Religi : Islam Jalan Tengah -->
Cari Berita

Religi : Islam Jalan Tengah

Penulis : Ilham Kamba, Kabupaten Enrekang

Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan, seperti yang dijelaskan dalam al-Quran surah Al-Qashasas ayat 77 yang artinya “dan carilah (pahala)negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi jangan kamu lupakan duniamu”.

 Dunia adalah ladang untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Banyak dalam Al-Quran menjelaskan tentang iman yang disandingkan dengan ilmu dan amal shaleh. Itu artinya kita umat islam dituntun untuk mengilmui apa yang kita imani dan mengamalkan apa yang kita ilmui dan imani. Dunia hanyalah persinggahan semata yang bersifat sementara dan menuju negeri akhirat sebagai tujuan kita yang sifatnya kekal.

Jadi sangat tidak relevan dengan ayat diatas apabila kita hanya menuntut dunia tanpa mempersiapkan bekal untuk akhirat begitupun sebaliknya. Muslim diajari untuk menempuh jalan tengah sebagai wujud keseimbangan. Sebaik-baik urusan adalah jalan tengan, khayr al-umur awsathuha. Sebaliknya muslim tidak diajarkan untuk berlaku ekstrem, al-ghuluw. Sikap ekstrem pastinya menempati posisi kanan atau posisi kiri, tidak pernah berada pada jalan tengah. Dalam beragama, merasa mantap kalau berada pada satu posisi ekstrem, diluar dari itu dianggap tidak jelas.Jalan tengahan dipandang plin-plan, abu-abu, dan tidak kokoh.

Ummat tengahan (ummatan wasathan) yang secara jelas disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 143. Ummatan wasathan diterjemahkan sebagai ummat yang adil dan unggulan. Ibn Katsir mengaitkan ummat tengahan dengan khayra ummah, ummat terbaik seperti yang dijelaskna dalam QS. Al-Baqarah 110.

Mari kita melihat beberapa pengertian ummatan wasathan dari beberapa ahli tafsir. Menurut At-Thabari dalam tafsir al-thabari Jami Al-Bayan’an an Ta’wil Ay Al-Quran (jilid 3, hlm. 142) menyatakan ummatan wasathan adalah “ummat pilihan”, mengingat bahwa ummat pilihan biasanya merupakan ummat yang adil atau pertengahan. Begitu pula yang dipahami oleh Ibn Katsir (Tafsir Al-Quran al-‘Azhim, jilid 2, hlm. 111) ummatan wasathan adalah ummat pilihan.

Dalam kitab tafsir Fii Zhilal al-Quran (jilid 1, hlm. 100), Sayyid Quthub memaknai ummatan wasathan sabagai ummat utama dan umat pertengahan. Sedangkan menurut Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar (jilid 2, hlm. 5) menulis bahwa ummatan wasathan adalah ummat pilihan dan ummat yang adil karena ummatan wasathan adalah umat yang pertengahan. Ahli tafsir Indonesia, M. Quraish Shihab, menyatakan bahwa ummatan wasathan dapat dipahami sebagai umat “pertengahan dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia” (Tafsir al-Misbah, jilid 1, alm. 325). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pertengahan memiliki arti ‘moderat’ yang bermakna (1) selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, dan (2) berkecendrungan kea rah dimensi atau jalan tengah.

Posisi ummat tengahan (ummatan wasathan) atau moderat mengajarkan umat islam untuk tidak berpihak pada salah satu titik ekstrem. Dalam mengarungi samudera kehidupan hendaklah kita adil dalam memilih tindakan-tindakan hidup, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat, tidak berada pada salah satu posisi ekstrem materialism dan hedonisme. Dalam memahami al-Quran, umat Islam hendaknya tidak berada pada titik ekstrem tekstualisme dan literalisme, pun juga tidak pada ektrem sebaliknya : sekularisme dan liberalisme. Posisi tengah inilah yang mendorong umat islam agar senantiasa memadukan antara aspek ruhani, jasmani, dan mensinergikan dimensi spiritual, intelektual, moral dan material alam satu paket sekaligus. Dengan konsep seperti itulah rahmat di muka bumi dapat tercipta sehingga Islam menjadi rahmatan lil alamin.(*)