Mengenal Lebih Dekat Zainal Warga Panincong, Raih 400 Ribu Perhari, Kendati Dirinya Lumpuh -->
Cari Berita

Mengenal Lebih Dekat Zainal Warga Panincong, Raih 400 Ribu Perhari, Kendati Dirinya Lumpuh

Zainal Abidin (28) yang cacat tubuh atau lumpuh tampak sedang sibuk memperbaiki hand phone milik pemesan di ruang servicenya, baru-baru ini.

SOPPENG, Bugiswarta.com -- Tak seorangpun di dunia ini, ingin hidup dalam keadaan cacat, baik fisik maupun mental. Tapi jika itu yang sudah dialami, apa hendak dikata. Kita hanya bisa bersyukur karena Sang Maha Pencipta masih memberikan kesempatan kepada kita untuk hidup menikmati dunia ini.

Hal tersebut, dikatakan Zainal Abidin (28) warga Panincong Kecamatan Marioriawa, saat Pare Pos berada di ruang service elektronika miliknya di kediamannya, Selasa, baru - baru ini.

Zainal kelahiran Panincong Soppeng 28 tahun silam, tepatnya, 11 Desember 1987 dari pasangan suami - istri, Sadike - Nurjannah itu, lahir dalam keadaan sempurna seperti dengan anak - anak lainnya.

Namun ketika Zainal menginjak usia 8 tahun, ketika dirinya masih menuntut ilmu pendidikan di Kelas II Sekolah Dasar di Panincong, saat Zainal kecil ingin menimba air di sumur yang ada di dekat rumahnya, karena sebuah timba sumur yang tergantung agak tinggi bagi ukuran Zainal di sebuah pohon kayu di pinggir sumur itu, Zainalpun berusaha meraih timba itu dengan memanjat pohon itu.

Namun naas menimpa diri Zainal. Ketika itu ia terjatuh, walaupun hanya terjatuh di pinggir sumur, tapi dengan kecelakaan itu membuat kaki Zainal mengalami patah tulang. Ia pun sempat dirawat inap 3 hari di RSUD Soppeng dan dirawat jalan di rumah. Meski pada akhirnya sudah tidak lagi ia rasakan sakit namun dengan kejadian itu membuat dirinya hidup dalam keadaan cacat tubuh dengan mengalami kelumpuhan kaki. Kejadiannya pada tahun 1995.

Kedua orang tua Zainal mengasuhnya dengan penuh kasih sayang tanpa membedakan antara dirinya dengan 3 orang adiknya. Pada tahun 1999, belum ia menginjak usia dewasa, ayahandanya, Sadike, sudah terlebih dahulu menghadap kepada Sang Khalik.

Almarhum Sadike meninggalkan 2 putra, dua putri dan seorang istri. Sejak itu, ibundanya, Nurjannah mengasuh keempat anak kandungnya dengan seorang diri atau single parent.

Kini seorang putrinya adik Zainal, Asia, telah berumah tangga. Dua orang adiknya, Rudi alumni Jurusan Perkantoran SMKN 1 Marioriawa Tahun Pelajaran 2014 / 2015. Seorang lagi, Ambar, Siswi Kelas III (12) Jurusan Perbankan SMKN 1 Marioriawa.

Sebagai anak sulung, dengan ibundanya yang single parent, Zainalpun menyadari, bahwa seyogyanyalah dirinya yang bisa menggantikan peran ayahnya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari dalam rumah tangga.

Namun karena dengan keterbatasan yang ia miliki, Zainalpun tak mampu melaksanakan peran itu, kecuali ibundanyalah yang memikul sendirian. Dengan keadaan seperti ini tak membuat mereka sekeluarga patah hati. Karena baginya, tidak mungkin Tuhan membiarkan hambanya hidup jika tak mampu  memberi makan.

"Janji Tuhan inilah yang memotivasi dan menginspirasi kami untuk tetap bersabar serta senantiasa tetap bangkit menatap masa depan yang penuh kecerahan".ungkapnya

Meski SD-pun tidak tammat, karena keingin tahuannya soal elektronika selalu saja ia coba, ibunya pun melihat kalau sang buah hati, Zainal ini, memiliki potensi bakat di bidang elektronika. Rupanya, gayung tersambut. Salah seorang keluarganya yang bermukim di Makassar memasukkannya
di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar untuk mengikuti pelatihan Elektronika bagi disabilitas.

Berbekal sebagai alumni di pelatihan tersebut, bermodal pas - pasan kecuali dengan tekad, kejujuran dan kepercayaan. Di rumah tempat tinggalnya di Panincong, Zainal yang menderita kelumpuhan ini memulai membuka usaha pelayanan jasa service elektronika berbagai jenis dan merek di ruang yang disediakan.Jenis elekronika tersebut, hand phone, kipas angin, radio, vcd player, amply, MP3, kecuali kulkas yang memerlukan peralatan khusus seperti peralatan las dan alat pemotong besi yang belum mampu kami jangkau.

Dari hari ke hari, namamya sudah mulai dikenal kalau dirinya mampu memperbaiki alat - alat elektronika. Selain silaturrahmi semakin bertambah ia pun merasakan kalau kebutuhan alat - alat dalam memberikan pelayanan jasa perbaikan sungguh mendesak amat dibutuhkan.

Tahun lalu 2015, Zainal pun termasuk salah satu yang mendapatkan bantuan dari Pemkab Soppeng melalui Dinas Sosial. Walaupun masih belum memenuhi kebutuhan alat yang diperlukan, tapi setidaknya, bagi Zainal, bantuan pemerintah itu, sudah sedikit membantu memenuhi kebutuhan peralatan yang ia perlukan.

"Soal pendapatan atas jasa pelayanan service elektronika ini, dalam sehari biasa didapat antara Rp 100.000,- hingga Rp 400.000,- tapi terkadang juga tidak ada. Biasa juga gratis, karena saya tetap yakin kalau rezeki itu Tuhanlah yang mengatur. Kita hanya berusaha, selebihnya Allahlah yang tahu. Soal keperluan modal untuk kelengkapan alat - alat dalam memenuhi pelayanan terhadap konsumen, dengan dana Rp 20.000.000,- sudah bisa kami kembangkan", kata Zainal.

Apalagi kata dia, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin cepat seiring maju pesatnya berbagai macam alat - alat elektronika dalam memenuhi kebutuhan penerima manfaat.

Perlu kecermatan dengan tekad untuk mengetahui perkembangan itu, dengan jalan rajin membaca dan membuka - buka internet.

(*****)