Keangkeran Batu 'Lolo' dari Arango -->
Cari Berita

Keangkeran Batu 'Lolo' dari Arango

Ilustrasi
Firman, Kabupaten Sinjai

Banyak cerita rakyat yang penuh dengan misteri, bertentangan dengan logika dan nalar manusia namun tidak sedikit rakyat meyakini kebenarannya.

seperti halnya cerita rakyat yang berasal dari Dusun Arango Desa Arabika Kabupaten Sinjai mengenai adanya Batu Lolo (Batu yang Berjalan) bergerak dengan sendirinya.

Cerita ini terbilang cukup aneh nan ajaib, kenapa tidak, sebuah batu (benda mati) yang menurut ilmu pengetahuan tidak bisa bergerak tanpa ada yang menggerakkan atau dalam hal ini bantuan alam. Namun Warga setempat meyakini adanya cerita tersebut, bahwa Batu Lolo (batu berjalan) memang pernah terjadi di daerahnya di Bukit kalai Dusun Arango Desa Arabika Kabupaten Sinjai.

Salah seorang sumber Napsiah (75) warga setempat, menceritakan kejadian aneh ini kepada penulis tentang asal mula dari batu lolo (batu berjalan) ini yang hingga kini menjadi sebuah cerita rakyat yang tidak bisa dilupakan.

Pada awalnya Batu lolo (batu berjalan) dari atas bukit dimana ada dua buah (sepasang batu), konon katanya sepasang batu lolo ini bergerak menuju sungai, namun ditengah perjalanannya salah satu batu ini menghilang entah kemana, sehingga hanya tinggal satu yang hingga kini berda dikebun warga.

"Dulu batu lolo ini berpasangan, namun ditengah perjalanannya , salah satu-nya hilang seketika,dan sekarang hanya tinggal satu, yang sekarang berada dikebun saya. Batu ini besarnya sebesar mobil"tutur Napisah.

Napisah melanjutkan, Menurut cerita terdahulu batu ini punya keunikan tersendiri, ketika turun hujan batu ini bergerak untuk berteduh dibawah pohon, dan menunggu sampai hujan redah hingga kembali ketempat asal-nya. "batu ini tidak pergi berteduh kalau hujan, dan setelah hujan kembali lagi ketempatnya semula" lanjut Napisah

Batu Lolo ini menjadi batu fenomenal hingga sekarang, karena warga sekitar mengkeramatkan bBatu Lolo ini, tidak jarang warga melihat perempuan cantik menari telanjang mengitari batu lolo ini dimalam jum,at, hingga warga meyakini bahwa perempuan cantik itu adalah penjaga batu tersebut.

Napisah pernah menjadi bukti sejarah kekaramatan Batu Lolo ini, pernah suatu ketika Napisah mengambil batu didekat batu lolo untuk diambil sebagai tumbuk cobekan, namun sampai dirumah napisah mengalami kesakitan dibagian leher hingga lehernya tidak bisa digerakkan. Setelah berobat pada sanro (dukun), sanro meyakini bahwa batu yang diambilnya itu adalah anak dari batu lolo, sehingga batu lolo menjadi marah dan memutar leher napisah. sehingga untuk menyembuhkannya Napisah harus mengembalikan batu tersebut ditempat asalnya.

Singkat cerita setelah Napisah mengembalikan batu tersebut ketempat asalnya sakit leher napisah langsung sembuh dan normal kembali. "pernah saya dulu mengambil batu di dekat batu lolo untuk diambil Alu (penumbuk cobek), sesampai dirumah leher saya langsung sakit dan tidak bisa digerakkan. akhirnya saya berobat sama sanro (dukun), dan sanro itu mengatakan kalau batu yang saya ambil sebagai alu itu adalah anak dari batu lolo, sehingga saya harus mengembalikannya. Alhamdulillah setelah saya kembalikan saya langsung sembuh " paparnya.

Sekitar tahun 2010 warga menemukan juga batu besar dekat sungai yang diduga batu itu adalah pasangan batu lolo yang dulu hilang diperjalannanya dari bukit Kalai menuju sungai. Batu ini juga teramat angker,bahkan konon kalau matahari mulai menyinari batu tersebut penjaganya sering muncul dengan rambut sepanjang sampai kakinya, tapi hanya sekali lihat saja kalau mata berkedip maka penjaganya juga akan hilang.

selain itu batu ini tidak boleh dikencingi, dan dinaiki diatasnya karena dapat menyebabkan orang jatuh sakit, hingga mengalami kematian. "batu yang diduga pasangan batu lolo ini juga cukup angker, karena siapa saja yang kencing atau duduk diatasnya akan jatuh sakit, dan bisa-bisa mengalami kematian" ungkap napisah. untuk mencegah hal yang tidak diinginkan warga sekitar memagari batu dengan pagar bambu, untuk mencegah warga agar tidak kencing dan menaiki batu tersebut dan memang warga setempat tidak berani mendekati batu tersebut.

(*)
Editor Al-Khair Mappajanci