Oleh Andi Mardana
Wahai sang pemilik malam, dengarlah rintihan hatiku
Aku yang terpuruk seakan tak ada bahagia menantiku
Jiwaku terkungkung dalam sangkar bambu yang sempit
Ragaku terpasung dalam penjara cinta tanpa arah
Naas bagiku, karena tak kuasa melepaskan diri dari belenggu itu
Mata ini tak kuasa menahan derai tangis
Kurasakan pilu di dada, hati bagai tersayat sembilu
Otak ini seakan tak mampu lagi berlogika
Karena perasaan cinta yang begitu mendalam
Kala kumerenung di kesunyian malam
suara risih terdengar dari lubuk hati
Memintaku untuk berdiri dan mengambil langkah menuju kedamaian
Langkah inipun tertahan oleh hasrat cintaku
Kusandarkan bahu di sudut kamar yang gelap tanpa suara
Kurasakan suramnya kehidupanku yang dibelenggu oleh asmara
Tertutup segala rongga kehidupan di sekelilingku
Kubiarkan diriku menyendiri tanpa ada yang menemani
K biarkan damai itu berlalu dengan senyum kepedihan
Kuyakini seberkas cahaya akan menuntunku kepada damai tiada tara
Sungguh malangnya diriku, tangan yang kaku ini tak mampu menggapainya
Mata yang tajam tak mampu menatap cahaya sang dewi malam
Dan telinga inipun tak mampu mendengar suara syahdu hembusan angin
Kurasakan raga ini sirna tanpa jiwa yang bebas
Hanya tulang yang terbungkus daging tanpa atsar
Bahagia yang kunanti hanyalah kehampaan.
(*)