Cerpen : Melodi Kasur (2) -->
Cari Berita

Cerpen : Melodi Kasur (2)

Uswatun Hasanah Junaid

Kini tiba hari yang telah dinanti-nantikan, semua kalangan baik dosen maupun mahasiswa hadir dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan amal bakti ini yang diselenggarakan oleh teman-teman hmps ekonomi dan bisnis, terlebih lagi acara ini dihadiri oleh bapak wali kota sendiri dan sempat menyampaikan dalam pidatonya yang sangat mengapresiasi kegiatan amal bakti ini dan berharap semua mahasiswa dari kampus lain dapat melakukan kegiatan yang seperti ini.

“alhamdulillah teman-teman kegiatan kita sukses hari ini, terima kasih kepada semua teman-teman atas kerjasamanya dan kerja kerasnya selama ini, mohon maaf bila selama ini saya sering berbuat khilaf” tutur ketua hmps Mia

Kami semua teman-teman hmps bersuka ria di hari itu, kak Annga selaku ketua hmps, kak Anngi selaku bidang humas, kak Ayyub selaku sekertaris hmps sekaligus sekertaris kegiatan ini dan saya selaku sekertarisnya sekertaris (eheheheheh) seta teman-teman yang lain mengucap syukur atas karunia dan berkah hari ini.

Mia merebahkan badannya yang bobotnya 45 kilo diatas lantai beralaskan selimut sambil membuka foto-foto kegiatan yang ada di telepon genggamnya, begitu banyak kesan yang dia dapatkan selama kegiatan itu, dan dia berharap semoga kebersamaan ini tidak hilang dimakan waktu. Aamiin...
***

Kabut tebal disore hari menjelang maghrib itu, Mia baru saja sampai dikostnya tiba-tiba mendapat kabar dari temannya bahwa kak Ayyub mengalami kecelakaan ketika kak Ayyub hendak menjemput ibunya pulang dari mengajar. Mia langsung bergegas menuju rumah sakit tempat kak Ayyub dirawat.

“hhh...hhhh...hhh... gimana kabar kak Ayyub kak?”tanya Mia dengan nafas setengah hidup
“Ayyub belum sadar selama dari ruangan UGD karena benturan keras dikepalanya, kata dokter untung saja ada helm yang melapisi kepalanya sehingga segala yang menyangkut kerusakan di kepala maupun otak bisa diminimalisir”

Perasaan Mia agak sedikit lega setelah mendengar jawaban itu, namun bukan berarti kekhawatiran itu telah hilang. Mia mencari-cari keluarga kak Ayyub siapa tahu Mia bisa kenal-kenalan dengan keluarga kak Ayyub (modus=modal dusta) ehehheheh... “aahhh shut up Mia!!” ternyata keluarga kak Ayyub belum datang, masih sementara dalam perjalanan.
Orang yang barusan dibicarakan ternyata panjang umur, keluarga kak Ayyub datang dan langsung menanyakan keadaan kak Ayyub.

Mia melihat-lihat dan mencoba menebak mana ibu, mana ayah, mana adik dan mana kakak kak Ayyub.
“dek, toilet dimana yah?”
“hah?? (baru datang langsung tanya toilet, pas bilang toilet langsung lihat muka saya,waaduuh)...eeh,lurus saja, belok kiri disitu ada tulisannya TOILET wanita kak”
“adik temannya Ayyub?” tanya seorang wanita yang kira-kira sudah berkepala 5 kepada kak Angga
“iya bu, saya teman sekelasnya Ayyub, kenalkan ini Anngi, Husni, Zaki dan yang ini Miamor”
“ooohhh,,,kalian semua ini teman-temnnya Ayyub, terima kasih ya nak telah menolong anak saya”
“iya sama-sama ibu, kalau begitu kami mohon undur diri dulu bu, mohon dikabarkan kalau Ayyub sudah siuman karena kami ada keperluan mendesak di kampus”

“iya nak, sekali lagi terima kasih ya”
“Wassalamu’alaikum”
Pertemuan tanpa percakapan Mia dengan keluarga kak Ayyub itu berakhir padahal sebenarnya Mia ingin lebih lama lagi menunggu kak Ayyub di rumah sakit sampai siuman.
“ya udahlah, lain kali saja akrab-akrabnya, mungkin Allah masih merencanakan yang lebih baik untuk saya” gumam Mia dalam hati
Keesokan harinya, ketika Mia sedang mengikuti perkuliahan, handphone Mia berdering ternyata yang menderingkan handphonenya itu ternyata kak Angga.

“ya kak?” (Mia bicara sambil berbisik)
“eehhh...saya Cuma mau kasi kabar, Ayyubnya kamu sudah siuman”
“Aaalhamdulillaaaaahhhhh”
Mia tak sadar kalau ternyata suaranya yang tadinya volumenya hanya 5 kini berubah menjadi loudspeaker, sontak suasana perkuliahan yang tadinya hening kin jadi gaduh karena suara Mia yang mengagetkan termasuk mengagetkan dosennya.

“sorry sir, I’m very happy because my friend sudah siuman”
Waaduuuhhhh.... tanpa sadar Mia sok bercakap bahasa inggris pakai gado-gado.

“gimana-gimana keadaan kak Ayyub?”
“Ayyubnya kamu sudah siuman, beb” kata kak Angga
“heiii... kak Angga koq bilangnya begitu?”
“memang iya kan? Nampak jelas koq dari raut wajah kamu adek manis kalau kamu tuh sayang dan perhatian sama Ayyub”
“ahhh... shut up!! Kak Angga jangan sok jadi mbah dukun yang sok tahu berhadiah yah, aku itu perhatian sama kak Ayyub karena.... karena..”
“karena apa hayoooo???” Kak Annga langsung memotong ucapan Mia
“yah karena sahabat lah, apa lagi!”

Tanpa sadar ternyata celotehan Mia dengan kak Angga jadi konsumsi orang-orang yang ada disekitar mereka termasuk keluarga dan teman-teman kak Ayyub. Anggi yang mendengar celotehan itu langsung buru-buru ke toilet.

“kak Angga lain kali jangan suka seperti itu, malu sama orang-orang” kini hanya berbisik-bisik
“sorry sorry dek, saya tidak sengaja tadi” balas kak Angga berbisik
***

“Mia, nanti sore sibuk? Kalau tidak, kita ketemu dijamur besar jam 4”
“tidak kak, oke sampai ketemu disana”
Sore yang tidak terlalu cerah itu karena memang tidak cerah lagi, rupanya kak Ayyub lebih awal tiba ditempat.
“ya kak, kenapa tiba-tiba ngajak ketemu?”

Rupanya kak Ayyub tidak memanggil Mia seorang, ternyata ada lagi seseorang setelah Mia. Dengan senyum yang manis, kak Ayyub menyambut Mia dan mengucapkan salam pada Mia.
“tuh kan, lupa lagi... kebiasaan”

“assalamu’alaikum Yub!” kak Anggi langsung menyapa kak Ayyub
“wa’alaikum salam.. nah, yang kayak gini nih yang bagus dek” kak Ayyub memuji kak Anggi
Jujur, Mia sangat cemburu dengan pujian yang dilontarkan kak Ayyub ke kak Anggi, andaikan pujian itu dilontarkan ke Mia... uuuuhhhh,,,,, Mia langsung melompat hinggat keatas nirwana... eheheheh...
“maaf ya dek, kakak memanggil adek dengan Anggi disini ada yang ingin kakak luruskan dan ingin perjelas mengenai perasaan adek terhadap saya” kak Ayyub membuka pembicaraan

“maksud kakak apa? Mia tidak mengerti” Mia pura-pura tidak tahu
“begini loh dek, mudah-mudahan ini tidak benar. Katanya adek ada perasaan sama kakak?”
“ahhh,,, kata siapa kak? Aahh.. pasti dari kak Angga?? Uuuhhh.. kak Angga memang ember bocor!”
“eheheheh.. bukan loh dek, informasi ini saya dengar dan saya dapat dari kak Anggi (sambil melihat kearah kak Anggi)”

“aaahh.. kak Anggi apa-apaan sih, pasti kak Anggi dengar waktu di rumah sakit yah? Waduh kak, omongannya kak Angga itu jangan didengerin, percaya sama kak Angga sama dengan percaya film cartoon”
“alhamdulillah kalau begitu dek, saya Cuma ingin memperjelas karena saya takut menyakiti hati Anggi yang hari itu langsung bertanya apakah saya punya hubungan spesial dengan adek, padahal kan saya sudah berjanji sama Anggi bahwa saya akan menjadikan dia sebagai sejarah hidup saya”
“hahhhh???? (tanda tanya besar langsung keluar dari kepala Mia) tapi langsung Mia hapus dengan senyuman, yeeehhh kak Anggi harus percaya dengan saya, kalau saya itu tidak ada hubungan apa-apa dengan kak Ayyub hanya sebatas sahabat saja kak” kata Mia sambil menyenggol lengan kak Anngi

“alhamdulillah, maaf ya dek, kalau saya telah husnudzon terhadap adek, saya begini karena saya sangat takut kehilangan Ayyub dan saya takut Ayyub ingkar janji kepada saya”

“oooohhh... tidak apa-apa koq kak Anggi, justru saya yang minta maaf karena telah merisaukan perasaan kakak, nanti saya gebukin tuh kepalanya kak Angga karena sudah bicara sembarangan didepan kak Anggi”
“ehehehehehe... Mia jangan begitu juga donk sama Angga, kasihan Angga nanti tidak cakep lagi.. ehehehehehe”
“huahahahahahahaha”

Suara tawa dan canda mereka bertiga pecah diatas langit sore menjelang gelap itu.
Tik tik tik tik... setetes demi setetes air mata Mia berjatuhan membasahi jilbab sholatnya, disepertiga malam terakhir itu, Mia mengadu kepada kekasih sejatinya bahwa hatinya kini tersayat oleh pisau dapur ehhh pisau kak Ayyub, Mia ingin menangis dipangkuan kekasihnya menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil yang meminta permen tetapi tidak dikabulkan.

“ya Rabbku, maha suci engkau yang telah membolak balikkan hati manusia, jadikanlah aku hambaMu yang senantiasa taat dan selalu bertaqwa kepadamu, hambaMu ini begitu hina dimataMu karena selama ini hamba terlalu sibuk dengan dunia hamba sehingga akhirat pun hamba kikiskan...hiks hiks hiks”

Mia tidak bisa menyembunyikan perasaan kecewa Mia malam itu, malam itu adalah malam bersedih bagi Mia.
***

Hari berganti hari, bulan berganti bulan namun tahun belum berganti, ada kabar yang menyusup ke telinga Mia bahwa kak Ayyub dan kak Anggi akan menikah bulan ini. Mia langsung berucap syukur semoga menjadi keluarga yang SAMAWA. Tidak disangka, ternyata ada undangan datang untuk Mia menghadiri pernikahan kak Ayyub dengan kak Anggi.
Baraka Allahu Lakuma wa Baraka alikuma
Wa jamaah baina kuma fee khair.
Barakallah hu lakuma wa baraka
alikumaWa jamaah baina kuma fii khair

Lagu dari Maher Zain yang berjudul Baraka Allahu Lakuma meskipun hanya sepenggal yang bisa Mia nyanyikan itu langsung terdengar mulai dari halaman sebelum masuk pintu pelaminan hingga kedalam, terlihat suasana acara sakral yang sekali seumur hidup itu sangat dirasakan oleh kedua keluarga, sahabat bahkan orang-orang yang melihatnya. Namun Mia tidak melihat kak Anggi menggunakan gaun pengantin, kak Anggi terlihat hanya menggunakan pakaian biasa saja seperti pakaian yang dipakai oleh para tamu, keluarga dan sahabat.

Tidak sempat Mia melangkah menuju kak Anggi mempelai laki-laki datang dari sebelah kiri dan mempelai perempuan datang dari arah yang berlawanan. Mia kaget ketika melihat mempelai perempuan calon istri dari kak Ayyub yang rasa-rasanya Mia pernah melihat wanita itu, Mia mencoba mengingat-ingat kembali dimana ia pernah melihat wanita itu dan ternyata tok tok getok Mia sudah ingat, wanita itu yang pernah bertanya pada Mia letak toilet sewaktu di rumah sakit.

“aaaeehhh... apa-apaan ini, koq mempelai wanitanya lain?”
Belum Mia selesai menengok mempelai wanitanya, ternyata mempelai laki-lakinya juga lain, bukan kak Ayyub.
Bbyyuuuuurrrrrrr...... bbbyyyuuuurrrr.... Miamor Cantika.... happy birthday... ayo bangun, sudah jam berapa nhei?? Ayo sholat shubuh...!!

Sorak sorakan, guyuran air, tetasan telur berbalut tepung menyerang Mia menyadarkan bahwa kabar menikah, undangan dan resepsi pernikahan tentang kak Ayyub dengan kak Anggi itu ternyata hanya bunga tidur yang menghiasi malam Mia yang sangat kelelahan sehabis menjenguk dan menjaga kak Ayyub di rumah sakit seharian. Namun rasa lelah itu tergantikan ketika teman-teman Miamor datang membuat kejutan di hari lahir Miamor.
“terima kasih buat teman-teman yang turut mendo’akanku, rasa syukurku kepada Allah SWT, keluarga dan kerabat-kerabat yang selama ini tak henti-hentinya memberiku motivasi untuk terus maju, do’aku pula untuk kak Ayyub semoga cepat sembuh dan akan kunantikan engkau dialam nyata menjadi sejarah hidupku, imam dalam sholatku, memasang cincin dijari manisku dan menggandeng tanganku kemana pun kakiku melangkah” Mia menutup do’anya dengan aamiin yang panjang..

Dipublish : 30/01/2015