Kasidah Rebana Pada Pondok Pesantren Modern Al-Junaidiyah Biru -->
Cari Berita

Kasidah Rebana Pada Pondok Pesantren Modern Al-Junaidiyah Biru

Oleh : Al-Khair Mappajanci

Pesantren memiliki cerita yang berbeda dengan sekolah umum yang lain yang ada di kabupaten Bone, karena di pesantren khususnya pesantren Modern Al-Junaidiyah Biru yang merupakan pesantrn tertua yang ada di Bone memiliki khas tersendiri dan kelebihan tersendiri karena disamping mempelajari semua mata pelajaran sekolah seperti biasanya juga memiliki pelajaran tambahan seperti, ilmu islam dikaji secara mendalam demi upaya melahirkan generasi yang islami

Disamping mendalami ilmu agama juga mempopulerkan budaya-budaya seni yang islami seperti, seni kaligrafi Arab, Qasidah dan lainya

Dalam penelusuran  salah satu bentuk seni islami yang tetap di populerkan oleh pondok pesantren Modern Al Junaidiyah Biru adalah Qasidah Rebana, di Pesantren ini dibentuk kelompok siswa yang fokus pada pelajaran seni terkhusus skill memainkan irama genderang rebana

Salah seorang santri yang menjadi personil grup kasidah rebana pada pesantren itu, Jasmiati  menceritakan tentang aktifitas kelompok siswa yang fokus pada salah satu seni budaya islam yakni qasidah rebana, dimana qasidah rebana yang digelutinya menjadikan dirinya mahir memaikan genderang rebana tersebut.

"Kelompok kami sudah biasa tampil dalam acara-acara keislaman seperti Isra' Miraj, Maulidan Nabi Muhammad SAW sampai pada juara pada lomba-lomba sesama pesantren di kabupaten Bone, tingkat provinsi sampai tingkat nasional" Ungkapnya

Dilanjutkannya baru-baru Qasidah Rebana pesantren yang terletak di Kelurahan Biru ini menyabet juara satu pada lomba kasidah rebana di pesantren Pajalele,

"Dibalik pembinaan qasidah rebana moderen tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan oleh guru-guru pesanten, Harisah, Safaruddin, Andi Ilmiah  makmur," paparnya

Kita berharap kegiatan-kegiatan seni islami tetap menggema di tengah masyarakat dengan lagu-lagu yang bernuansa nasehat dan inspirasi untuk ummat islam kedepannya kuncinya.

Editor : A.W. Makkelori