Cerpen : Secercah Sang Surya (2) -->
Cari Berita

Cerpen : Secercah Sang Surya (2)


Sambungan Cerpen : Secercah Sang Surya (1).

Tulisan Uswatun Hasnah Junaid

Semenjak aku pulang dari Amerika selama setahun dalam rangka pertukaran pelajar yang pada waktu itu aku masih duduk dibangku sekolah SMA kelas 2, aku ditawari beberapa tempat kursus bahkan ada sekolah yang menawariku untuk mengajar disana, namun aku hanya mengambil tawaran mengajar ditempat kursus karena sore dan malam baru bisa mengajar dan berbeda jika disekolah karena masuk pagi sedangkan aku juga harus masuk sekolah kalau pagi. Gajiku selama sebulan ditempat kursus alhamdulillah bisa menghidupiku dan keluargaku, Alhamdulillah Allah memberiku rejeki dan nikmat yang berlimpah.
Terkadang kalau dikost, persediaan makanan sudah menipis, kadang aku membuat bubur, kadang pula membeli ubi lalu ditumbuk yang biasa orang kenal dengan sebutan GETUK, kadang juga aku puasa. Makanan rutin setiap pagi adalah nasi goreng dan sayur kangkung tumis, kadang jika minyak goreng hanya cukup satu sendok, aku mencampuri minyak dengan nasi dan garam maka hasilnya sudah seperti nasi goreng. Hehehehe.... aku juga sarapan pada jam 9 pagi dan makan sore jam 4 untuk mengirit pengeluaran. Suka duka menjadi anak kost memang tak ada hentinya, teman-temanku sering datang kekostku untuk belajar bahkan mereka menyarankan agar aku membuka bimbingan belajar dikost. Dipikir-pikir memang bagus, tapi aku harus cerdas-cerdas membagi waktuku, pagi kuliah mulai jam 8 sampai jam setengah 12, mengajar jam 2 sampai jam empat dan kadang aku mengajar malam jika siswa yang ku ajar masuk sekolah sore hari, jadi aku hanya mengabarkan teman-teman yang ingin belajar jika waktuku sudah luang. Heheheheh... Ada juga hikmahnya teman-temanku datang belajar dikost, karena setiap datang mereka selalunya membawa makanan untuk persediaanku dikost, anggaplah itu sebagai ganti tenagaku mengajar mereka.
Namun, ada juga musibahnya mereka datang kekostku, karena mereka juga mengundang teman-teman laki-laki untuk belajar, awalnya lancar tak ada hambatan namun setelah belajar kelompok ini sudah berjalan 2 minggu, para penghuni kost banyak yang komplain dan ibu kost menyarankan agar aku melarang teman laki-lakiku datang belajar dikost. Kejadian itu tidak hanya berhenti sampai disitu, ada kabar yang beredar kalau aku keluar malam untuk mengajar sering diantar jemput oleh seorang lelaki dan lelaki yang mengantarku pulang bukan hanya lelaki yang itu saja tapi banyak dan berganti-gantian. Aku sangat terpukul dan marah mendengar kabar ini, karena sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya. Memang pernah temanku yang laki-laki mengantarkanku pulang itupun hanya satu kali dan sangat terpaksa aku terima tawaran itu karena sudah tidak ada angkutan umum maupun ojek yang lalu lalang.
Mereka ada yang datang kepadaku mengatakan:
uuhh, percuma saja peniti jilbabya dieratkan, tapi akhlaknya buruk!! Buka saja tuh jilbab, gak ada gunanya. Malah malu-maluin agama dan orang tua”.
Dengan tegas aku mengatakan kepada mereka:
jika Anda menyalahkan saya karena saya berjilbab lantas tidak sesuai dengan akhlak saya, dengan ini saya secara tegas mengatakan kepada Anda bahwa antara jilbab dan akhlak adalah 2 hal yang sangat berbeda. Berjilbab adalah murni perintah dari Allah, wajib untuk wanita muslim yang telah baliq tanpa memandang akhlaknya baik atau buruk Anda juga bisa lihat di surah Al-ahzab ayat 59. Sedangkan akhlak adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa itu bukan karena jilbabnya namun karena akhlaknya. Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia, namun yang berakhlak mulia sudah pasti berjilbab”.
Sontak badanku terasa lemas dan bergetar seperti orang lapar setelah berbicara, rasanya tidak percaya mengeluarkan perkataan yang baru saja aku lontarkan kepada mereka yang telah mencaci makiku. Mereka pun tidak bisa berkata apa pun hanya menampakkan wajah kesal dan kemarahan mereka kemudian pergi meninggalkan kamarku.
Setelah kejadian itu, aku lebih memilih diam, melihat dan mendengar gosip kabar burung yang lewat. Aku hanya berkata dalam hati, mereka marah karena mereka belum tahu yang sesungguhnya, nanti jika mereka sudah tahu yang sesungguhnya mereka pasti akan datang dan mengatakan bahwa mereka keliru dan khilaf. Tak lama setelah 2 minggu kabar itu beredar, berita itu pun sudah tak terdengar lagi dikupingku. Bahkan, setelah aku memasuki halaman kostku, aku kaget ketika mereka yang datang memaki-makiku sekitar 2minggu yang lalu datang memeluk sambil menangis meminta maaf atas perbuatan dan perketaan mereka tempo hari. Aku pun lega akan hal ini karena mereka telah mengetahui yang sebenarnya dan telah meminta maaf. Dibalik musibah ini, aku lebih selalu diajarkan agar selalu bertaqwa dan tetap istiqomah saja terhadap apa yang telah Allah gariskan kepadaku.
Setelah musibah ini, Aku kembali mengatur jadwal-jadwal yang sempat terhambat antara kuliah, mengajar dan belajar sebelum aku memejamkan mata, kujadwalkan waktu belajarku pada jam 4 pagi karena saat itulah ilmu paling mudah meresap dan cepat diingat dan tak lupa sebelum belajar aku mendirikan sholat malam juga, sholat malam dan dhuha tidak boleh terlupakan karena didalam sholat ini banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan, sholat lail dibutuhkan sebagai penerangan didalam kubur kita kelak dan saat yang paling afdhol untuk do’a seseorang diijabah, sholat dhuha agar rejeki dipermudahkan oleh Allah.
Ketika aku telah selesai melaksanakan Kuliah Kerja Nyata bersama teman-teman mahasiswa lainnya selama kurang lebih 3 bulan, aku mempesiapkan segalanya untuk menyelesaikan tugasku dan cepat-cepat menyandang gelar sebagai sarjana pendidikan (S1).
Hingga saat yang kunanti-nantikan tiba,  aku memboyong keluargaku datang untuk menghadiri acara wisudaku dan memperlihatkan kepada ibuku bahwa aku telah memperoleh gelar sarjana pendidikan terlebih lagi aku memperoleh reward sebagai wisudawan terbaik dan berhak mendapatkan beasiswa keluar negeri untuk melanjutkan program S2.
Ketika kulangkahkan kaki naik ke mimbar untuk menyampaikan pidato empat bahasa yang terdiri dari bahasa bugis, inggris, arab dan tentunya bahasa indonesia, serta pesan dan kesan sebagai wisudawan terbaik. Diakhir pidato, kuselipkan pesan-pesan singkat yang aku kutip dari buku pak chaerul tanjung “ kita semua adalah akumulasi dari masa lalu, jika masa lalu digunakan untuk kerja keras dan berjuang untuk sukses maka hal itu jualah yang akan kita peroleh dimasa depan”. Semua orang berdiri dan memberi tepuk tangan yang meriah. Ketika semua orang tepuk tangan, diantara mereka aku seperti melihat ayah berdiri diantara orang-orang memberiku tepuk tangan dengan senyum bangga melihat diriku meraih baju sarjana dan topi toga, kulihat ibu yang tak bisa melihat pakaian dan bagaimana bentuk wajahku yang dirias seperti pengantin hanya menangis tersedu-sedu, aku berlari turun panggung memeluk ibu dengan erat tanpa memperdulikan bedakku yang luntur. Hiks hiks hiks...
Inilah aku dengan sejuta cerita yang memiliki lika liku kehidupan dan tak ada kata untuk menananti sang surya menyinari kehidupanku, memberikan sinar hangatnya dipagi hari dan meneteskan embun paginya terhadap orang-orang terksihku untuk memberi kesejukan kepada mereka, karena tanpa menunggu pun keluargaku dapat kehangatan dan kesejukan melalui kasih sayang seorang ibu yang tiada batas memberi tanpa pamrih.
 BIODATA PENULIS  
Namanya uswatun hasanah junaid yang dilahirkan di desa Tampinna pada tanggal 18 Juli 1994 dari pasangan H. Junaid Nasal dan   
Hj. Radiana.
Gadis berkulit sawo matang ini merupakan alumni dari SMAN 1 Angkona yang sekarang sudah menginjakkan kakinya di salah satu perguruan tinggi di Palopo, mengambil fakultas tarbiyah jurusan bahasa inggris.
Oya, hampir lupa nih… Kalian bisa koq berkomunikasi dengan dia secara langsung dengan menghubungi nomornya di 085 342 919 515 atau melalui e-mailnya: hasannahjunaid@yahoo.com. Kalau mau datang kerumah jangan dulu yah, karena tempat tinggalnya belum menetap. Hehehehe.