Cerpen : Isyarat Hati (III) -->
Cari Berita

Cerpen : Isyarat Hati (III)


Penulis : Uswatun Hasanah Junaid
Baca -Cerpen : Isyarat Hati (I) - Isyarat Hati (II)


Kupandangi air laut biru yang terhampar luas didepanku, angin pantai yang berteriak-teriak teriak ditelingaku, kubiarkan mereka mengibar-ngibas pakaian yang melekat ditubuhku, serta air pantai yang sesekali datang menggelitik kakiku, tak kuhiraukan orang-orang disekelilingku yang semuanya sibuk dengan aktivitas mereka, ada yang main bola voli pantai, berenang, anak-anak maupun orang dewasa yang sibuk membuat berbagai bangunan dari pasir serta berbagai manusia yang datang ke pantai bersama keluarga mereka.
Perasaanku kali ini terasa kelabu, seperti namaku Ambar Kelabu. Tak kuhiraukan semua yang ada disekelilingku, yang ada hanayalah diriku sendiri yang sibuk konflik dengan pikiranku sendiri.

“ Ya Allah, apakah aku sedang terkena kutukan cinta ? “ jerit hatiku didalam hati.
Kali ini aku terpaku seorang diri di pinggir pantai yang luas, kebimbangan yang kualami membuatku tidak bisa membohongi perasaanku sendirikalau selama ini aku telah jatuh cinta pada seorang lelaki yang merupakan teman satu komunitasku yang bernama Aryono Efendi yang biasa kusapa Fendi. Aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiribahwa akau sudah terlanjur cinta padanya. Meskipu aku tahu kalau dia belum tentu menyukaiku. Setelah aku mulai falling in love padanya, banyak lelaki sudah aku tolak termasuk k’ Dwi. Semua itu kulakukan karena aku tidak bisa menjalani suatu hubungan asmara jika perasaanku sama sekali tidak bisa menyukainya. Aku hanya ingin Fendi menjadi orang yang special dihatiku.

Sungguh tidak bisa dipungkiri, kalau seandainya Fendi juga memiliki rasa yang sama denganku, maka aku akan sangat bersyukur sekali. Namun, jika semua itu hanya bertepuk sebelah tangan saja, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih telah membuatku jatuh cinta padamu, karena mencintai tak selamanya kita bisa memilikinya.
Aku teringat dengan perkataan Mustia ketika aku meminta pendapat mengenai perasaanku terhadap Fendi dengan K’ Dwi, dia mengatakan bahwa “ lebih baik kamu menerima cinta dari seorang yang mencintaimu, karena cintanya itu tulus kepadamu, jika dibandingkan dengan orang yang kamu cintai, belum tentu dia dapat membalas cintamu, kalupun dia membalas cintamu pasti berbeda dengan perasaan orang yang memang tulus menyukaimu, “

Perkataan ini membuatku kembali sadar tentang berartinya menghargai perasaan orang lain. Aku menyesal mengapa pada waktu itu aku mengatakan pada k’ Dwi kalau aku sudah punya pacar yang pada kenyataannya hingga saat ini aku masih terkena macet dalam perjalanan cinta.
Didalam hatiku yang paling dalam, k’ Dwi, sahabatku dari kecil Abin, Fendi, k’ Tom, Mustia dan k’ Ari semuanya memberikanku pengalaman dan isyarat tentang perjalanan hidupku ini. Sahabat sangat berarti dalam kehidupanku, tanoanya aku buta, tuli, cacat karena sahabatku tidak setangguh nabi Adam, tetapi dia mengajarkanku untuk selalu tegar, tanpanya aku bagaikan pena yang tak bertinta.

Begitu pula dengan asmara, mencintai tak harus memiliki. Mengapa Allah menyembunyikan matahari dan membiarka hujan dan petir menjajah bumi ? karena Allah telah menyimpan baik-baik sesuatu yang sangat terbaik untuk hidup hambanya.