Fenomena Remaja Kini "Mau Enak, Tidak Mau Anak" -->
Cari Berita

Fenomena Remaja Kini "Mau Enak, Tidak Mau Anak"

Ilustrasi-By Eka 'Kenakalan Remaja'
Seiring perkembangan jaman yang kian modern dan serba canggih, tak bisa dipungkiri telah membawa dampak yang luar biasa bagi manusia, khususnya para remaja. Usia yang muda dan pemikiran yang masih labil, membuat mereka dapat dengan mudah dipengaruhi hal yang negatif. Walau dijaman serba canggih ini menjanjikan banyak peluang bagi mereka untuk unjuk prestasi, namun tak sedikit yang justru terjerumus dalam lembah hitam, mulai dari pergaulan bebas, drugs dan free sex. Lemahnya pengawasan orangtua dan sulitnya membendung kecanggihan teknologi, menjadi sumber utama penyebab berbagai persoalan yang dihadapi remaja saat ini.
Mungkin publik masih ingat sebuah film yang sempat booming dan menuai kecaman puluhan tahun lalu, yakni film Bandung Lautan Asmara yang mempertontonkan adegan mesum pasangan remaja yang tentu saja belum ada ikatan pernikahan. Belum lagi berbagai video porno yang melibatkan kalangan pejabat dan artis, yang kemudian laris manis ditonton oleh jutaan remaja Indonesia, bahkan oleh anak di bawah umur, miris bukan ?
Entah karena terpicu oleh berbagai suguhan tontonan yang berbau porno aksi atau penyebab lainnya, remaja seolah kian kehilangan kendali. Atas nama cinta, berhubungan intim layaknya suami istri telah menjadi hal biasa bagi mereka dengan pasangan atau teman dekat yang mungkin malah baru dikenalnya. Ditambah lagi, pemerintah melalui BKKBN kini tengah gencar-gencarnya mensosialisasikan penggunaan kondom untuk mencegah kehamilan. Tentu saja ini diperuntukkan bagi pasangan dewasa dan telah menikah, namun toh bisa disalahgunakan juga oleh para remaja agar mereka bisa berhubungan tanpa khawatir menghasilkan anak. 
Fenomena remaja dengan dunia hitam tak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung, hal ini terjadi juga di kota kecil bahkan di daerah pedesaan yang notabene para remajanya masih lugu dan tabu dengan hal-hal berbau negatif. Lagi-lagi, kecanggihan teknologi yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja, menjadi penyebab hilangnya keluguan para remaja tersebut. Mungkin inilah yang kini membuat para orangtua khawatir dengan anak-anak mereka apalagi yang tengah menginjak usia remaja.
 
Berbagai cara pun dilakukan, mulai dengan memasukkan mereka ke pesantren atau ke sekolah yang lebih berkualitas dari segi keamanan dan pendidikannya, memilihkan guru private untuk anak mereka agar tak perlu meninggalkan rumah, sampai membatasi penggunaan Handphone dan komputer, namun apakah itu cukup ? 
Setiap hari ada saja kasus yang melibatkan remaja, entah mereka menjadi pelaku atau malah jadi korban. Dan yang terjadi kini, banyak dari remaja tersebut terpaksa harus menikah diusia dini hanya karena terjebak kenikmatan cinta sesaat yang kemudian mengharuskan mereka menanggung beban hidup lebih berat dari apa yang pernah mereka bayangkan sebelumnya. Pernikahan dini memang tidak dilarang baik dalam Islam maupun oleh negara, selama keduanya telah siap lahir dan bathin serta mendapat restu dari kedua belah pihak keluarga.
 
Namun, lagi-lagi pernikahan di usia dini itu terlalu rentan dengan pertengkaran yang terkadang berujung pada perceraian karena banyak hal yang bisa mempengaruhinya, dan kecanggihan teknologi sekali lagi turut berpengaruh. Ada sebuah contoh remaja yang merasa terlanjur suka dengan dunia malam serta nyaman dengan caranya menghasilkan rupiah meski harus merelakan tubuhnya. 
Sebut saja "Mawar", seorang gadis belia yang meninggalkan orangtua dan saudaranya di Desa hanya untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Mawar terlahir ditengah keluarga yang cukup memprihatinkan dimana kedua orangtuanya bercerai dan meninggalkan ia bersama 7 adiknya yang masih kecil. Sekilas, tidak terlihat beban diwajah Mawar walau pekerjaan menuntutnya keluar malam hari dan pulang ketika matahari sudah memancarkan panasnya. Ketika ditanya pekerjaan apa yang dia lakukan dan kenapa dia harus melakukan itu, Mawar menjawabnya ringan "Saya hanya butuh uang dan saya senang karena tak harus mengeluarkan banyak tenaga, apalagi pekerjaan ini tak butuh ijazah" ujarnya santai. 
Baginya, penyakit yang mungkin disebabkan karena berganti-ganti pasangan itu adalah resiko yang harus dia hadapi "saya lebih takut hamil ketimbang penyakit itu, karena kalau saya hamil pekerjaan saya bisa terhenti. Apalagi, semua pelanggan saya tidak ada yang menginginkan anak,jadi harus pintar menjaga diri" tuturnya masih terkesan santai. Itu hanya satu kisah dari sekian banyak potret remaja masa kini yang tak urung mengundang keprihatinan serta kekhawatiran berbagai kalangan. 
Sesungguhnya remaja adalah aset negara yang sangat berharga, karena mereka adalah penerus dan pewaris generasi tua. Walau banyak diantara mereka yang kini sukses mendulang prestasi serta menciptakan berbagai ide dan kreatifitas luar biasa, namun banyak pula yang justru terjerumus dalam berbagai hal negatif yang berakibat fatal, seperti remaja yang terpaksa mendekam dibalik jeruji besi akibat kasus kriminal atau bahkan mati sia-sia akibat drugs serta hal negatif lainnya. Satu hal yang pasti, dibalik semua ini ada tanggungjawab orangtua, keluarga, kerabat dan pemerintah agar para remaja bisa menyalurkan rasa ingin tahu, bakat, keberanian serta sikap labil mereka terhadap hal yang sifatnya positif. Say no to drugs and free sex, be positive think, do the best and just be your self. 

Penulis Eka Handayani
Editor La Barakka