Mompo Siomporeng Telleng Silabungeng -->
Cari Berita

Mompo Siomporeng Telleng Silabungeng

Oleh : Al-Khair Mappajanci

Kebesaran Daerah bugis yang dibuktikan dengan kejayaan di masa lampu tidak terlepas dari filosofi yang dianut dan diajarkan oleh Nenek moyang. dimana pilosofy tersebut dijadikan pegangan masyarakat yang disebut dengan "mappakkeade" (beradat) akan tetapi belakangan ini budaya mappakeade tersebut bergeser sedikit demi sedikit hingga akhirnya bercampur aduk antara budaya-bugis, barat, dan Islam

Salah satu filosofi Bugis yang akan diangkat oleh penulis adalah Mompo Siomporeng Telleng Silabungeng, yang diartikan dalam bahasa indonesia secara tekstual berarti "terapung sama terapung, tenggelam sama tenggelam, namun dapat juga diartikan secara kontekstual sebagai persatuan atau yang dikenal dengan gotongroyong.

Dari berbagai sumber dan kajian Mompo Siomporeng Telleng Silabungeng juga di terjamahkan sebagai bentuk saling mengangkat,komitmen dan saling mensupport untuk maju, dalam berbagai hal baik di daerah sendiri ataupun di negara perantauan.

Secara subjektifitas penulis mengartikan istilah tersebut sebagai bentuk komitmen penuh, dalam logikanya jika suatu urusan berhasil maka sama akan mendapatkan manfaat namun jika suatu urusan gagal maka semuanya harus menanggung kerugian.

Secara sederhana penulis mencoba memberikan pemahaman dengan filosofi ini segala bentuk penghianatan dan kebohongan adalah bentuk dan sikap yang jauh dari konsep tersebut.

Filosfi Bugis sangat erat menyatakan komitmen, kejujuran dan kesetiaan adalah bagian dari pesan-pesan nenek moyang tersebut.

Namun faktanya pesan-pesan leluhur kini tidak lagi membumi di masyarakat ksususnya di tanah bugis, itu sendiri. bahkan dari sumber yang enggan disebut namanya memprediksi akan kembali sebuah kejadian "sianre balena ugie" jika masyarakat meninggalkan pesan-pesan nenek moyang.

Prinsip "Mompo Siomporeng Telleng Silabungeng atau Asseddi-Seddingeng" (persatuan-komitmen) yang seharusnya tetap melekat terhadap dan mengalir di nadi para putra-putri bugis untuk mecapai kejayaan-kejayaan layaknya dimasa lampau di tinggalkan dengan serbuan berbagai kepentingan, baik dalam kepentingan dunia poltik ataupun kepentingan pribadi yang ber-efect terhadap kemunduran daerah.

Yang ada sekarang ini hanya persatuan untuk kepentingan golongan tertentu atau kepentingan pribadi, yang seharusnya apapun perbedaanya kepentingan kemajuan dan kepentingan bersamalah yang harus menjadi hal yang paling utama sebagaimana prinsip Mompo Siomporeng Telleng Silabungeng tersebut

Bisa saja globalisasi dan modernisasi merupakan suatu hal pengebab utama yang menggiring masyarakat pada pandangan hedonisme yang mana pandangan ini mengarahkan masyarakat yang sifatnya adalah kesenangan dan kenikmatan.

Editor : A.W. Makkelori