"Ma'sempe" Tradisi Pesta Panen yang Memperkuat Persahabatan -->
Cari Berita

"Ma'sempe" Tradisi Pesta Panen yang Memperkuat Persahabatan

(Terlihat Tendangan Mengenai Perut Lawan - Tradisi Ma'Sempe Di desa Lattekko Minggu (19/10/2014).
/ Foto : Darwis Manurunge)
Watampone, BW -  Dalam mensyukuri hasil panen, masyarakat merayakan semamcam tradisi yang dianamakan pesta panen. Setiap daerah punya cara tersendiri dalam merayakan pesta panen, semua punya tata cara dan bentuk berbeda, salah satunya Ma'Sempe yang dilaksanakan di Desa Latekko Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. Minggu (19/10/2014).

Ma'sempe berasal dari bahasa bugis, yaitu dari kata sempe’ yang berarti menendang . Sedangkan awalan kata Ma merupakan kata kerja yang berarti melakukan sesuatu. sehingga massempe’ diartikan melakukan suatu pertarungan dengan cara menendang lawan.

Ma'Sempe merupakan permainan yang cukup unik, dengan pertarungan satu lawan satu. dalam pertarungan ma'sempe dipimpin oleh dua wasit, wasit ini bukan sebagai tim penilai melainkan sebagai pelerai jika melihat pemain sudah tidak mampu melakukan perlawanan lagi atau permainan suda membahayakan kondisi si pemain maka wasit ini harus menghentikan permainan.

Dalam permainan ma'sempe tidak boleh menggunakan tangan, hanya bisa menggunakan kaki. Pemain yang menggunakan tangan terbilang pemain yang tidak sportif. Dalam permainan ini dijalankan selama dua ronde. uniknya lagi permainan ini tidak ada istilah menang atau kalah karena ajang ini hanya memperkuat persahabatan atau silaturahmi.

Sebelum melakukan permainan, diawali dengan cara mencari lawan. cara mencari lawan dengan memasuki lapangan dan berlari-lari kecil mengitari penonton sambil menepuk paha dan mengadahkan tangan, kalaupun ada yang mau menantang maka calon lawan juga tadahkan tanagannya, kalau merasa suda seimbang maka permainan di mulai. namun  ada yang harus diketahui bahwa dalam mencari lawan tidak boleh menadahkan dengan dua tangan, karena itu akan membuat marah para Pa"sempe terdahulu, karena dianggap sebagai penghinaan.

Permainan ini memang terbilang cukup ekstrim, karena tidak sedikit paserta yang mengalami cedera dengan patah tulang setelah di "sempe" atau  di sepak oleh lawan. Namun tradisi ini tidak bisa dihilangkan karena merupakan penguat persahabatan dan tidak boleh menaruh dendam.

Supaya permainan dapat berjalan dengan lancar maka permainan ini diselenggarakan di lapangan yang luas,  karena permaina ini diminati ratusan penonton.

Konon, ma'sempe ini merupakan permainan dikalangan bangsawan atau raja. Massempe’ di lakukan oleh hamba sahaya sebagai bentuk hiburan bagi keluarga sang raja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, permainan itu tetap dipertahankan oleh masyarakat umum dan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk tradisi turun temurun yang harus tetap dijaga kelestariannya.

Laporan : La Rumpa
Editor : La Barakka