Masjid Tua Katangka Berusia Empat Ratus Tahun Lebih -->
Cari Berita

Masjid Tua Katangka Berusia Empat Ratus Tahun Lebih

GOWA, Bugiswarta.com -- Jejak sejarah Masjid Tua Katangka  di bangun pada 1603.  Arsitektur masjid ini didirikan diatas lahan sekitar 150 meter persegi, memiliki ciri khas satu kubah, atap dua lapis, menyerupai bangunan joglo.
       
Bangunan ini memiliki empat tiang dengan ukuran besar di bagian tengah berbentuk bulat, memiliki enam jendela, dan lima pintu.  Bagian kubah dipengaruhi oleh arsitektur jawa dan lokal, tiang dipengaruhi oleh budaya Eropa, sedangkan mimbar sangat kental di pengaruhi kebudayaan Cina.
        
Masjid ini telah mengalami enam kali renovasi. Pertama 1816 pada masaRaja Gowa XXX,  atas nama Sultan Abd Rauf. Kemudia 1884,  dilakukan RajaGowa XXXII, Sultan Abd Kadir. Berturut-turut kemudian 1963 oleh Gubernur Sulsel 1971 oleh Kanwil Dikbud Sulsel 1980, Swaka Sejarah danPurbakala Sulsel dan terakhir 2007. Pada renovasi terakhir itu dilakukanatas swadaya dari pengurus masjid dan bantuan dari masyarakat.
         
Menurut salah seorang  pengurus masjid,  Drs.H.Hasan Abdullah Dg Buang dan istrinya Dra. Hj. Sati M.PdiDg Bau mengatakan Masjid Tua Katangka Gowa  biasa juga disebut Masjid Al-Hilal Katangka,  adalah salah satu masjid tertua di Provinsi Sulsel.
          
Dinamakan Masjid Katangka karena berlokasi  di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu,Kabupaten Gowa. Selain itu, dikatakan Katangka karena bahan baku dasar dari masjid ini diyakini diambil dari pohon katangka .
       
Masjid ini menurut prasasti mulai dibangun pada tahun 1602, pembangunan masjid ini memakan waktu selama 1 tahun dan resmi di pakai pada tahun 1603. Pada saat peresmian masjid ini dilakukan pada hari jJumat sekaligus melaksanakan salat Jumat secara berjamaah untuk yang pertama kali.
        
Di dalam masjid ini memiliki banyak makna seperti terdapat empat tiang melambangkan empat sahabat nabi, terdapat lima pintu melambangkan lima Rukun Islam, enam jendela yang melambangkanEnam Rukun Iman, dan terdapat dua tingkat atap yang melambangkan dua kalimat syahadat.
       
Riwayat masjid ini juga mengisahkan salah seorang pahlawan nasional  bernama Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani atau biasa digelar Tuanta Salamaka ri Gowa juga besar di masjid ini,  karena pada masa kecilnya dia belajar mengaji di sini sebelum masuk ke pesantren, karena masjid ini merupakan masjid pertama dan satu-satunya di Sulawesi Selatan pada saat itu.
        
Pada masa itu masjid ini bukan hanya digunakan sebagai tempat ibadah tetapi juga menjadi benteng pertahanan atau perlindungan sehingga tembok masjid ini dipertebal menjadi kurang lebih satu meter dengan luas 11x 12 meter.
         
Saat ini masjid Al Hilal sudah berusia sekitar 412 tahun atau lebih dari 4 abad. Selama mesjid ini di bangun jamaah selalu ramai karena yang menempati salat bukan hanya warga sekitar,  tetapi para pengunjung yang melakukan ziarah ke makam yang ada di sekitar masjid tersebut.
       
Di masjid ini juga di bentuk pengurus  di dalamnya terdapat seksi-seksi, salah satunya seksi pendidikan dengan kordinator  Dra.Hj. Sati S.PdiDg Puji  menjalankan salah satu kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ),  sudah bejalan 10 tahun. Setelah 6 tahun,  TPQ itu berjalan dibuka lagi Tk yang pada saat ini sudah berjalan 4 tahun.  Selain itu kegiatan rutin dilaksanakan setiap tahun, yaitu merayakan peringatan hari-hari besarIslam  seperti,  pada bulan Hijriah,Rabiul Awal, Rajab (Isra' Mi'raj), danRamadhan.
         
Pada bulan Rabiul Awal biasanya dilaksanakan kegiatan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAWdengan cara maulid.         

Padaperingatan maulid tersebut memiliki dua cara yaitu maulid adat dan maulid ceramah, pada maulid adat dilaksanakan  para warga melakukan hias bakul  berisi kanre maudu, ayam, telur dan dihias berbagai macam hiasan lalu dibawa ke masjid, setelah itu dilakukan lagi barasanji kemudian bertukar bakul.
      
Setelah rangkaian maulid adat selesai dilanjutkan  maulid ceramah yaitu mendatangkan para penceramahguna memberikan pengetahuan bernuansa Islam. 

Pada kegiatan itu dilibatkan juga para santri,  namun ada juga kegiatan rutin dilakukan setiap hari,  yaitu setiap selesai salat subuh diadakan ceramah kultum. Selain itu juga pada saat bulan Ramadhan para santri akan di perlombakan melakukan kultum 

--------------
Juleha Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam