Sambungan Cerpen : Secercah Sang Surya (1).
Tulisan Uswatun Hasnah Junaid
Semenjak aku pulang dari Amerika selama
setahun dalam rangka pertukaran pelajar yang pada waktu itu aku masih duduk
dibangku sekolah SMA kelas 2, aku ditawari beberapa tempat kursus bahkan ada
sekolah yang menawariku untuk mengajar disana, namun aku hanya mengambil
tawaran mengajar ditempat kursus karena sore dan malam baru bisa mengajar dan
berbeda jika disekolah karena masuk pagi sedangkan aku juga harus masuk sekolah
kalau pagi. Gajiku selama sebulan ditempat kursus alhamdulillah bisa
menghidupiku dan keluargaku, Alhamdulillah Allah memberiku rejeki dan nikmat
yang berlimpah.
Terkadang kalau dikost, persediaan
makanan sudah menipis, kadang aku membuat bubur, kadang pula membeli ubi lalu
ditumbuk yang biasa orang kenal dengan sebutan GETUK, kadang juga aku puasa.
Makanan rutin setiap pagi adalah nasi goreng dan sayur kangkung tumis, kadang
jika minyak goreng hanya cukup satu sendok, aku mencampuri minyak dengan nasi
dan garam maka hasilnya sudah seperti nasi goreng. Hehehehe.... aku juga
sarapan pada jam 9 pagi dan makan sore jam 4 untuk mengirit pengeluaran. Suka
duka menjadi anak kost memang tak ada hentinya, teman-temanku sering datang
kekostku untuk belajar bahkan mereka menyarankan agar aku membuka bimbingan
belajar dikost. Dipikir-pikir memang bagus, tapi aku harus cerdas-cerdas
membagi waktuku, pagi kuliah mulai jam 8 sampai jam setengah 12, mengajar jam 2
sampai jam empat dan kadang aku mengajar malam jika siswa yang ku ajar masuk
sekolah sore hari, jadi aku hanya mengabarkan teman-teman yang ingin belajar
jika waktuku sudah luang. Heheheheh... Ada juga hikmahnya teman-temanku datang
belajar dikost, karena setiap datang mereka selalunya membawa makanan untuk
persediaanku dikost, anggaplah itu sebagai ganti tenagaku mengajar mereka.
Namun, ada juga musibahnya mereka datang
kekostku, karena mereka juga mengundang teman-teman laki-laki untuk belajar,
awalnya lancar tak ada hambatan namun setelah belajar kelompok ini sudah
berjalan 2 minggu, para penghuni kost banyak yang komplain dan ibu kost
menyarankan agar aku melarang teman laki-lakiku datang belajar dikost. Kejadian
itu tidak hanya berhenti sampai disitu, ada kabar yang beredar kalau aku keluar
malam untuk mengajar sering diantar jemput oleh seorang lelaki dan lelaki yang
mengantarku pulang bukan hanya lelaki yang itu saja tapi banyak dan
berganti-gantian. Aku sangat terpukul dan marah mendengar kabar ini, karena
sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya. Memang pernah temanku yang
laki-laki mengantarkanku pulang itupun hanya satu kali dan sangat terpaksa aku
terima tawaran itu karena sudah tidak ada angkutan umum maupun ojek yang lalu
lalang.
Mereka ada yang datang kepadaku
mengatakan:
“uuhh,
percuma saja peniti jilbabya dieratkan, tapi akhlaknya buruk!! Buka saja tuh
jilbab, gak ada gunanya. Malah malu-maluin agama dan orang tua”.
Dengan tegas aku mengatakan kepada
mereka:
“jika
Anda menyalahkan saya karena saya berjilbab lantas tidak sesuai dengan akhlak
saya, dengan ini saya secara tegas mengatakan kepada Anda bahwa antara jilbab
dan akhlak adalah 2 hal yang sangat berbeda. Berjilbab adalah murni perintah
dari Allah, wajib untuk wanita muslim yang telah baliq tanpa memandang
akhlaknya baik atau buruk Anda juga bisa lihat di surah Al-ahzab ayat 59.
Sedangkan akhlak adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi
masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa itu bukan karena
jilbabnya namun karena akhlaknya. Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia,
namun yang berakhlak mulia sudah pasti berjilbab”.
Sontak badanku terasa lemas dan bergetar
seperti orang lapar setelah berbicara, rasanya tidak percaya mengeluarkan
perkataan yang baru saja aku lontarkan kepada mereka yang telah mencaci makiku.
Mereka pun tidak bisa berkata apa pun hanya menampakkan wajah kesal dan
kemarahan mereka kemudian pergi meninggalkan kamarku.
Setelah kejadian itu, aku lebih memilih
diam, melihat dan mendengar gosip kabar burung yang lewat. Aku hanya berkata
dalam hati, mereka marah karena mereka belum tahu yang sesungguhnya, nanti jika
mereka sudah tahu yang sesungguhnya mereka pasti akan datang dan mengatakan
bahwa mereka keliru dan khilaf. Tak lama setelah 2 minggu kabar itu beredar,
berita itu pun sudah tak terdengar lagi dikupingku. Bahkan, setelah aku
memasuki halaman kostku, aku kaget ketika mereka yang datang memaki-makiku
sekitar 2minggu yang lalu datang memeluk sambil menangis meminta maaf atas perbuatan
dan perketaan mereka tempo hari. Aku pun lega akan hal ini karena mereka telah
mengetahui yang sebenarnya dan telah meminta maaf. Dibalik musibah ini, aku
lebih selalu diajarkan agar selalu bertaqwa dan tetap istiqomah saja terhadap
apa yang telah Allah gariskan kepadaku.
Setelah musibah ini, Aku kembali mengatur
jadwal-jadwal yang sempat terhambat antara kuliah, mengajar dan belajar sebelum
aku memejamkan mata, kujadwalkan waktu belajarku pada jam 4 pagi karena saat
itulah ilmu paling mudah meresap dan cepat diingat dan tak lupa sebelum belajar
aku mendirikan sholat malam juga, sholat malam dan dhuha tidak boleh terlupakan
karena didalam sholat ini banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan, sholat
lail dibutuhkan sebagai penerangan didalam kubur kita kelak dan saat yang
paling afdhol untuk do’a seseorang diijabah, sholat dhuha agar rejeki
dipermudahkan oleh Allah.
Ketika aku telah selesai melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata bersama teman-teman mahasiswa lainnya selama kurang lebih 3
bulan, aku mempesiapkan segalanya untuk menyelesaikan tugasku dan cepat-cepat
menyandang gelar sebagai sarjana pendidikan (S1).
Hingga saat yang kunanti-nantikan
tiba, aku memboyong keluargaku datang
untuk menghadiri acara wisudaku dan memperlihatkan kepada ibuku bahwa aku telah
memperoleh gelar sarjana pendidikan terlebih lagi aku memperoleh reward sebagai
wisudawan terbaik dan berhak mendapatkan beasiswa keluar negeri untuk
melanjutkan program S2.
Ketika kulangkahkan kaki naik ke mimbar
untuk menyampaikan pidato empat bahasa yang terdiri dari bahasa bugis, inggris,
arab dan tentunya bahasa indonesia, serta pesan dan kesan sebagai wisudawan
terbaik. Diakhir pidato, kuselipkan pesan-pesan singkat yang aku kutip dari buku
pak chaerul tanjung “ kita semua adalah
akumulasi dari masa lalu, jika masa lalu digunakan untuk kerja keras dan
berjuang untuk sukses maka hal itu jualah yang akan kita peroleh dimasa depan”.
Semua orang berdiri dan memberi tepuk tangan yang meriah. Ketika semua
orang tepuk tangan, diantara mereka aku seperti melihat ayah berdiri diantara
orang-orang memberiku tepuk tangan dengan senyum bangga melihat diriku meraih
baju sarjana dan topi toga, kulihat ibu yang tak bisa melihat pakaian dan
bagaimana bentuk wajahku yang dirias seperti pengantin hanya menangis
tersedu-sedu, aku berlari turun panggung memeluk ibu dengan erat tanpa
memperdulikan bedakku yang luntur. Hiks hiks hiks...
Inilah aku dengan sejuta cerita yang
memiliki lika liku kehidupan dan tak ada kata untuk menananti sang surya
menyinari kehidupanku, memberikan sinar hangatnya dipagi hari dan meneteskan
embun paginya terhadap orang-orang terksihku untuk memberi kesejukan kepada
mereka, karena tanpa menunggu pun keluargaku dapat kehangatan dan kesejukan melalui
kasih sayang seorang ibu yang tiada batas memberi tanpa pamrih.
Namanya uswatun hasanah
junaid yang dilahirkan di desa Tampinna pada tanggal 18 Juli 1994 dari pasangan
H. Junaid Nasal dan
Hj. Radiana.
Gadis berkulit sawo matang ini
merupakan alumni dari SMAN 1 Angkona yang sekarang sudah menginjakkan kakinya
di salah satu perguruan tinggi di Palopo,
mengambil fakultas tarbiyah jurusan bahasa inggris.
Oya, hampir
lupa nih… Kalian bisa koq berkomunikasi dengan dia secara langsung dengan
menghubungi nomornya di 085 342 919 515 atau melalui e-mailnya: hasannahjunaid@yahoo.com. Kalau mau datang
kerumah jangan dulu yah, karena tempat tinggalnya belum menetap. Hehehehe.