Terungkap : Dari Maling Kerupuk Hingga Maling Batu Permata -->
Cari Berita

Terungkap : Dari Maling Kerupuk Hingga Maling Batu Permata

Ilustrasi

WATAMPONE, BW -- Himpitan ekonomi memang bukanlah suatu alasan bagi seseorang untuk melakukan kejahatan apalagi sampai merampas kebahagiaan orang lain dengan mengambil benda kesayangannya atau bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain demi mencapai tujuannya. 

Menjadi jahat dan dikucilkan oleh keluarga tentunya juga bukan keinginan setiap orang, meski terkadang takdir hidup membawanya kesana. TS misalnya, remaja berusia 17 tahun yang kini harus berurusan dengan pihak kepolisian  karena terlibat beberapa kasus pencurian, harus rela mendekam dibalik dinginnya dinding sel atas perbuatan yang telah dilakukannya. 

Usia yang muda dengan wajah lumayan manis memang sungguh disayangkan jika harus menghabiskan waktu dalam bui. Melalui pengakuannya, terungkap kalau TS sejak kecil  ditinggal ayahnya yang telah  meninggal dunia, sedangkan ibunya telah menikah lagi dan tinggal di kota lain. Bersama nenek dan kedua kakak perempuannya, tentu saja berat bagi TS menjalani hidup tanpa belaian kasih sayang orangtua tercinta. 

Dengan tatapan kosong, TS bercerita bagaimana sulitnya kehidupan dia saat ditinggal pergi kedua orangtuanya. Ketika menginjak usia remaja, TS yang baru duduk di bangku SMP memutuskan untuk berhenti sekolah karena tidak ada lagi bisa yang membiayainya. 

"Saya yang ingin berhenti sekolah saat itu, dan ibu serta saudara saya juga tidak mempermasalahkannya. Saya juga sempat disuruh pergi dari rumah oleh saudara saya karena malas dan tidak punya kerjaan" tuturnya sambil menundukkan wajah.

Dari situlah awal perkenalan TS dengan beberapa rekannya yang juga putus sekolah dan tak lagi mendapat perhatian keluarga. 

"Saya menumpang di rumah teman bersama yang lain, karena tidak ada kerjaan dan tidak ada yang menafkahi, kami pun mulai mencoba cari makan dengan cara kami sendiri" ungkapnya lagi. 

Tak pelak, kios yang ada dekat tempat tinggal mereka pun jadi target "pertama kami hanya mengambil indomie, snack sama rokok untuk dibagi. Tidak lama setelah itu, kami mulai mengambil barang yang kami anggap berharga dan mudah untuk dijual seperti HP, I Pad, juga laptop" tuturnya. 

Akhirnya lokasi yang menjadi target pencurian TS dan rekannya pun bertambah dan makin meluas, tak tanggung-tanggung barang yang dicuri juga semakin bernilai seperti kulkas, mesin cuci, hingga motor. Terakhir, TS dan rekan-rekannya menggasak sebuah toko cincin batu permata yang baru buka, dan membawa kabur puluhan cincin batu permata yang harganya diperkirakan mencapai seratus juta rupiah. 

Yang menarik, ternyata sebelum mengenal dunia kriminal, TS pernah bergabung dengan sebuah sanggar seni milik pamannya dan terampil membuat desain gabus untuk pelaminan. Sedih, menyesal dan takut, begitulah perasaan yang menghinggapi TS saat ini, walau semua itu tak bisa menebus kesalahannya dan membebaskan dia dari jerat hukum. Satu hal yang pasti bahwa apa yang TS hadapi saat ini bisa saja terjadi pada siapapun jika tak pandai memilih teman dan membiarkan diri larut dalam pergaulan yang menggiring pada tindak kejahatan. 

TS berharap, keluarganya bisa memaafkan dia dan apa yang telah dia lakukan selama ini akan menjadi pembelajaran bagi dirinya kelak dalam menjalani kerasnya hidup tanpa kasih sayang dan didikan orangtua.  

Laporan Ekha
Editor La Barakka