Penulis : Abdul Jabbar A.
Ketua DPD IMM Sulawesi Selatan Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Adanya gerakan keilmuan dalam tubuh Muhammadiyah, telah "menular" kepada ortom-nya, salah satunya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam, mempunyai trilogi Ikatan, yaitu religiusitas, intelektualitas dan humanitas. Dalam trilogi Ikatan tersebut, terdapat unsur intelektualitas, yang memberikan indikasi bahwa IMM mempunyai ranah gerak dalam pengembangan pemikiran (keilmuan), meskipun tetap bersatu dengan dua unsur yang lain (religiusitas dan humanitas).
Dalam perjalanannya gerakan keilmuan IMM pun mengalami pembagian aliran yang kurang lebih sama (secara garis besar) dengan yang terjadi pada tubuh Muhammadiyah.
Kader IMM sebagian besar terdapat beberapa aliran, antaranya: aliran puritan yang skriptual, ada pula yang liberal dengan mengindahkan penggunaan ilmu dan metodologi barat (seperti metode heurmenetika dalam memahami teks) serta terdapat pula aliran yang revolusioner dengan menggunakan metode Materialisme Dialektika Historis ala Marxis.
Selain dari fakta yang membuktikan terbaginya aliran pemikiran kader dalam IMM, adanya gerakan keilmuan IMM juga terbukti dengan adanya buku-buku yang ditulis langsung oleh kader IMM, baik mengenai pemikiran dan gerakan IMM maupun mengenai isu di luar IMM (seperti ekonomi, sosial, politik dan budaya).
Sehingga literatur mengenai IMM pun mulai bertambah dan berkembang, meskipun masih terbilang sederhana. Karena, gerakan keilmuan bukan gerakan yang pragmatis jangka pendek tetapi gerakan jangka panjang menuju suatu perubahan, seperti perkataan Buya Syafi'i Ma'arif: "Kerja Intelektual adalah kerja seumur hidup, itupun tidak pernah tuntas dan memuaskan".
Sehingga, dengan sadar, Gerakan Keilmuan perlu dibumikan dalam tubuh Ikatan dengan dibumikannya gerakan membaca, gerakan diskusi dan gerakan menulis, yang pada akhirnya akan membuahkan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan, membumi dan mampu mengubah keadaan.
Creative minority merupakan sekelompok kecil manusia yang mampu untuk mencari solusi atas berbagai kesulitan tantangan peradaban, menggerakkan dan menentukan sejarah peradaban yang kemudian akan diikuti oleh yang lain (Arnold J. Toynbee). Sehingga creative minority menjadi penting dalam rangka mendukung adanya gerakan keilmuan dalam Ikatan.
Gerakan Intelektualitas IMM harus dimulai dengan pembentukan creative minority, dengan Trilogi Gerakan Keilmuan, diantaranya :
1. Gerakan Membaca: menggalakkan gerakan membaca bagi kader-kader IMM mengenai pembacaan terhadap khazamah Islam klasik, khazanah Islam kontemporer serta pemikiran Barat kontemporer.
2. Gerakan Diskusi: mendiskusikan hal-hal yang sudah menjadi bahan bacaan sebelumnya, gagasan yang baru akan muncul melalui proses dialektika (dalam diskusi). Selain itu, diskusi juga terkait dengan permasalahan atau isu kontemporer yang ada.
3. Gerakan Menulis: gagasan yang sudah didiskusikan, kemudian dituliskan agar mampu dibaca dan dikonsumsi oleh orang lain serta mampu juga untuk dikritisi sehingga diharapkan akan memicu munculnya tulisan-tulisan (gagasan) lain yang lebih baik.
Maka dari itu, gagasan creative minority dalam MUSYDA XIX DPD IMM Sulawesi Selatan sebagai pilar gerakan keilmuan diharapkan mampu untuk menunaikan tanggung jawab intelektual yang diemban IMM, dengan tetap menjadikan level akar rumput (grass root) basis gerakan keilmuan.
Gerakan keilmuan The Creative Minority diharapkan mampu ditransformasikan mulai dari tingkat DPD IMM Sulawesi Selatan, cabang hingga ke level komisariat dengan Human Capital yang ada, sehingga akan muncul Creative Minority secara massif. Hal ini penting untuk didorong sebagai pelahir gagasan dan pemikiran yang mencerahkan untuk Islam berkemajuan.
,(***)