Pisang 'Epe' Ciri Khas Pantai Losari -->
Cari Berita

Pisang 'Epe' Ciri Khas Pantai Losari


Suasana penjual pisang epe saat malam di Pantai Losari



MAKASSAR, Bugiswarta.com -- Pantai Losari merupakan salah satu obyek wisata pantai yang ada di Kota Metropolitan Makassar. Pantai ini  diidentikkan dengan kuliner khas dari Makassar salah satunya yaitu sarabba' dan pisang epe. Bagi warga Makassar mungkin sudah tidak asing lagi dengan makanan yang satu ini karena banyak di jumpai di sepanjang jalan Pantai Losari terutama pada malam hari. 
 
Ida Dg. Bau (39) adalah salah seorang pedagang berjualan pisang epe, dia    mengatakan  sebelum melakoni usahanya ini, terlebih dahulu  bersama rekan-rekan satu profesinya diberikan pelatihan khusus tentang bagaimana cara berdagang serta  membuat pisang epe dengan mengutamakan rasa dan kebersihan. Dg Bau  telah berjualan pisang epe sejak tahun 1999 hingga kini.



Adapun motivasi  sehingga  membuka warung pisang epe karena, saat itu  tidak memiliki pekerjaan. Walaupun hasil yang di dapatkan masih jauh dari  cukup. Keuntungan yang beliau peroleh perbulanyya bisa mencapai 2.000.000. 

"Untung dan rugi  hal yang biasa di alami oleh para pedagang. Keuntungan ada, tidak seberapa sih tapi Alhamdulillah di syukuri.  Mulai  buka usaha dari jam 04:00-02:00 dinihari,  tidak papalah toh ini juga buat keluarga" ungkapnya.


Pisang epe merupakan pisang yang di press lalu di panggang di atas bara api, setelah itu di siram dengan gula merah dan bisa ditambahkan  bahan lainnya, seperti keju parut, susu, coklat dan sejenisnya.

Menurut  Dg Bau tingkat pengunjung pada hari  akhir pekan lebih banyak di bandingkan hari-hari biasa,  apalagi ketika ada event-event pengunjung bisa memenuhi lapak kami.  Walaupun sekarang ini banyak beredar kasus begal tetapi itu tidak mempengaruhi tingkat pengunjung yang datang, ini terbukti ketika malam menjelang tetap saja ada pengunjung yang datang tanpa merasa risih dengan begal yang berkeliaran.

"Sejak awal berjualan kami tidak pernah di kenakan pajak apalagi di tagih-tagih oleh preman (jatah preman), kamipun sesama pedagang tidak pernah merasa iri ketika lapak kami sepi sedangkan dia ramai karena kami sudah kaya keluarga toh soal rejeki Tuhan sudah atur kok" tambahnya.


--------------------------
Niswarni Nura