Opini : Kinerja Densus 88 Harus Dievaluasi -->
Cari Berita

Opini : Kinerja Densus 88 Harus Dievaluasi

Ilustrasi
Penulis : Aidin mustofan

Direktur Lembaga Penelitian Sosial (NTB)
Masyarakat indonesia adalah mayoritas muslim selalu dapat jebakan setiap persoalan dan internasional setelah terjadinya tragedi world trade center (WTC) pada 11 september 2011 AS langsung menudu umat islam sebagai pelaku gerakan tersebut sehingga pihak AS langsung menyebarkan isu di seluruh dunia bahwa tindakan terorisme orang yang tergolong islam harus dihapus dan sehingga negara indonesia langsung menjemput untuk memberantaskan terorisme dengan membentuk Detesemen Khusus (DENSUS) 88 sehingga gerakan yang bangun oleh Densus adalah gerakan membabi buta yang duga terorisme langsung melakukan penembakan.  Salah contoh peristiwa yang terjadi Bima Nusa Tenggara Barat dan sekarang isu yang paling seksi adalah penangkapan enam orang yang terduga terorisme dan satu orang meninggal akibat melakukan perlawana dalam analisah sosial kami tidak ada perlawanan apalagi mengcoba ingin melemparkan dengan bom kepada pasukan buruh hantu  dan sesuatu hal mustahil karna pasukan burung hantu dengan memakai ninja langsung melakukan pembunuhan dan pembantai umat islam dan menyebarkan isu persoalan siapa yang lari maka di anggap melawan.
Densus telah merenggut nilai kemanusiaan yang ada di Indonesia pada umumnya ini mereka menembak dan menangkap bahkan membunuh pemuda muslim yang tidak berdosa hanya bersandar pada dugaan sebagai terorisme ataupun aliran keras dan kemudian  Deretan aksi nekat dari densus ini telah menghilanghkan nilai-nilai kemanusian bahkan generasi muslim dan yang juga akhir-akhir ini disebut sebagai ISIS dan area latihan terorisme dengan menobatkan Bima Dan Diposo Solo Serta Sulawesi.
Pembentukan wacana yang putar  Amerikat Serikat melalui alat Densus yang ada Indonesia ini bukan tulisan yang tidak berdasarkan, namun bersandar pada rangkaian peristiwa seperti penembakan polisi yang ada dibima yang diduga dilakukan oleh kelompok terorisme namun sampai haris ini belum terungkap bukti, kenapa memang tidak bisa terungkap persoalan penembakan karna pihaknya langsung menobatkan sebagai aliran keras. Dan kami menilai bahwa penembakan polisi bisa juga terjadi dari sesama polisi dan kemudian masyarakat Bima dikagetkan dengan wacana teror versis media dan densus. 
karna dalam definsi kami bahwa terorisme merupakan wacana internasional sehingga Setiap target dan pembunuhan warga bima dan indonesia pada umumnya selalu dikaitkan dengan terorisme ‘’ salah satu tindakan diskripmisasi yang menghancurkan nilai-nilai kebersamaan umat islam di Bima dansus kenapa setiap persoalan harus di nobatkan pada islam baik itu pembunuhan dan perampokan yang kemas langsug dijadikan sandaran bahwa islam adalah agama yang terorisme sementara masih ada tindakan umat agama lain yang melakukan pembunuhan dan perampokan toh juga tidak dikatakan dengan terorisme.

Ada beberapa daerah yang kaitkan dengan terorisme seperti Bima dan Solo serta diposo dan dalam sejarah bahwa daerah tersebut adalah daerah dimana-mana orang muslim yang menegakan nilai-nilai keagamaan. Dengan akalnya densus langsung melakukan operasi penangkapan terorisme ini baru diduga karna umat islam  yang selalu menyampaikan pesan-pesan yang baik di permukaan bumi tuhan dan misi negara sekuler akan terbantahkan kalau tidak hancurkan umat islam isu terorisme.dan  Kami membenarkan apa sampaikan Thomas Thornto dalam Bukunya afdlal (2005) ‘’ bahwa memaknai terorisme ada dua pertama aktifitas pemberontak untuk mengacaukan tatanan yang sudah ada untuk memperoleh hak atau kekuasaan, kedua kegaiatan orang yang mempuyai kekuasaan yang ingin menindas penghalang menuju,mempertahankan,memperbesar kekuasaan.’’
Kalau kita memahami pendapat thomas thornto di atas bahwa terorisme seperti bukan saja terjadi pada kelompok yang ingin merebuk tatanan sosial namun lebih-lebih itu terjadi pada kelompok atau istitusi tertentu yang menyebarkan misinya dengan melalu jalan kekerasan dan pembunuhan dimana-dimana seperti yang terjadi dinegara timur tengah atas tindakan negara AS dan yuhudi untuk memperluaskan kekuasannya dengan menjalangkan misinya ketikan misinya tidak tercapai makan secara tidak langsung apa yang lakukan oleh negara AS menyebarkan isus bahwa islam yang akan mengacaukan dunia. Sementara AS melakukan pembantaian rakyat di timur tengah selalu tidak katakan terorisme. dan kemudia negara lain pun meng amininya apapun yang disampaikan oleh negara AS termasuk Indonesia ikut memberantaskan terorisme, ketika melihat orang berjengkot dan memakai topi islam dan sorban di anggap sebagai teroris sekarang indonesia dengan tangan Besinya Densus 88 melakukan penangkapan dimana-dimana.

Dari beberapa peristiwa diatas makan kami meminta pihak pemerintah indonesia agar melakukan evaluasi ulang atas apa yang dilakukan oleh Densus 88 dan kalau tidak diatasi dengan cepat maka rakyat indonesia akan mengalami sejarah buruh bahkan orang mau masuk mesjid saja nantinya akan di tembak secara beruta pasukan burung hantu atau disebut saja  densus. 

Kalau mau mengatasi persoalan isu terorisme tidak seharus melakukan babi buta seperti apa yang dilakukan oleh densus dan harus diserahkan pada ahlinya kalau umat muslim yang melalukan serhakan pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemukan Nahdatul Ulma (NU ) dan Muhamadiayah itu lebih tepat kalau pun agama lain yang melakukan serahkan pada yang berhaknya. Bukan serahkan pada densus justru akan menciptakan ketidak stbilan negara atau daerah