunculan Nurdin Halid dalam kancah poitik Sulsel yang ditandai dengan pengambilalihan pucuk pimpinan Partai Golkar Sulsel dari tangan Syahrul Yasin Limpo melahirkan "gempa" politik yang mengubah konstalasi.
Betapa tidak, SYL yang selama satu dekade seperti tak tergantikan, akhirnya harus rela melepaskan posisi sentral itu kepada figur yang selama ini dianggap "seteru" nya, Nurdin Halid. Sungguh telah mengubah peta politik yang sebenarnya sudah tersusun rapi sebelum NH datang.Kedatangan NH membuat klan YL harus berhitung kembali atas semuanya. Kuku cengkraman mereka kini perlahan longgar pada satu titik tangan. Ironisnya, titik itu adalah ruas sentral dari keseluruhan energi cengkraman yaitu Partai Golkar.
Mengacu pada perhelatan politik terdekat di Sulsel yaitu pilkada serentak di 12 Kabupaten/Kota plus Pilgub Sulsel, Juni 2018, kehadiran NH sungguh mengguncang. Sebelum NH datang titik sentral Golkar hanya pada satu nama, Ichsan Yasin Limpo.
Kini, setelah NH datang konstalasi di tubuh beringin lebih dinamis. Semua punya peluang, dari Tanri Balilamo, Agus Arifin Nu'mang hingga Nurdin Abdullah, semua punya peluang berimbang. Bahkan, jika ingin, NH sendiri kini punya opsi paling terbuka untuk langsung menjadi calon Gubernur Sulsel 2018.
Ya, hanya NH hari ini yang bisa dianggap punya jalan paling lempang menuju Pilgub 2018 disaat yang lain masih stres dengan kendaraan mereka. Dengan posisi sebagai Ketua Golkar Sulsel hingga batas waktu yang belum ditentukan, NH mengontrol 18 kursi di parlemen Sulsel yang artinya lebih dari cukup untuk langsung menjadi calon.
Kini, bola di tangan NH. Bandul ingin diarahkan kemana itu adalah kehendaknya. Selama 17 bulan ke depan hingga pendaftaran bakal calon Gubernur Sulsel ke KPU di Bulan Maret 2018, opsi ada di tangan sang pengatur, NH. Ada banyak opsi di tangannya dan tentu sudah masuk dalam skenario pikirannya.
Saya pernah lama bergaul dengannya dan sangat memahami setiap kali pion ia langkahkan maka bukan hanya satu atau dua langkah yang ia pikirkan. Tetapi, hingga berpuluh-puluh langkah setelahnya. Siapa bisa menduga ia kemudian memilih tak melepaskan bandul dan memutuskan untuk merengkuhnya sendiri.. menggunakannya sendiri. Wallahuallam.
(******)