El-Hijer |
Saat aku menutup mata
aku melihat senja di musim
hujan,
langit berbicara tentang cuaca
Suara-suara menjadi gagu,
mawar-mawar layu,
purnama mendadak vakum
Aku bahkan tak pernah menyangka
serabun itu kah mata, atau
hati mendadak buta
dengan mudah kau menutup segalahnya
mengingkari segala yang ada
Aku semakin tersesat dalam prasangka
bercorak sepihak,
segala siasat tak meretaskan
realitas
yang menghubungkan tanda-tanda
dari segala apa yang aku lihat
Kini kehidupan terlanjur berpihak
dimatamu
bahkan untuk sekedar mencecap rindu
pun aku tak bisa
Seperti di awal aku belajar
mengasmara,
Seperti pada mulanya aku belajar
menyengsara
Seperti halnya aku pun pecah,
tumpah dalam sedemikian rupa
Berulang kuhitung kata
dari waktu menjelma duka
dari sajak menjadi senja
dan hujan masih saja menikahi air
mata
aku terbaring digigil cuaca
seperti lukisan berlumut dalam
santapan usia
Juni sebentar lagi menyapa,
jejak tanah berlempeng duka
tempat perayaan entah, kesaksian
seperti apa
kita tertikam di sini
menjadi nisan yang tak sempat diberi
nama