Potret Kecil Kota Watampone dan Bocah Pemulung -->
Cari Berita

Potret Kecil Kota Watampone dan Bocah Pemulung

Oleh  Usman Al-Khair 

Tragis dan memilukan, itulah pandangan pertama saat penulis saat melihat sosok bocah itu lusuh memunguti plastik bekas minuman ringan di salah satu tempat pembuangan sampah di Jalan KH Agussalim Kota Watampone.

Hari itu masih dalam suasana Bulan Ramadhan di tahun 2014 ini, bocah berusia 11 tahun itu terlihat dengan pakaian lusuh, dengan memegang karung putih, satu demi satu plastik minuman ringan dipungutinya .

Saya sejenak terharu dan pilu, walau tak ada guratan kesedihan yang tampak di wajahnya yang telah di 'make up' debu jalanan.

Hari itu, saya sempat berbincang dengan bocah itu, dia memperkenalkan namanya Aco walau enggan menyebutkan dimana tempat tinggalnya. Dia bilang Sehari-hari mengelilingi kota Watampone untuk menelisik satu-demi satu tong sampah yang ada.

Plastik itu yang dikumpulkannya lalu untuk dijual demi mendapatkan makanan dan membantu orantuanya.

"Karung yang saya tenteng ini harus penuh sebelum saya pulang, " ujarnya berlalu, 23 juli 2014.

Namun apapun alasannya, kebahagiaan anak sekecil itu telah terampas, iya, mungkin dirampas oleh kewajiban ekonomi hingga berbagai bentuk keterpaksaan lainnya.

Seorang anak kecil dibawah umur terpaksa atau dipaksa membantu orang tuanya mencari plastik bekas untuk dikumpulkan dan dijual demi desakan ekonomi, disaat dia berhak bermain, tertawa dan bersekolah bersama bocah sebayanya.

Lalu siapa yang harus disalahkan, apakah minimnya perhatian pemerintah  menjadi penyebab utama, disaat dana digelontorkan rupiah demi rupiah atas nama mereka namun faktanya tetap saja sama dari hari ke hari .

Iya, anak-anak di bawah umur turun ke jalan, jadi pemulung, itulah potret  kota kecil bernama Watampone, Tanpa malu dan risih dilihat orang, mereka berani menjadi pemulung. Terpaksa, mungkin iya,  demi sesuap nasi dan membantu perekonomian keluarga.

Editor : A.W. Makkelori