Menelisik Makam Tua Raja Lamuru -->
Cari Berita

Menelisik Makam Tua Raja Lamuru

Oleh Al Khair Mappajanci

Salah satu bukti sejarah bahwa pernah di zaman dahulu berdiri kerajaan yang besar di sebuah daerah bagian barat Kabupaten bone adalah Kecamatan Lamuru yaitu dengan adanya situs makam tua Raja-Raja Lamuru Kabupaten Bone yang terletak di kelurahaan Lalabbata Kecamatan Lamuru Bone Soppeng

Namun masih ada yang membuat kita mencari dimana sebenarnya pusat kerajaan lamuru tersebut dikarenakan yang ada hanyalah situs makam tua yang ada di jalan kebudayaan lamuru.

Dalam penelusuran penulis kerajaan lamuru sampai hari ini belum pernah di temukan lokasinya dalam artian pusat pemerintahan raja lamuru waktu itu, namun fakta telah membuktikan kalau pernah ada kerajaan besar yang berkuasa disaman yang jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia

Referensi yang minim serta kurannya perhatian pemerintah dalam mengungkap kejayaan daerah di masa lampau menjadi kendala utama untuk mengangkat dan membumikan serta memasyarakatkan kekayan budaya yang dimiliki oleh kabupaten bone ini yang salah satunya ada di bagian barat kabupaten bone

Namun penulis tidak berkecil hati untuk mencoba sebuah langkah mencari referensi mengenai kerajaan besar tersebut hingga akhirnya penulis datang ke tempat tersebut dan menemukan buku yang dimiliki pemandu dan penjaga makam tua itu dengan catatan singkat mengenai adanya kejayaan yang pernah di raih masyarakat lamuru dengan bukti masih adanya makam tua yang terawat bersih dan rapi

Yang di temukan penulis adalah :

Lamuru merupakan suatu kerajaan yang berdaulat hingga abad XVI, sesudah itu Lamuru selalu ditimpa ketidakstabilan. Makam-makam yang terdapat di kompleks ini sebagian besar makam raja-raja Lamuru. Di masa pemerintahan Raja Gowa X I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng (1547-1565), Lamuru direbut dan diserahkan kepada Wajo. Pengganti raja Gowa X adalah Tunibatta dan gugur dalam penyerangan ke Bone 1565.

Kemudian Bone menyerahkan Lamuru dan beberapa daerah lainnya kepada Soppeng tahun 1582 dalam perjanjian Tellung PoccoE.

Pada tahun 1660 terjadi lagi perang antara Bone dan Gowa. Dalam hal ini Bone dibantu Soppeng dan VOC, dan berakhir dengan Perjanjian Bungaya 1667. Sebagai realisasinya Lamuru diserahkan kepada Bone (Arung Palakka), kemudian beralih kembali ke Soppeng.

Tetapi pada tahun 1770 terjadi pembunuhan Datu Lamuru La Cella oleh Datu Soppeng maka Lamuru bergabung kembali ke Bone. Hingga sekarang Lamuru merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Bone.

Ukuran Makam terbesar berukuran 4,06 x 2,50 x 2,24 m, tinggi nisan 1,10 m. Makam terkecil berukuran 1,46 x 0,92 x 0,18 m, tinggi nisan 0,72 m. Pada kompleks makam ini terdiri atas 3 tipe yaitu: Tipe A, adalah makam yang dibuat dari susunan balok bata persegi, posisinya terdiri atas kaki, tubuh, dan atap. Tipe B, berbentuk seperti bangunan kayu dengan memasang empat papan batu sehingga membentuk kotak empat persegi. Bagian tengah dinding selatan utara dibuat meruncing. Ukiran-ukiran terdapat di keempat sisi. Tipe C, adalah makam yang paling sederhana, dibuat dari dua lapis batu secara berundak-undak. Bagian atas ada dua buah nisan. Motif hias yang banyak dijumpai pada nisan-nisan tersebut antara lain motif awan, daun, bunga atau ikal morsal, tulisan Arab.

Daftar Raja-Raja Lamuru

1. Petta Pitue Matanna Manurungnge
2. Datue Ri Laue
3. We Tenri Billi
4. We Baji Daeng Simpare
5. La Cella Matinroe Ritengngana Soppeng
6. Jangko Pute
7. La Mappasunra
8. La Mappawre
9. Laruppang Mongga Matinroe Ri Muttiara
10. Colli Pujie
11. Jaya Langkana
12. We Pure Daeng Manerru
13. We Tenri Baji

(Bersambung)