Ilustrasi (internet) |
Begitu setelah ceramah usai, maka pengurus mesjid akan terburu-buru menyalami penceramah yang sebelumnya telapak tangan pengurus mesjid sudah dialasi dengan amplop berisi beberapa lembaran rupiah. Sontak sang penceramah akan menyambut uluran jabat tangan pengurus mesjid tersebut, usai berjabat tangan, maka si penceramah akan memasukan tangannya yang sudah menggenggam amplop ke saku jas atau baju piamannya.
"Ohh....iya terima kasih, saya permisi dulu," kira-kira begitu bisikan si penceramah kepada pengurus mesjid sambil berlalu dengan senyum yang sedikit malu-malu.
Tak hanya sang dai yang mendapatkan berkah ramdhan dalam bentuk rupiah, imam mesjid juga sebagaian besar mendapat kontrak untuk menjadi imam selama ramdhan. Biasa amplopnya juga lumayan besar, hingga juta rupiah dan akan diserahkan oleh pengurus mesjid menjelang ramdhan usai.
Fenomena ini menjadi keprihatinan sejumlah kalangan. Hal itu dapat dilihat dari sejumlah pernyataan yang ditulis dimedia sosial. Seperti yang terlihat distatus akun facebook Aksi Hamzah, Mantan manta Ketua Dewan Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bone
"Indahnya bacaan imam tarwih tadi malam harus terganggu dengan pertanyaan "berapa yah kira-kira kontraknya selama ramadhon?" Yaa Allah Yaa Robb.... sedemikian banyak kenikmatan-Mu telah Engkau cabut... sampai kami tidak bisa merasa bahwa ternyata tidak ada lagi yang gratis hari ini.... Imam di kontrak, dakwah bil amplop, tukang azan di honor, jamaah menanti doorprize.... inikah yang di maksud Rasulullah menjelang detik2 kewafatannya... UMMATI... UMMATI... UMMATI," begitu kata Aksi Hamzah, pada akun facebooknya, (Sabtu 20/06/2015)
Aksi yang juga Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bone dua priode itu mengungkapkan keprihatinannya, karena fenomena tersebut telah membuat mesjid kecil yang memiliki kemampuan keuangan yang rendah tidak dapat mengontrak imam untuk tarwih, juga tidak bisa mengundang pencermah untuk menyemerakan suasana tarwih.
"Saya hanya prihatin dengan dunia hari ini, karena dunia yang kita tempati masih itu juga, cuma terjadi perubahan karakter, ini hanya sekedar kuatir betapa mirisnya mesjid yang tidak mampu, kasiannya masyarakat yang tidak tersentuh, terus kalau gak dibayar mau gag kira-kira mereka jadi imam, muballigh dan lain-lain," kata Aksi.
Aksi menegaskan, pernyataannya tersebut tidak bermaksud menyalahkan siapapun, termasuk dai dan imam ramdhan.
"Maaf sebesar-besarnya bukan maksud saya menyalahkan mereka, insyaAllah semoga niat mereka tetap dijalan Allah, dan semoga kekuatiran saya yang salah dan berlebihan, maaf sekali lagi maaf buat smuanya," kata Aksi
-------------------------------------
Penulis : Al-Marjan