Mungkin hanya wanita yang biasa menulis tentang kisah masa lalunya akan tetapi kali ini saya seorang laki-laki yang mencoba mengurai sebuah kisah yang telah mengisi sebahagian masa mudanya dimasa lalu.
Saya memulainya dengan sebuah rasa cinta yang pada umumnya dirasakan juga oleh setiap orang dimasa puberitas, kala itu saya menempuh study pada perguruan tinggi di Kota kelahiranku, Kabupaten Bone.
Disitulah saya pernah merasakan pahit manisnya mencintai, cinta yang membuatku menanyakan banyak hal hingga detik ini, sekarang umurku sudah memasuki angka 26 tahun. Saya pernah sangat mencintai seseorang, seperti manusia pada umumnya pernah mencintai dan dicintai.
Tapi ternyata cinta yang sempat kumiliki itu telah merusak hati dan jiwaku, merusak hari-hari indahku dan mengacaukan pikiranku. Sehingga saat ini tidak lagi berani berbalik dan memandang apa yang pernah terjadi dalam hidupku, karena rasanya aku telah kehilangan banyak hal karena rasa cinta itu. Langkahku terhenti karena cinta itu, ohh tidak aku telah dibodohi dengan perasaan yang tidak jelas itu.
Kami merajuk cinta Yang tentu saja keinginan kami ingin hidup bersama hanya saja takdir berkata lain diapun menikah dengan orang lain dan bahagia bersama kehidupannya.
Mataku kembali sembab dan berkaca-kaca bernostalgia tentang dia yang pernah singgah dihatiku, dan tidak dapat kupungkiri hingga sampai detik ini aku masih merasakan hal yang sama.
Wanita itu kelahiran 24 Juni 1991 sementara saya kelahiran 05 Juli 1989 jadi Aku terpaut usia tahun dengannya, yaa dia seperti seorang adik bagiku, jika aku sekarang sudah 26 berarti kurang lebih dia sekarang sudah 24/23 tahun, entahlah.
Sekarang dia sudah menikah dan memiliki 1 orang anak namun aku tidak tahu persis bagaimana kondisinya, saya hanya terkadang mengintip pada statusnya di media sosial.
Aku tidak lagi boleh berharap dia masih mengigat kisah kami atau tidak karena aku tahu bahwa rasa cinta yang kumiliki terhadapnya bukanlah rasa cinta yang membuatku (harus) bersatu dengannya, rasa cinta yang kumiliki terhadapnya hanyalah doa dan caraku untuk mendoakannya dari kejauhan meskipun tidak dapat menyentuhnya sama sekali.
Dia seperti asap dan angin bagiku yang hanya dapat kupandangi namun tidak untuk kusentuh seerat-erat mungkin.
Becce (nama samaran) nama itu tersave mati di memoriku, tak ada satu haripun kulalui tanpa hanya sekedar mengingat nama itu saja , ia lahir tanggal 24 Juni 1991, entah kenapa angka-angka itu menjadi angka-angka yang sangat berarti dalam hidupku sejak aku mengenalnya, namun lucunya tanggal kelahiranku sendiri kadang saya lupa lalu kenapa angka-angka itu tidak bisa terhapus dari memori ingatanku.
Sejak ia menikah rasanya saya sudah kehilangan rasa cinta terhadap orang lain saya tidak bisa membuka hatiku kembali untuk yang lainnya, jika saja bisa melawannya akan kulawan sekuat-kuatnya namun tetap saja tidak bisa, hatiku selalu berkata aku sangat mencintainya.
Becce oh Becce namamu terdengar begitu unik, mungkin ini salah satu alasan kenapa aku sangat mencintaimu. Disela-sela kesibukan dunia jurnalistik saya banyak menulis hal tentangmu sosok yang begitu kucintai namun tidak dapat kumiliki.
Di sela-sela kesibukanku menulis di Media online terkadang berpikir dalam ego yang penuh dengan pertanyaan (seperti apa kamu yang sekarang ? kamu baik ? sosok seperti apa suamimu? Gimana kabarmu, bahagiakah? Begitu banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan padamu, pertanyaan yang mungkin tidak masuk akal bagimu namun penting bagiku.
Bersambung............!!!!
-----------
La Barakka
Saya memulainya dengan sebuah rasa cinta yang pada umumnya dirasakan juga oleh setiap orang dimasa puberitas, kala itu saya menempuh study pada perguruan tinggi di Kota kelahiranku, Kabupaten Bone.
Disitulah saya pernah merasakan pahit manisnya mencintai, cinta yang membuatku menanyakan banyak hal hingga detik ini, sekarang umurku sudah memasuki angka 26 tahun. Saya pernah sangat mencintai seseorang, seperti manusia pada umumnya pernah mencintai dan dicintai.
Tapi ternyata cinta yang sempat kumiliki itu telah merusak hati dan jiwaku, merusak hari-hari indahku dan mengacaukan pikiranku. Sehingga saat ini tidak lagi berani berbalik dan memandang apa yang pernah terjadi dalam hidupku, karena rasanya aku telah kehilangan banyak hal karena rasa cinta itu. Langkahku terhenti karena cinta itu, ohh tidak aku telah dibodohi dengan perasaan yang tidak jelas itu.
Kami merajuk cinta Yang tentu saja keinginan kami ingin hidup bersama hanya saja takdir berkata lain diapun menikah dengan orang lain dan bahagia bersama kehidupannya.
Mataku kembali sembab dan berkaca-kaca bernostalgia tentang dia yang pernah singgah dihatiku, dan tidak dapat kupungkiri hingga sampai detik ini aku masih merasakan hal yang sama.
Wanita itu kelahiran 24 Juni 1991 sementara saya kelahiran 05 Juli 1989 jadi Aku terpaut usia tahun dengannya, yaa dia seperti seorang adik bagiku, jika aku sekarang sudah 26 berarti kurang lebih dia sekarang sudah 24/23 tahun, entahlah.
Sekarang dia sudah menikah dan memiliki 1 orang anak namun aku tidak tahu persis bagaimana kondisinya, saya hanya terkadang mengintip pada statusnya di media sosial.
Aku tidak lagi boleh berharap dia masih mengigat kisah kami atau tidak karena aku tahu bahwa rasa cinta yang kumiliki terhadapnya bukanlah rasa cinta yang membuatku (harus) bersatu dengannya, rasa cinta yang kumiliki terhadapnya hanyalah doa dan caraku untuk mendoakannya dari kejauhan meskipun tidak dapat menyentuhnya sama sekali.
Dia seperti asap dan angin bagiku yang hanya dapat kupandangi namun tidak untuk kusentuh seerat-erat mungkin.
Becce (nama samaran) nama itu tersave mati di memoriku, tak ada satu haripun kulalui tanpa hanya sekedar mengingat nama itu saja , ia lahir tanggal 24 Juni 1991, entah kenapa angka-angka itu menjadi angka-angka yang sangat berarti dalam hidupku sejak aku mengenalnya, namun lucunya tanggal kelahiranku sendiri kadang saya lupa lalu kenapa angka-angka itu tidak bisa terhapus dari memori ingatanku.
Sejak ia menikah rasanya saya sudah kehilangan rasa cinta terhadap orang lain saya tidak bisa membuka hatiku kembali untuk yang lainnya, jika saja bisa melawannya akan kulawan sekuat-kuatnya namun tetap saja tidak bisa, hatiku selalu berkata aku sangat mencintainya.
Becce oh Becce namamu terdengar begitu unik, mungkin ini salah satu alasan kenapa aku sangat mencintaimu. Disela-sela kesibukan dunia jurnalistik saya banyak menulis hal tentangmu sosok yang begitu kucintai namun tidak dapat kumiliki.
Di sela-sela kesibukanku menulis di Media online terkadang berpikir dalam ego yang penuh dengan pertanyaan (seperti apa kamu yang sekarang ? kamu baik ? sosok seperti apa suamimu? Gimana kabarmu, bahagiakah? Begitu banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan padamu, pertanyaan yang mungkin tidak masuk akal bagimu namun penting bagiku.
Bersambung............!!!!
-----------
La Barakka