Cerpen : Melodi Kasur (1) -->
Cari Berita

Cerpen : Melodi Kasur (1)

Penulis : Uswatun Hasanah Junaid

“Jika tulang rusuk wanita tercipta dari tulang rusuk lelaki, maka tulang rusuk itu tidak akan pernah menyatu bila bukan tulang rusuknya”
“Ahh, hingga kini kalimat itu masih tidak aku percaya karena itu cuma bahasa khiasan yang hingga kini banyak orang-orang yang percaya akan hal itu. Meskipun memang betul adanya banyak insan yang berjodoh karena hal demikian, itu hanyalah kebetulan semata” gumam Miamor dalam hati
Cinta adalah anugerah yang diberikan oleh sang pencipta, dia kadang menjadi penyejuk qolbu dan terkadang pula menjadi penghancur qolbu. Pintar-pintarnya saja manusia menggunakannya. Hati memang tidak bisa berdusta meski bibir acap kali mengingkari perkataan batin.

Hari demi hari terlewati begitu saja tanpa Miamor sadari bahwa perassan ini kian menggerogoti hatinya, terkadang Mia bingung sendiri akan kemanakah nantinya perasaan ini Mia lampiaskan jika dia tidak sanggup lagi menahannya?? Sungguh, sangat menyakitkan apabila akhirnya nanti seseorang yang Mia idamkan tidak menjadi sejarah hidupnya.
Aarrgghhh.... pergilah kau setan..!!!! pergilah kau dari ingatanku!! Jangan ganggu aku dengan bayang-bayang sesatmu!! ‘”Mia berusaha mengusir ingatan tentang lelaki itu.

Tidak mudah baginya menghilangkan bayang-bayang laki-laki yang telah mengganggu pikirannya, karena laki-laki itu adalah teman sefakultas dengannya dikampus, hanya beda kelas daan beda semester. Hampir setiap hari ia bertemu dengan kakak tingkatnya itu, bahkan dia juga tergabung dalam himpunan mahasiswa program studi ekonomi dan bisnis yang mengharuskan semua pengurus yang terlibat didalamnya harus aktif dalam kegiatan yang diprogramkan oleh organisasi fakultas.

“dek, kamu jadi sekertaris aku yah dikegiatan amal bakti nanti tanggal 18??”
“a a a aku kak? Memang bisa junior seperti saya jadi sekertaris? Aku kan masih semester 5 kak, lagi pula masih ada kakak-kakak senior lain yang lebih bisa dan berpengalaman dalam hal ini”
“sudahlah terima saja tawaranku ini dek, sekali-kali belajarlah mahir dalam bidang ini, kan tidak selamanya senior terus yang mengerjakan semua dan ambil sajalah pelajaran dari semua ini supaya kedepannya tidak kaku lagi”

“eeemmm...baiklah kak, tapi mohon bimbingannya yah??”
“siip...”

Percakapan singkat jelas dan terpaksa itu pun berakhir dengan sebuah kata siip dari senior Mia yang bernama Ayyub itu, yang selama ini telah mengoyak-ngoyak perasaan Mia.
Terik mentari pagi menghangatkan tubuh telah menyambut pagi Mia yang sudah siap untuk meluncur ke kampus setelah menerima pesan singkat dari kak Ayyub.

“dek jam 8 kita ketemu dikampus di jamur raksasa, oke”
Motor keluaran tahun 2000_an siap tancap gas, meski sudah dimakan usia tetapi kesetiaannya terhadap Mia mulai belajar naik motor hingga mahir kesana kemari tidak usah diragukan lagi, hanya butuh kesabaran dan ketekunan ekstra merawatnya karena penyakitnya sama dengan orang tua yang sudah dimakan usia yaitu sifatnya kadang kembali ke masa kanak-kanaknya, tidak bisa dipaksa dan maunya dimanja-manjakan...ehehehhhe...
Lanjut kisah, sesampainya di kampus tepat pukul 8 sesuai waktu dan tempat yang disepakati Mia telah sampai dan ternyata belum ada siapa-siapa disana termasuk orang yang telah mengundangnya.

“aaiisshhh,,,, ini nih yang paling tidak aku suka, JAM KARET!!!” kesal Mia menggerutu.
Mia yang tidak punya pilihan lain selain menunggu teman yang lainnya datang mengalihkan kejenuhannya dengan membaca buku. Lembar per lembar dibaca Mia hingga sampai pada suatu halaman yang membuat Mia harus mengulang-ulangi bacaan tersebut hingga jelas yang bertuliskan jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kau sebut dalam do’amu, mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam-diam sering menyebut namamu dalam doa’anya, makna yang tersirat didalam bacaan itu sangat menyentuh dan sesuai dengan apa yang kini Mia rasakan,

jika suatu saat nanti Mia tidak dibersamakan dengan kak Ayyub orang yang selama ini menjadi bunga do’anya mungkin ada Adam yang lain yang selama ini tulus dan ikhlas menjadikan Mia sebagai penyempurna disetiap do’anya dan Mia harus siap dengan keadaan ini jika memang terbukti suatu saat nanti akan seperti ini akhirnya.

Tanpa sadar ternyata orang yang ditunggu-tunggu telah duduk disamping Mia dari tadi.
“looohhh.. yang lain mana kak?”
“Assalamu’alaikum ya ahlul jannah?”
“astaghfirullahal ‘adziim... wa’alaikum salam kak”
“lain kali jangan biasakan melamun pagi-pagi dek, kan gini jadinya”
sambil tersenyum menasihati Mia yang masih setengah sadar.
“eeehhh.. iya kak, maaf. Saya tadi Cuma kaget karena tiba-tiba kakak ada disamping Mia tidak bersuara”
“adek sendiri yang tidak sadar karena saya tadi sudah ucap salam tapi adek terlalu syahdu membaca bukunya, jadi saya duduk dulu sambil menunggu bacaannya selesai”
“ooohhh ya ampun maaf ya kak kalau begitu, Mia tidak sengaja.. oya, teman-teman yang lain mana?”
“teman-teman yang lain? Maksudnya?”
“loohhh bukannya hari ini ada rapat hmps bersama teman-teman seperti undangan kakak tadi lewat sms?”
“hahahaha...memangnya saya tadi bilang rapat sama teman-teman yah? Coba baca baik-baik sms yang saya kirim tadi”
Ckckckckckckckckc.....
“ooohhhh iyya yah... ehehehheeh... maaf kak”
“oke kalau begitu, sini saya lihatkan hal-hal apa saja yang perlu adek kerjakan selama jadi sekertaris saya dan apa-apa yang perlu adek siapkan untuk saya”

Dipagi menjelang siang itu, tak terasa telah menunjukkan pukul 11 dan segala yang ingin dipersiapkan di hari pra dan pasca amal bakti telah matang disusun tinggal realisasinya saja. Persuratan telah dibuat, tempat sementara dilobi-lobi, peserta amal bakti masih sementara, perlengkapan dan segala macamnya telah disiapkan tinggal membawa hasilnya dirapat pementapan besok.
***
Di-Publish 30/01/2015