Nani Zulminarni (dir. PEKKA) |
Bugis Warta - Mengejutkan tapi fakta, ketika sebuah lembaga pemberdayaan perempuan yakni PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) memperlihatkan data yang mereka peroleh tentang tingginya jumlah perempuan kepala keluarga yang ada di Kabupaten Bone.
Direktur PEKKA, Ir. Nani Zulminarni mengungkapkan bahwa Kabupaten Bone menjadi pintu utama PEKKA untuk masuk ke Provinsi Sulawesi Selatan karena jumlah perempuan kepala keluarganya tertinggi dibanding kabupaten lain.
"Sebelum kesini kami memang sudah melakukan riset mengenai jumlah dan akses wilayahnya, dan ternyata Kabupaten Bone yang menjadi target perluasan PEKKA" ungkap Nani. Selasa (9/9/2014)
Mengetahui sekilas tentang PEKKA, yaitu sebuah LSM yang berdiri sejak tahun 2000 silam dengan tujuan untuk membantu para perempuan yang menjadi kepala keluarga agar mereka mampu memperbaiki taraf hidup mereka.
"Sebenarnya saya terinspirasi dari para perempuan Aceh yang suami dan keluarganya menjadi korban Tsunami dan akhirnya memaksa mereka untuk bekerja dan mencari nafkah bagi keluarga. Awalnya diberi nama Widows Project atau proyek bagi para janda dan akhirnya berganti jadi Perempuan Kepala Keluarga atau yang lebih dikenal dengan PEKKA" tutur Nani.
Nani yang pada saat itu juga berstatus janda dengan tiga anak yang masih kecil tergerak hatinya untuk membantu para perempuan Indonesia agar lebih kuat dan tidak dipandang sebelah mata.
Pendamping PEKKA, Fitra Dewi Sitanggang yang baru di tugaskan di Bone sekitar dua minggu lalu mengatakan keberadaan PEKKA selama ini memang kurang diketahui masyarakat karena SDM mereka yang terbatas.
"Kami memang belum mengeksposs keberadaan PEKKA karena masih dalam tahap pengumpulan data, dan saat ini data sudah kami kumpulkan dengan cara door to door untuk mengetahui jumlah kasus perempuan yang ada di Bone. Kami sudah bisa memperlihatkan kepada pemerintah bahwa kami memang telah bekerja dari bawah dan data yang kami peroleh juga lebih akurat, dengan begitu kami bisa mengharapkan dukungan langsung dari pemerintah untuk lebih memudahkan kami mengatasi masalah yang ada" ungkap perempuan berdara batak ini.
Dari data yang terkumpul untuk sementara, PEKKA mencatat jumlah perempuan kepala keluarga sebanyak 26%, perempuan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga sebanyak 6%, yang memiliki KTP hanya sekitar 23,5%, kartu keluarga 66,3%, yang tidak berijazah 58%, serta yang buta huruf sebanyak 29%. Sejauh ini PEKKA telah membina sekitar 610 anggota dari 7 kecamatan dan 17 desa.
"Melihat data yang ada memang cukup miris, tapi itulah kenyataanya, ada banyak warga yang tidak terlalu mengerti pentingnya kepemilikan kartu identitas dan banyak juga yang enggan berurusan dengan pihak birokrasi karena terkadang mereka dipersulit dan harus mengeluarkan banyak biaya, sementara mereka berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah" lanjut Dewi dengan nada prihatin.
Namun sekarang Dewi mengaku lega karena pemerintah sudah memberikan respon positif dan bersedia membantu segala hal yang berkaitan dengan PEKKA.
"Dalam setiap program kami memang sangat dibutuhkan kerjasama dari pihak pemerintah, utamanya Catatan Sipil untuk pengurusan identitas serta Pengadilan Agama untuk pengurusan surat nikah dan akta cerai, dan Alhamdulillah mereka menyatakan kesediaannya untuk membantu kapanpun kami butuhkan" tambahnya.
Laporan : Eka
Editor : La Rumpa