"Mappano Api" Tradisi Terlupakan -->
Cari Berita

"Mappano Api" Tradisi Terlupakan

(Gambar memasak/INT)
Watampone, BW - Suda dua bulan Bone dilanda musim kemarau, atau dalam bahasa bugis disebut Tikka atau Timo. Akibatnya sejumlah daerah mulai kekeringan, dan tidak hanya itu disejumlah daerah sering terjadi kebakaran yang diakibatkan mengeringnya sebuah perabot rumah tangga sehingga muda terbakar.

Konon nenek moyang terdahulu dalam mengantisipasi kebakaran dimusim tikka atau timo, melakukan Tradisi Mappano Api. Namun tradisi-tradisi seperti ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat bugis, sehinnga tidak sedikit masyarakat mitosentris meyakini bahwa maraknya kebakaran dibone karena melupakan ritul-ritual yang diturunkan nenek moyang seperti.

Pada kesempatan ini penulis mencoba menuangkan tulisan kebiasaan masyarakat pedesaan bugis di musim timo atau Tikka " Mappano Api" secara leterlate bahasa indonesia adalah menurunkan api. Namun siapa sangka kebiasaan masyarakat mengenai mappano api mempunyai makna sebagai sebuah antisipasi mencegah terjadinya kebakaran.

Mappano api pada dasarnya sebuah upaya yang dilakukan oleh warga dengan cara memasak di kolom rumah (Rumah Panggung),namun sekarang sudah bergeser dikarenakan sudah banyak masyarakat yang membangun rumah batu. Memasak dibawah rumah panggung biasa dilaksanakan selama tujuh hari, atau biasanya dilaksanakan selama musim kemarau,semua proses masak-memasak mulai dari masak nasi sampai masak keperluan rumah tangga di lakukan di bawah kolom rumah. Tujuannya pertama menghindari kebakaran, kemudian dijadikan sebagai ihtiar ritual (gau-gaukeng) agar turun hujan.

Salah satu warga desa barakkae Semma yang melaksanakan kegiatan mappano api,sekarang ini mengungkapkan bahwa mappano api saat ini tidak lagi menjadi sakral seperti zaman dahulu, mengingat pemahaman anak mulai bergeser dari mitosentris menjadi logosentris

 "Makkukue dena na mancaji gau-gaukeng riasengnge mappano api iyarega mannasu diawa bolae, nasaba moderenni, nennia maegani de nappahang ri ade'na tomatoanna riolo" ungkapnya Artinya "sekarang tradisi memasak di Kolom rumah tidak seperti dulu, hanya biasa-biasa saja, apalagi banyak yang sudah tidak faham akan tradisi-tradisi orang terdahulu," ungkap-Nya.

Laporan : La Barakka
Editor : La Rumpa