MARIN Nusantara; Terusan Kra Bukan Ancaman Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia -->
Cari Berita

MARIN Nusantara; Terusan Kra Bukan Ancaman Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Makbul Muhammad, Direktur Maritim Research Institute (MARIN Nusantara)
BUGISWARTA.com, Opini---Maritim Research Institute (MARIN Nusantara) melalui Direkturnya Makbul Muhammad menilai bahwa Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan dengan akan beralihnya lalu lintas pelayaran internasional yang menghubungkan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang selama ini melewati selat malaka yang kemudian beralih melewati terusan Kra di negara Thailand.

“Pembangunan terusan Kra ini adalah sebuah keniscayaan, apalagi pemerintah China telah digadang-gadang akan membantu  Thailand membangun Terusan Kra. Ingat bahwa teknologi selalu bergerak maju dan sulit untuk dibendung, begitupun dengan terobosan inovasi dan teknologi dalam dunia pelayaran internasional yang terus didesak dengan kebutuhan kecepatan hilirisasi logistik internasional”, ujar Makbul Muhammad kepada media, Senin 20 Maret 2017.

“Dengan adanya terusan Kra, dipastikan tidak sepenuhnya juga _kok_  pelayaran internasional akan beralih, dengan jumlah  219 kapal perharinya yang melewati Selat Malaka, maka tentu Selat Malaka masih menjadi pilihan pelayaran internasional”, terang Makbul. 

Lebih lanjut Makbul menjelaskan, “bahwa kita harus melihat selat malaka dari dua dimensi, yang pertama dimensi ekonomi yaitu bagaimana pemanfaatan posisi strategis selat malaka yang dilalui rata-rata 80.000 kapal pertahunnya bisa memberi efek ekonomi kepada Indonesia, tapikan selama ini tidak ada aktivitas ekonomi terhadap pelayaran internasional di selat Malaka oleh Indonesia, artinya Indonesia selama ini tidak ada ketergantungan ekonomi terhadap selat Malaka. Keuntungan ekonomi justru dimaksimalkan oleh negara tetangga Singapura yang dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan pelayaran dengan pelabuhan transhipment berstandar ISPS Code, Singapura ini seperti _rest area_ jika dianalogikan selat Malaka adalah jalan tol didarat”.

Nah, kemudian dimensi Geopolitik, dengan selat Malaka seolah  Indonesia memiliki bargaining dengan posisi tawar menjadi penentu bagi percaturan geopolitik kontemporer. Memang kemudian posisi strategis suatu negara bisa mempengaruhi kedudukannya dalam konteks pergaulan internasional, tapi kekuatan ekonomi dan politiknya suatu negara sangat menentukan dalam percaturan geopolitik dunia saat ini, yakni bagaimana negara tersebut mapan dan mandiri secara ekonomi dan sejauhmana negara tersebut mampu menggalang kekuatan dalam beraliansi dipanggung internasional, nah... dengan kekuatan ekonomi dan politik inilah serta bonus geografi dan demografi yang menjadi landasan untuk mewujudkan indonesia sebagai poros maritim dunia, tegas Makbul Muhammad.
 
USMAN/MULIANA AMRI