Opini : Efek Pilkada Produksi Gangguan Psikosomatis -->
Cari Berita

Opini : Efek Pilkada Produksi Gangguan Psikosomatis

A.Muh Rifqi Ismulail S.Ked Dokter Muda RSUD Syech Yusuf Gowa

GOWA, Bugiswarta.com -- Pemilihan kepala daerah serentak di 11 daerah di Sulawesi selatan sudah terlaksana dengan baik dan telah menghasilkan kepala daerah dan wakilnya yang baru hasil dari proses demokrasi dimana rakyat memiliki peran penting dalam memilih pemimpinnya sesuai hati nurani mereka masing-masing.

Namun dalam proses pelaksanaannya sering kita menemui keganjalan dan sesuatu hal yang terjadi yang kadang kita fikir terasa aneh,secara umum yang saya maksud disini adalah tidak terlepasnya proses money politic dimana uang yang berkuasa dan yang paling menentukan apalagi berbicara selisih suara yang kadang paling menentukan hasil akhir perhitungan.
Semua pasangan calon yang mengikuti pilkada telah mengeluarkan amunisi sekitar milyaran rupiah untuk biaya operasional dan tak perlu kita pungkiri untuk membeli suara kadang dhargai 200-300 ribu perorang.

Dan hal ini terjadi sehari atau pada saat hari pelaksanaan pilkada berlangsung.
Ada beberapa daerah yang tingkat pemilihnya rendah dan bahkan didapatkan ratusan kertas suara kosong yang tak tercoblos akibat rakyat yang menunggu serangan fajar.

Di zaman sekarang masyarakat rata rata pemilih pragmatis, mereka butuh uang dengan meemanfaatkan momentum ini, sehingga pasangan calon yang bertarung harus memutar otak untuk menggelontorkan amunisi hingga milyaran rupiah, sehingga efeknya terhadap pasangan calon yang kalah dalam pemilihan dalam istilah medis akan mengalami gangguan psikosomatis.

Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik. Dengan kata lain, psikosomatis adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh program pikiran negatif dan/atau masalah emosi seperti stress, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa, dan emosi negatif lainnya.

Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya. Banyak kasus dimana analisa dan segala jenis pemeriksaan oleh dokter menunjukkan seseorang secara fisik tidak mempunyai masalah fisik. Namun pada kenyataannya orang tersebut mengeluh karena sakitnya.

Masalah-masalah emosional yang tidak ditangani adalah penyebab 85% penyakit fisik. Itulah mengapa penanganan penyakit fisik tidak membuahkan hasil yang tuntas karena mengabaikan masalah emosional.

Pasangan calon yang telah menghabiskan amunisinya rata rata mengalami gangguan ini pasca pilkada berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung, secara minoritas adapula beberapa pasangan calon yang lebih kuat imannya dengan sering melaksanakan ibadah dan menyerahkan diri kepada tuhan yang maha esa, sehingga tidak mengalami gangguan ini.

Menurut pakar, gangguan Psikosomatis berasal dari "psycho" yang artinya pikiran dan "soma" yang berarti tubuh, dan dalam bidang di mana keduanya berkaitan. Secara khusus ini merupakan penelitian mengenai berapa penyakit yang dimulai dari pikiran dan akhirnya mempengaruhi tubuh.

Ini berhubungan dengan kekacauan yang menyeluruh secara mental dan bukan secara fisik. Ini juga berhubungan dengan interaksi pikiran pada tubuh.

Meskipun banyak mencapai titik terang melalui penelitian baru-baru ini, tetapi masih ada daerah besar yang masih menjadi misteri dan banyak hal yang belum dimengerti.

Kenyataan yang telah jelas dan telah dibangun adalah bahwa pikiran memiliki pengaruh yang sangat kuat pada tubuh dan kekacauan secara psikologis sering memanifestasikan dirinya dalam gejala fisik.

Ketika emosi negatif sedang melanda pikiran, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin, jantung berdebar lebih cepat, timbul keringat, dan akan timbul rasa nyeri di dada maupun di perut. 

Emosi negatif, seperti ketakutan, kecemasan, amarah, perasaan bersalah dan kesedihan.  Hal ini dapat dipicu oleh stres, tekanan, kehilangan anggota keluarga, dan berbagai macam perubahan dalam kehidupan lainnya.

Selain itu perlu disadari juga bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai contoh, ketika seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, jantung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat.

Gejala-gejala fisik tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.
Pikiran Mempengaruhi Penyakit
Seperti diketahui, pikiran dapat menyebabkan munculnya gejala fisik.

Contohnya, ketika merasa takut atau cemas bisa muncul tanda-tanda seperti denyut jantung menjadi cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah, gemetaran (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi cepat, nyeri otot, atau nyeri punggung.

Gejala fisik tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Selain itu, pelepasan adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di atas.

Hingga kini, bagaimana persisnya pikiran bisa menyebabkan gejala lainnya dan memengaruhi penyakit fisik yang sebenarnya (seperti ruam, tekanan darah, dll) belum diketahui dengan jelas. Atau bisa jadi karena impuls saraf yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh, atau otak yang diduga dapat memengaruhi sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh. Tapi ini semua masih belum dipahami benar.

Gangguan psikosomatis dapat diatasi dengan mengedukasi pada klien bahwa stres dapat membuat gejala menjadi buruk. Oleh karena itu, bantu klien meredakan stres agar dapat meningkatkan kesehatan mereka.

Membangun kepercayaan dengan pasien, fokus pada aspek kognitif dan emosional pasien. Membantu klien meredakan pikiran yang berlebihan, perasaan dan meminta mereka untuk melacak hal apa yang memperburuk gejala yang dialami.

Dan yang utama untuk pasangan calon yang kalah lebih banyak beribadah dan bertawakkal kepada Allah SWT. Fastabiqul Khairat

(Redaksi)